Malam semakin larut, hawa dingin menyelimuti, suara hewan kecil terdengar sayup-sayup di pendengaran. Musik DJ ala-ala club lebih mendominasi.
Manusia-manusia berceceran di penjuru arah. Beberapa dari mereka ada yang masih bertahan dan memilih kembali ke villa lainnya. Sedangkan yang sudah mabuk, tertidur di manapun ada tempat.
Di lantai dua villa ini, Marcella berjalan sempoyongan. Meskipun penglihatannya kabur, cewek itu masih bisa menaiki tangga dengan meraba-raba sekitar. Tidak ada yang membantunya, dan ia pun tidak berharap begitu.
Tinggal sedikit lagi ia akan sampai di kamarnya. Namun tubuhnya seakan menolak. Cewek itu terjatuh, terduduk begitu saja. Kepalanya pening, penglihatannya mulai mengabur. Efek alkohol itu mulai bekerja.
Marcella kembali berdiri. Sambil berpegangan pada dinding, cewek itu berjalan dengan pelan. Mulutnya komat-kamit, dengan sesekali tertawa tidak jelas. Omongannya melantur kemana-mana.
“Heumm? Ini, ya, kamar gue?” ia bergumam tidak jelas. Tangannya mengetuk pintu itu. “Hello, kamar! Gue mau masuk.”
Pintu itu terbuka. Marcella memasukinya dengan sempoyongan. Ia menuju kasur yang nampak menggembung. Wow, keren. Apa ada ikan kembung di sini? Pikir Marcella.
“Ikan, gue mau tidur. Lo jangan ganggu, okay?” Marcella memukul gumpalan yang ia anggap ikan itu.
“AKH!” pekik ikan itu.
Cewek itu sontak melotot dan menutup mulutnya dengan kedua tangan. “I-ikan? Itu ikan, kan?”
Sosok ikan itu bangkit. Kemudian berteriak kesal. Ada sesuatu yang mengganjal, dan ini harus segers dituntaskan. Lalu, apa ini? Kenapa ia diberikan santapan secepat ini? Ah, sungguh menggiurkan.
Mata mereka bertemu. Tatapan gelap diberikan oleh sosok ikan -yang sebenarnya pria tampan dengan tubuh shirtless. Lalu tatapan sayu nan polos diberikan oleh Marcella -gadis baik-baik yang akan menjadi tidak baik.
Cewek itu masih menutupi mulutnya dengan kedua tangan. Namun matanya bergerilya kemana-mana—menatap tubuh indah pria dihadapannya—sampai-sampai pria itu terheran sendiri karena tak mendapatinya berkedip.
Pria itu langsung berdiri. Menghampiri cewek cantik itu dengan langkah sempoyongan. Sesekali tangannya ia gunakan untuk memukul kepalanya yang pusing.
Tanpa dipandu, kedua bibir lembab itu saling menyatu. Mengeluarkan suara decapan yang lembut. Keduanya tidak ada yang menyadari, apa yang kini telah mereka perbuat. Suara napas terengah-engah saling bersahutan.
Cowok itu meninggalkan pakaiannya setelah merebahkan tubuh Marcella. Dan setelahnya, mereka melakukan penyatuan yang tidak seharusnya terjadi. Kegiatan itu berlanjut hingga pukul dua pagi.
Tidak ada yang tahu, jika perbuatan mereka malam ini akan menyatukan mereka kelak. Perbuatan mereka malam ini, akan menghasilkan keturunan yang tidak diinginkan. Perbuatan mereka malam ini, akan menjadi boomerang dan jurang penyesalan bagi mereka.
Awal yang buruk akan berakhir buruk. Namun, awal yang baik juga tidak selalu berakhir baik.
Manusia hanya bisa berangan. Setelahnya, Tuhan yang menentukan bagaimana selanjutnya.
Jurang penyesalan dan badai besar akan menghampiri keduanya. Siap tidak siap, mereka harus bisa menerima. Itulah mengapa harus berpikir sebelum bertindak.
Namun, apa bisa orang mabuk yang dipenuhi oleh nafsu ini berpikir? Rasa-rasanya, kemustahilan ini hanya teruntuk orang super yang tahan banting.
❤︎❤︎❤︎
YOU ARE READING
UNEXPECTED
Ficción GeneralNunggu 100k views/vote? Ga bkl bisa klo lo ga mampir. [] Marcella yang semula menghadiri acara ulang tahun sang kekasih, harus berakhir dengan melakukan one night stand bersama teman kekasihnya sendiri. Ini semua berawal ketika dirinya mabuk, dan sa...