6. You Should Be Able

168 15 0
                                    

Mark benar-benar tepatin janji-nya. Ia benar-benar ikut masuk ke dalam rumah Haechan.

"Mae! Haechan pulang!" Teriak Haechan, begitu tiba di dalam rumahnya.

Ten yang baru selesai masak, ia langsung menghampiri anak perempuan satu-satunya. Ten sangat penasaran mengenai sang anak, apakah hari ini anaknya bikin ulah lagi, dan ulah apalagi itu?.

"Ya ampun Tuhan! Anak mae! Wajah kamu kenapa gitu? Jelek banget! Bener-bener gak ada bentuk-nya sama sekali." Pekik sang ibu yang terkejut ketika melihat lebam dan luka di wajah sang anak.

"Ya ampun nak. Muka kamu udah jelek, tambah jelek deh. Kamu ada ada aja sih! Papa kamu bisa marah-marah kalo tau wajah anak-nya kayak ginia! Abang kamu kemana? Kok bisa Hendery ngebiarin kamu kayak gini sih?!" Ocehan yang terus keluar dari mulut sang ibu, seraya melihat seluruh luka yang ada di tubuh anaknya. Memastikan bahwa dia tidak melewatkan luka sang anak.

"Loh ini siapa? Pacar kamu ya? Akhirnya anak Mae ada yang mau juga!" Seru sang Ibu, begitu menyadari bahwa anaknya tidak pulang sendirian. Melainkan membawa seorang pria tampan.

"Kamu siapa namanya? Kok kamu mau sih sama anak Mae?" Pertanyaan penuh keheranan yang keluar dari mulut sang Ibu. Sang Ibu langsung menyentuh wajahnya Mark, untuk memastikan bahwa Mark ini nyata.

Sementara Haechan hanya bisa meringis, begitu melihat kelakuan Mama-nya. Ia langsung menghampiri sang Ibu, untuk menyingkirkan tangan ibunya, dari tangan crush-nya sendiri.

"Mae, udah!" Perigatan yang Haechan keluarkan. Ia takut Mark-nya risih dengan sikap ibunya.

"Kenalin ini Mark, ini Mae gue. Mae, kenalin juga ini Mark teman-nya bang Dery, yang bentar lagi otw jadi pacar aku. Doain aja." Celetuk Haechan tanpa pikir panjang. Haechan kalau lagi kekenyangan emang gak bisa mikir. Jadi apa yang ada di pikirannya, langsung saja ia keluarkan.

"Ah, lagi masa pdkt toh." Seru sang Ibu, menatap anaknya dan juga gebetan sang anak, dengan tatapan yang seperti meledek, atau apalah itu.

"Hallo tante. Saya Mark Lee, teman-nya Hendery." Seru Mark Lee, yang akhirnya bisa memperkenalkan dirinya sendiri.

"Panggil aja Mae. Si ganteng ini mau minum sama makan apa? Mae baru aja selesai masak. Makan bersama yuk!" Tawar sang Ibu, yang hendak menggandeng tangan Mark untuk masuk ke dalam, untuk makan bersama.

"Gak usah repot-repot kok tan--Mae. Saya mau langsung pulang aja. Saya ke sini cuma mau anterin Haechan pulang kok Mae. Kalo gitu, saya pamit pulang ya Mae." Pamit Mark yang langsung pergi.

"Beneran lagi deket Chan?" Tanya sang ibu penuh selidik. Sedikit tidak percaya dengan perkataan sang anak.

"Mae kepo! Haechan males ngasih taunya kalo mae kepo." Seru Haechan, yang langsung pergi ke dalam kamarnya. Meninggalkan sang ibu sendirian, dengan rasa penasarannya.

***
"Maksud lo apaan buang sampah sembarangan, bangsat?! Punggut!" Perintah Haechan, yang saat ini tengah membersihkan toilet pria, kepada salah satu teman seangkatan-nya.

"Tuli lo? Pungut anjing! Jangan mentang-mentang lo cowo gue takut ya!" Titah Haechan sekali lagi, yang udah siap buat gelut.

Lengan baju yang udah di gulung ke atas, baju yang di keluarkan, dan rambut yang udah di kuncir cepol. Sukses membuat anak cowo itu menunduk ketakutan. Anak cowo itu langsung memungut sampah tisu yang ia buang sembarangan, ke tong sampah.

*bugh* Haechan memukul anak cowo itu, sebelum dia pergi. Melampiaskan segala kekesalannya kepada cowo itu. Inginnya sih memukul cowo itu berkali-kali. Tapi ia segera urungkan karena gak mau menambah hukumannya lagi.

TRIAL - MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang