Titik takdirku 12

2.6K 77 2
                                    

Setelah sholat Ashar. Shafa memilih keluar dari kamarnya agar bisa ikut membantu orang-orang yang sedang sibuk di luar. Orang yang pertama kali Shafa temui saat berada di luar kamar adalah Umi Fatimah, dengan bersemangat Shafa menghampiri Umi Fatimah yang tampak sedang sibuk membersihkan piring yang akan di pakai sebentar

"Assalamu'alaikum Umi, ada yang  bisa Shafa bantu?" dengan sopan Shafa duduk di dekat Umi Fatimah.

Umi Fatimah menatap Shafa dengan sinis, lalu kembali melanjutkan aktifitasnya, mengabaikan kedatangan Shafa, sedangkan gadis itu hanya diam. Beberapa menit berlalu, Umi Fatimah tidak kunjung menjawab salam, "baik lah Shafa, mungkin Umi Fatimah telah menjawab nya dalam hati. Ayo membantu Umi Fatimah," batin Shafa, tanpa di suruh Shafa mengambil sebuah kain untuk ikut membantu membersihkan piring dari debu-debu

Baru saja Shafa ingin mengambil piring untuk di bersihkan, Umi Fatimah menjauhkan piring itu dari jangkauan Shafa

"Umi... Shafa ingin membantu," ucap Shafa masih dengan suaranya yang lemah lembut

"Tapi saya tidak membutuhkan bantuan kamu! Pergi sana!! Saya tidak sudi di bantu oleh kamu! Jangan kan di bantu, menjadikan mu menantu saja tidak! sampai kapan pun saya tidak akan merestui kamu dan anak saya!!" Umi Fatimah mendorong Shafa hingga gadis itu tersungkur di lantai

Shafa meringis kesakitan, namun semua itu tidak sebanding dengan apa yang di rasakan hatinya, dengan apa yang di katakan Umi Fatimah membuat Shafa sadar jika sejak awal Umi Fatimah tidak menyukai dirinya.
Rasa yang amat kecewa, Shafa beranjak pergi meninggalkan Umi Fatimah sendirian di ruang tamu

Kaki Shafa sedikit sakit hingga membuat ia kesusahan berjalan, tapi semua itu tidak membuat Shafa menjadi lemah. Ia terus melangkah menuju para santri yang sedang menyusun kardus tempat isi kue yang akan di bagikan sebentar malam

"Assalamu'alaikum..." salam Shafa

"Wa'alaikumussalam Ning," jawab mereka serentak, Shafa tersenyum saat mendengar kata Ning, ia merasa begitu tidak pantas di panggil dengan sebutan Ning. Shafa duduk di antara para santriwati yang sedang sibuk

"Ada yang perlu di bantu nggak?"

"Nggak usah Ning, kami bisa kok. Ning istirahat saja," ucap salah satu Santriwati yang terlihat lebih tua dari pada Shafa, jika dilihat lebih jelas mungkin gadis itu bukan lah seorang santri namun seorang Ustazah mudah

"Saya sudah istirahat. Saya bingung banget harus apa, makanya saya kesini siapa tau ada yang perlu di bantu," Shafa tersenyum hingga matanya menyipit, hal yang sangat Gus Syam suka jika melihat Shafa seperti ini

"Yasudah Ning, kalau tidak merepotkan, Ning bisa membantu kami membentuk kardus ini, tapi dengan satu Syarat jika Ning sudah merasa lelah langsung istirahat ya," ucap Ustazah mudah itu, dengan bersemangat Shafa mengangguk

Satu jam berlalu dan sebentar lagi Azan magrib akan berkumandang membuat Shafa memutuskan  kembali kemar sebelum Gus Syam kembali, karena jika Gus Syam yang lebih dulu kembali

Shafa berjalan sedikit cepat sambil menunduk karena terdapat banyak keluarga suaminya yang sedari tadi menatapnya, hingga tampa sadar Shafa dan seorang gadis sedang membawa kuah Bakso saling menyenggol

BRAK

Kuah bakso itu tumpah mengenai dua gadis bernama Shafa dan Ning Aisyah, semua orang yang berada di sana terkejut saat mendengar keramik yang di tempati kuah bakso pecah hancur berkeping-keping

Semua orang datang menolong Ning Aisyah sedangkan Shafa? Tidak ada satu pun orang yang menolongnya, sekali pun itu Umi Fatimah melirik Shafa saja tidak, mereka hanya mengkhawatirkan Ning Aisyah tapi tidak dengan Shafa. Seakan-akan korban dari tabrakan ini hanya Ning Aisyah

Shafa ingin sekali menangis pada saat tidak ada satu pun orang yang menolongnya, rasa sakit di bagian punggung dan tangannya. Shafa berusaha berdiri namun susah karena pada saat tabrakan, Shafa tersungkur di lantai dan pecahan beling mengenai tangan kirinya. Darah sudah menetas kemana-mana tapi tidak ada yang perduli hingga akhirnya Gus Syam berlarih menghampiri Shafa

Gus Syam datang menghampiri Shafa dengan wajah yang sangat Khawatir sambil menahan emosi. Semua orang menatap kearah sepasang pengantin baru itu. Hati Gus Syam begitu perih melihat istrinya terjatuh dan luka namun tidak ada satu pun yang peduli dengan keadaanya

"Apa yang terjadi sayang? Kenapa tangan kamu bisa terluka?" mata Gus Syam berkaca-kaca melihat keadaan istrinya, gamis yang basah dan tangannya yang luka

Gus Syam melirik kearah kerumunan keluarganya yang sedang mengkhawatirkan Ning Aisyah, sedangkan gadis itu sama sekali tidak apa-apa. Gus Syam memberikan tatapan tajam kearah semua orang yang berada disana

"MENGAPA TIDAK ADA YANG MENOLONG ISTRIKU? MENGAPA KALIAN HANYA MENGHAWATIRKAN NING AISYAH?!! APAKAH KALIAN SEDANG BUTA JIKA SAAT INI ISTRIKU LEBIH MEMBUTUHKAN PERTOLONGAN KALIAN DARI PADA NING AISYAH??" teriak Gus Syam membuat Kyai Hasyim dan Abah Rahman (nama kekek Gus Syam adalah Rahman).

"Ada apa Syam? Mengapa kamu teriak-teriak seperti itu? Apakah kamu sadar jika saat ini Azan magrib telah berbunyi?" tegur Kyai Hasyim

"Maaf Abi, Abah. Syam hanya meminta penjelasan kepada mereka, mengapa tidak menolong istri Syam yang sedang terluka. Mereka hanya mengkhawatirkan Ning Aisyah tidak dengan Istri Syam Abi, Abah..." Gus Syam menatap tajam kearah mereka semua

Abah Rahman melihat keadaan sekitar dan benar saja, semua berantakan kuah bakso bertebaran dimana-mana dan pecahan beling. Abah Rahman menatap Umi Fatimah dan Istrinya sendiri dengan tatapan kecewa karena telah bersikap tidak adil kepada Shafa

"Mengapa kalian hanya menolong Aisyah? Apakah kalian tidak melihat Shafa sedang bersimpa darah?" tanya Abah Rahman

"Bukan begitu Abah, bukan maksud kami tidak menolong Shafa tapi-" Umi Fatimah tidak bisa melanjutkan lagi ucapannya, meski dirinya mencari seribu alasan tetap saja Abah Rahman dan Putranya tidak akan percaya

"Saya kecewa dengan kalian karena telah berperilaku tidak adil kepada Shafa! Ingat Fatimah, Shafa adalah menantu kamu, bersikap adil kepada dia Nak," ucap Abah Rahman (ayah Fatimah)

Umi Fatimah menunduk, sedangkan Istri Abah Rahman (Ummi Khadijah, nama Istri Abah Rahman) tampak kesal karena suaminya telah berpihak di Shafa

Jika kalian bertanya dimana kedua orang tua Shafa? Jawabannya, setelah akat nikah selesai, tiba-tiba ayah Shafa memiliki jadwal operasi pukul 14.09. Itulah membuat keduanya harus pulang lebih awal dan akan kembali besok untuk menjemput Shafa pulang.

o0o

Titik Takdirku. (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang