09||Hogwarts Letter

2.6K 350 12
                                    

Hey yoo, i'm back! yeayyyy
ada yg seneng? gak lah.

sorry baru up, btw hari ini 1 september loh! ada yang sekolah di hogwarts? hari ini hari pertama masuk!

enjoy you reading guys!

.
.
.

"Hah~"

5 menit kemudian.

"Hah~"

3 menit kemudian

"Hah~"

"Oh c'mon Ree? kenapa terus menghela napas terus? sesuatu terjadi?" tanya Draco yang sebal mendengar Hadrian mengeluh. Tangan pucat miliknya terulur kekepala Hadrian, dan mengelusnya.

"Hiks!"

"Loh!? kenapa menangis? Hey baby don't cry!" seru Draco kelimpungan ketika melihat adiknya yang manis malah menangis.

"Hiks... Sea... Dray... dia hiks hilang! hiks huaaaaa..." tangis Hadrian pecah tak kuasa membendung kesedihannya akan hilangnya Sea, ular penjaga sekaligus teman pertamanya.

"Ular ijo itu berani membuatmu menangis?! biarkan saja, bukannya akan pulang sendiri seperti biasa?" Draco memeluk lembut menenangkan adiknya.

"Tidak hiks.. inni ber-hiks beda sudahh 3 hari hiks Sea tidak kembali hiks biasanya hiks.. akan pulang setelah seharian berburu hiks... hiks.."

"Dobby!" seru Draco. Karena tak tega melihat adik kesayangannya menangis, ia pun menyuruh salah satu peri rumahnya untuk mencari ular ijo kesayangan adiknya.

"Cari ular peliharaan milik adikku dihutan sekitar manor sampai ketemu!"

"Baik mr. Draco! Dobby peri yang baik, Dobby akan mencari ular peliharaan mr. Hadrian."

Poop! suara letupan sihir peri rumah itu bergema keras menyaingi isakan Hadrian yang belum berhenti.

"Sttt sudah Ree berhenti ya, ular ijo itu akan diketemukan." tangan Draco yang sedikit lebih besar mengelus surai hitam bercampur putih milik adiknya.

●●●

Selama seharian ini Hadrian terus menerus murung, bahkan kemurungannya  sudah pada tahap yang mengkhawatirkan. Draco sudah angkat tangan membujuk adik kesayangannya, dia sudah mengabari kedua orang tuanya yang berada dikementrian luar negri Inggris agar cepat pulang.

"Hey Ree, lihat apa yang kupunyaa?!" seru Draco sambil mengeluarkan tongkat berukuran 21 cm, itu tongkat sihir. Hadrian hanya melirik sekilas lalu kembali menatap jendela yang langsung menghadap hutan yang berada dibelakang manor.

Draco yang diabaikan, hanya tersenyum sembari memikirkan cara untuk membujuk Hadrian sebelum orang tuanya sampai dimanor.

Brakk!

"Baby Green/Ree!" teriak dua suara berbeda mampu membuat Hadrian menangis keras, meluapkan kegelisahannya.

"Cup... cup...cup... sudah ya berhenti menangis." ucap Narcissa menenangkan anak bungsunya.

"Tapi... hiks Se-hiks Sea Maa... dia hiks belum hiks... pulang... Do-hiks Dobby hiks juga tidak ukh.. mene..mukannya hiks huhu," ucap Hadrian masih sesenggukan.

"Kemungkinan yang terjadi Sea sudah mati karena oleh hewan lainnya, jika memang masih hidup tak perduli apapun ia akan tetap kembali padamu, tapi jika memang tidak- relakan saja ya.." bisik Lucius ditelinga putra bungsunya.

Hadrian tidak menjawab, hanya anggukan kecil yang ia berikan. tangannya semakin memeluk erat leher sang papa. Ia berharap Sea bisa kembali kepadanya.

♥☆♥☆♥

The Green [DISCONTIUE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang