Prolog

1.2K 137 5
                                    

Gadis kecil itu berlari penuh semangat sembari membawa selembar kertas hasil ulangan. Ini kali pertama gadis berusia sebelas tahun itu mendapat nilai sempurna dalam ulangannya. Senyumnya lebar, tak sabar ingin segera bertemu dengan sang Ayah untuk memamerkan nilainya. Di depan gerbang tadi, salah satu ART bilang kalau sang Ayah sedang menerima tamu di ruang kerjanya. Maka setelah turun dari mobil, gadis kecil itu langsung berlari menuju ruang kerja sang Ayah yang berada di sebelah kanan foyer rumah mereka yang megah. Saat berada di depan pintu yang tertutup rapat itu terdengar suara tembakan dari arah dalam membuat langkah gadis itu terhenti seketika. Senyum sang gadis menghilang secara perlahan, berganti dengan jantung yang bertalu-talu. Entah karena suara asing mengejutkan atau perasaan tidak enak yang mendadak muncul. Dengan hati-hati gadis itu mendorong pelan pintu megah yang terbuat dari kayu jati. Di sana... di ruangan kerja Ayah yang sangat dicintainya, ia melihat Ayahnya sudah bersimbah darah. Napasnya tercekat kala netra bening itu menangkap darah segar mengalir dari pelipis sang Ayah. Di depan Ayahnya seorang pemuda berjongkok dan menoleh ke arah si gadis dan tersenyum miring dengan mata menusuk tajam.

"Dasar pembunuh!" Teriakan histeris dari arah belakang membuat gadis itu tersentak.

Mimpi buruk itu datang lagi, tepat di ulang tahunnya yang ke 18 tahun.

****

Bahtera Sang Laksamana (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang