Chapter 5

382 21 5
                                    

"Dari mana kau dapat nomor telpon ku?"


Ah benar juga. Gumam Logan dalam hati. Skylynn belum pernah memberikan nomor teleponnya kepada Logan. Tidak bahkan ke siapapun. Logan juga tidak pernah meminta. Ia sedang menunggu saat yang tepat sampai Skylynn sendiri yang memintanya duluan, meski ia sendiri tidak tahu kapan itu akan terjadi.

Senyuman Logan mengembang.

"Simpan saja nomor ku yang tadi. Aku akan menunggu Telpon mu malam ini-" Alis Skylynn terangkat heran. "-Setelah Ibuku tidur" Senyuman Logan tambah melebar.

Skylynn tertawa kecil mengingat Logan adalah anak seorang Ibu over-protektif. Ia kembali melihat keluar jendela lalu mengatakan "Baiklah". tanpa bantahan.

Baiklah? Mata Logan membulat. Ia bersumpah ia tidak dapat menahan senyuman nya.



3 jam terakhir Skylynn ia habiskan di kelas kalkulus. Skylynn berjalan dengan pelan menyusuri koridor 5 menit setelah bell terakhir berbunyi. Skylynn mengangkat alis, matanya terus memelototi wajah-wajah orang yang ditemuinya. Disini ada banyak orang, tapi Skylynn tidak melihat Logan. Tidak ada Logan dimana-mana.

Apa dia sakit? Gumam Skylynn dalam hati. Ia terus berjalan menyusuri koridor melewati pintu-pintu kelas yang terbuka. Logan tidak ada di kelas kimia, ataupun bahasa inggris. Kemana dia?

Skylynn menghembuskan nafas panjang. Ia mencoba mengirim sms ke ponsel Logan sekitar 30 menit yang lalu tapi belum ada balasan. Skylynn yakin ia ada di suatu tempat di sekolah ini. Ia terus melangkahkan kakinya sambil terus melihat kedalam pintu-pintu kelas yang terbuka.

Skylynn sampai di ujung koridor. Cuma tinggal satu kelas disini. Kelas musik. Kening nya berkerut saat mendengar suara piano samar-samar yang dimainkan dengan indah. Suara itu berasal dari kelas musik.


Suara musik itu seakan-akan menariknya semakin mendekat. Skylynn berhenti didepan pintu hijau tua itu dan mengintip di kaca pintu.

Logan? Mata Skylynn membulat saat mengetahui siapa yang memainkan musik indah itu. Skylynn bahkan tidak pernah tahu kalau Logan bisa bermain piano.

Seiring dengan irama piano itu yang berhenti, Skylynn menepuk tangannya dan tersenyum tepat di ambang pintu.

"Tadi itu keren."

Logan menoleh dengan cepat ke arah Skylynn. Laki-laki berambut cokelat tua itu terlihat tampan dalam balutan sweater obey berwarna abu-abu itu. Skylynn melihat Laki-laki itu tersenyum kepadanya.

Skylynn berjalan meninggalkan ambang pintu mendekati Logan. Logan bergeser dari tempat duduknya dan memberikan tempat untuk Skylynn duduk. Ia duduk di sebelah Logan, didepan piano berwarna hitam.


"Aku tidak tahu kalau kau bisa main piano" Kata Skylynn polos menatap Logan yang sedang tidak menatapnya saat itu. Logan tetap menatap tuts piano yang berada di depannya. Skylynn hanya bisa melihat senyuman di bibir seorang Logan Peyton.

"Sebenarnya, hanya beberapa orang yang tahu. Ibuku, Ayahku, dan sepupuku. Teman-teman basket ku pun tidak ada yang tahu." Aku Logan.

"Oh? Kau merahasiakannya?"

"Tidak juga, aku hanya jarang memainkan nya didepan umum." Jelas Logan dengan suara yang santai.

Skylynn mengangguk mengerti.

"Dari kapan kau mulai memainkan nya?" Tanya Skylynn lagi.

Logan terdiam sebentar, Masih menatap kosong tuts piano yang berada di depannya , Lalu menatap mata biru Skylynn Kennedy.

Things We Ain't Allowed To DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang