Haiiiii balik lagi ni🥰. Sebelumnya maaf ya minggu kemarin aku ga update, banyak banget kerjaannya hihi😩. Tapi tenang minggu ini aku up lebih banyak chapter kok tunggu yah🤗🔥. Hope you all enjoyed ✨
***
Keesokan harinya di sekolah. Irfan mengajak Afif ke perpus untuk melihat jadwal basket karena Irfan menerima info dari tim ada pertandingan basket. Afif sempat melirik Irfan dengan nada datar. Lalu Irfan mengatakan kepada Afif dengan bercanda.
"Makanya jangan email an mulu sekali-kali liat hp." Irfan, sambil tertawa. Afif hanya menonjok pinggang sohib akrabnya itu masih dengan nada datar.
Sampai diperpustakaan, Irfan langsung melihat kejadwal harian seperti biasa. Afif juga melakukan hal yang sama. Teliti mereka berdua melihat dan ternyata benar memang ada pertandingan basket. Waktu pertandingan itu pun bersamaan dengan kegiatan festival yang diadakan sekolah. Afif berpikir mungkin pertandingannya akan disatukan dengan kegiatan sekolah. Irfan juga berpikir hal yang sama.
Lalu mereka memutuskan untuk duduk sejenak dibangku dekat papan jadwal tadi. Mumpang AC gratis maksud mereka. Irfan melihat Afif agak melamun, tidak seperti biasanya. Dia lalu memutuskan untuk menanyakannya kepada Afif.
"Lo kenapa, tumben ngelamun begitu. Biasanya mah senyum-senyum sendiri." Irfan.
"Pengin ngelamun aja, lama gak begitu." Afif, sambil sedikit tersenyum simpul.
"Ditanya bener-bener malah begitu, dasar lo. Untung lo manusia lah kalo gak udah gue gulung kaya lemper terus gue makan. Walaupun gue kurus gini, gue juga suka makan kali." Irfan, sambil tertawa.
"Sebelum lo gulung gue jadi lemper, lo malah udah remuk duluan jadi bubur."Afif, sambil tertawa lebih keras dari Irfan. Irfan terdiam sejenak dengan muka datar, melihat temennya tertawa lepas seperti itu.
"Fif dibilangin lo kenapa ngelamun? Jangan ngeles mulu dah."Irfan.
"Guenya si gapapa. Cuma gue khawatir sama perut gue aja. LAPER."Afif, masih sambil tertawa.
"Gua gak percaya titik gak pake koma. Kalo udah cerita yang sebenarnya baru gue kasih koma." Irfan, memasang muka datar. Afif lalu menghentikan tawanya kembali serius.
"Gue kangen segalanya tentang keluarga gue dulu dah. Oiya Adik lo kenal sama William deket ya?" Afif.
"Oo gitu, gue paham kok. Kalo soal William sama adik gue, mereka deket sebagai temen doang si kayanya. Gue bisa baca dari raut wajah adik gue. Ya mereka dekat wajar lah namanya juga satu kelas iya kan. Tunggu, lo cemburu bro?" Irfan, sambil sedikit meledek Afif.
"Ye ngapain cemburu, biasa aja kali. Cemburu masa sama adek temen gue sendiri." Afif, sambil tersenyum simpul. Padahal dalam hatinya agak sakit rasanya.
"Oo gitu." Irfan.
"Eh tapi Asa tau gak si, kalo William adik gue?" Afif.
"Gak la, orang dia aja baru muncul dihidup kita belum lama. Tapi gue emang gak cerita si ngapain juga bukan urusan keluarga gue ya gak haha." Irfan, sambil bercanda.
"Kan ditanyain serius jawabnya gitu." Afif, sambil ikut tertawa bersamaan dengan rasa bersalah yang kembali menyelimuti dirinya.
"Eh udah ke kantin aja kuy, mau sampe kapan lo pake AC gratis di perpus, nanti dikirannya lo naksir lagi sama tuh penjaga perpus."Afif, berdiri sambil balik meledek temannya itu. Kemudian mereka pergi ke kantin untuk makan.
Di jalan menuju kantin mereka berpapasan dengan William yang jalan sendiri sambil membawa gitar ditas gitarnya. Mereka berpapasan dan melintasi satu sama lain. Irfan menyenggol lengan Afif mengisyaratkan melihat William dengan gitarnya sepertinya William akan ke ruang music, batin Irfan bukannya ruang musik lebih dekat jika lewat sebelah sana daripada harus lewat sini. Melihat William yang membawa gitar, Afif sempat terkejut namun dia berusaha tetap tenang. Mereka hanya bertukar pandang dan melintas satu sama lain.
Setelah berpapasan dengan William tadi sampainya di kantin mereka membeli makan lalu duduk di meja makan bagian belakang. Sambil makan, Irfan menanyakan pada Afif perihal adiknya yang membawa gitar tadi.
"Fif, tadi bener adik lu ya? Dia udah main gitar lagi?" Irfan.
"Siapa lagi coba." Afif.
"Itu bisa jadi kesempatan lo buat memperbaiki semuanya Fif. Coba ngomong pelan-pelan ke William. Bujuk dia buat tinggal dirumah lagi sama keluarga lo. Jangan sia-sian kesempatan ini Fif." Irfan.
"Gue tau, tapi bukan sekarang. Gue tunggu waktu yang pas. Lagian lo tau sendiri kan tadi waktu kita papasan. Tatapan matanya masih dingin sama gue. Ya gue males cari ribut aja." Afif.
"Yang penting gue udah ingetin lo Fif. Jangan sia-sia kesempatan ini, okey?" Irfan, Afif menganggukkan kepalanya lalu menghabiskan makan.
Tiba-tiba Afif mendapat pesan untuk nanti pulang sekolah latihan basket. Afif menjawab pesan dari wakil ketua tim basketnya, Arya. Lalu mengatakan kepada Irfan. Lalu membagi informasinya ke teman basketnya yang lain.
Waktu begitu cepat berlalu. Jam istirahat dan jam pelajaran hari ini selesai. Afif dan Irfan langsung menuju loker mereka. Setelah itu menuju lapangan basket. Irfan menyuruh Afif untuk duluan ke lapangan karena dia akan ke kamar mandi terlebih dahulu. Afif mengangguk dan keluar menuju lapangan.
Ternyata timnya sudah hampir terkumpul semua mulai dari wakil ketua tim, Arya, dan teman-temannya yang lain. Mereka saling berjabat tangan karena saat-saat ini mereka jarang bertemu dan latihan satu tim, karena kesibukan dari tugas masing-masing.
Anggota tim mereka memang tidak semua satu kelas. Afif selaku ketua tim menyampaikan berita tentang salah satu teman yang ada ditim kali ini tidak bisa ikut, Aira. Ada insiden kecil yang menimpanya, tangannya sedikit bermasalah saat dia latihan basket waktu itu tanpa timnya.
Kemudian mereka melanjutkan latihan basket. Afif terus mengasah kemampuannya sebagai penjaga depan. Husein juga melakukan hal yang sama dengan Afif. Irfan juga terus berusaha keras. Begitupun Sendi. Temannya yang lain juga terus berusaha sebaik mungkin. Berusaha untuk tetap fokus. Mereka benar-benar berlatih dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tikungunya
Teen FictionAsa, seorang anak perempuan yang hanya tinggal bersama kakak dan bibinya. Dipaksa hidup dengan berbagai luka. Luka yang mendewasakan dirinya yang sekaligus membawanya mengenal kedua sosok laki-laki tangguh. Dimana masing-masing dari mereka memiliki...