Bab 15

4 0 0
                                    

Oiya bintang bawah jangan dilupain🥺✨🔥

***

Keesokan harinya Asa berangkat sekolah seperti biasa. Bibi membawakan roti isi yang dibuatnya tadi untuk bekal Asa. Irfan sudah makan di rumah jadi bibi tidak membuatkannya. Asa pun menerimanya dengan senyum dan berpamitan untuk berangkat sekolah. Begitu juga dengan Irfan. Sebenarnya Irfan akan berangkat bersama Afif, tapi Afifnya tak kunjung datang. Irfan akhirnya memutuskan untuk berangkat terlebih dahulu.

Diperjalanan Asa menikmati udara segar pagi itu.

Sesampainya di sekolah Asa berpapasan dengan William. William langsung saja menyapa Asa pagi itu. Berjalan melewati koridor bersama menuju kelas mereka sambil berbincang-bincang sejenak.

"Sa, nanti jam istirahat ruang musik ya. Udah lu tunggu situ aja, ntar gue nyusul. Nanti waktu jam istirahat pastinya hehe." William, sambil tertawa.

"Mau ngapain emang?" Asa.

"Udah lo ikut aja. Oiya jangan lupa bawa buku musik lo ya?" William.

"Iya-iya. Eh tunggu, gimana lo tau soal buku music gue?" Asa.

"Waktu gue ke rumah lo, gue kan bantuin bawa tu buku." William.

"Oiya, lupa gue. Gue juga sering bawa tu buku ke sekolah si. Okelah nanti gue ke ruang musik." Asa.

"Ok." William.

Disisi lain, Afif terburu-buru berangkat sekolah. Karena dia kesiangan. Afif juga sempat menghampiri kerumah Irfan namun kata Bibi dia sudah berangkat tadi bersamaan dengan Asa adiknya, karena lama menunggu Afif.

Afif lalu langsung segera pergi ke sekolah. Sesampainya disana, dia langsung memarkirkan motornya dan berlari masuk ke kelas karena ada tambahan.Beruntung kelas Afif belum mulai pelajaran tambahannya.

Irfan sempat menanyakan kenapa dia bisa terlambat dan akhir-akhir ini juga Afif sepertinya sering terlambat. Afif memutuskan untuk menceritakannya nanti sewaktu jam istirahat di perpus sambil menikmati AC gratis langganan mereka berdua. Irfan hanya mengangguk. Kemudian dia melihat lagi ke Afif sepertinya Afif sedang ada masalah, itu bisa dilihat dari raut wajahnya.

Ibu guru yang mengajar pelajaran tambahan pun akhirnya masuk diruang kelas Afif dan memulai pelajarannya. Membahas kembali materi-materi yang belum kelas Afif pahami.

Asa juga melanjutkan pembelajaraan seperti biasa. Banyak tugas yang harus dikerjakan namun berhubung akan ada kegiatan sekolah, Bapak dan Ibu guru memberi kebijakan untuk mengerjakan tugasnya tidak terlalu terburu-buru. Mendengar hal itu, kelas Asa begitu lega.

Saat istirahat pun tiba. Asa pergi ke ruang musik membawa buku musiknya. William menyusul dibelakangnya sambil membawa gitar. Asa sempat kaget begitu dia melihat William yang dibelakangnya membawa Gitar. Melihat Asa memperhatikannya, William hanya tersenyum tipis lalu menyuruh Asa cepat.

Sampai diruang music, William meletakan gitarnya bersamaan dengan Asa yang kemudian duduk.

"Terus mau ngapain?" Asa.

"Gue pernah denger motivasi dari lo sa. Kita harus terus melangkah kedepan. Ya intinya gitu dah. Maksud gue, sekarang gue coba buat lanjutin ini lagi. Coba main gitar lagi. Lanjutin buat musik lagi. Tanpa harus ingat ingatan sedih tentang itu semua. Gue coba ikhlas dan jadiin itu semua pembelajaran buat hidup gue." William.

"Nah gitu dong. Gue seneng dengernya. Kenapa gak dari dulu coba? Oiya terus lo suruh gue bawa buku musik gue buat apaan?" Asa, sambil tersenyum.

"Oo itu, gimana kalo lo selesain tu lagu, terus gue bantu nadanya. Gue yang gitar, gimana?" William.

"Tapi..." Asa.

"Hey, katanya suruh maju." William, mendengar itu Asa menghela nafas sejenak. Memantapkan jawabannya.

"Ooke deh." Asa.

"Nah gitu. Jadi gini, latar cerita musik yang lo buat apa? Boleh tau gak?" William, tampak senang dengan jawaban Asa tadi.

"Kakek gue bilang, kalo lagu ini selesai jadi, dia bilang itu buat orang yang gue sayang. Intinya gitu." Asa.

"Terus lo udah punya orang yang lo sayang berarti? Yah gue kalah sebelum berperang dong." William, sambil tertawa.

"Enak aja lo. Gak segampang itu. Kalo lo sayang sama orang, lo gak harus cerita itu semua ke banyak orang. Entahlah, udah ah ini jadi selesain lagunya gak? Ya kalo gak, gue balik ke kelas aja." Asa, memberikan senyum datarnya ke William.

"Iya-iya jadi. Ya udah kita mulai." William. Mereka kemudian sibuk menyusun lagu dan nada tersebut.

Sesuai yang dikatakan Afif, dia dan Irfan pergi ke perpus untuk menceritakan apa yang terjadi dengan Afif. Sesampainya diperpus, Afif mulai menceritakan kepada Irfan tentang seseorang yang dulu pernah ada dalam hidup Afif, Zahra.

Setelah kejadian yang tidak mengenakan dulu Zahra kembali lagi ingin masuk kekehidupan Afif. Orang yang dulu telah membuat Afif pernah dicaci maki oleh tim basketnya sendiri karena Zahra memfitnah Afif dengan mengatakan bahwa Afif memihak tim lawan dengan memberitau semua trik yang akan dia dan timnya gunakan. Padahal itu semua Zahra yang memberitahu tim lawan. Itu semua dulu Zahra lakukan karena dia tidak suka melihat Afif dulu pernah dekat dengan Asa.

Mendengar itu Irfan kembali teringat akan kejadian itu. Walaupun sudah lama berlalu tetapi dia ingat bener kejadiannya. Selama ini mereka tidak menceritakan lagi kejadian itu dan berusaha untuk melupakannya.

Zahra mengirim pesan bahwa dia akan kembali masuk sekolah mulai hari senin depan. Afif benar-benar bingung apa yang harus dia lakukan. Awalnya Afif berpikir untuk menceritakannya juga kepada Asa. Namun afif mengurungkan niat itu.

Irfan yang mendengarnya juga bingung apa yang harus dia lakukan. Tidak perlu pikir Panjang, Irfan punya saran bagaimana jika Afif juga menceritakannya pada tim basket. Bagaimana pun mereka berhak tau juga. Afif tidak melakukannya, dia tidak mau memperpanjang masalah yang dia hadapi.

"Kalo gitu, lo harus cerita juga sama Asa. Gimanapun caranya. Gue gak mau adik gue kenapa-kenapa. Jadi sebelum dia berangkat senin besok, adik gue harus tau kalo dia berangkat. Plis Fif!" Irfan, Afif semakin bingung, sambil menutup mukannya dengan kedua tangannya. Dengan lirih Afif mengatakan,

"Gue coba." Afif.

Afif lalu mencoba pergi ke kelas Asa. Tetapi tadi sampai sana, kata teman-temannya, Asa sedang di ruang musik. Langsung saja Afif pergi ke ruang musik. Pintu ruang musik sedikit terbuka. Afif melihat Asa menulis dibukunya dan William memainkan gitar menyamakan nadanya. Melihat itu, Afif memilih menunggu duduk dikursi didepan ruang music sampai Asa keluar.

Benar saja, beberapa saat berlalu Asa keluar sambil masih sedikit menyanyikan lagu yang dia tulis. William memilih tetap di ruang musik masih dengan gitarnya. Tiba-tiba Afif memanggil Asa.

"Hey." Afif.

"Afif? Tiba-tiba ada lo mau ngapain?" Asa.

"Ikut gue." Afif, lalu melangkahkan kakinya pergi ke taman SMA N 1 HARAPAN BARU. Asa lalu mengikutinya tanpa bertanya lagi. Melihat Afif sepertinya ingin bercerita hal penting.

Sampai di taman SMA N 1 HARAPAN BARU, Afif memilih tempat duduk yang nyaman dibawah pohon. Asa lalu mengikuti Afif duduk.

Afif menghela nafas dan mulai menceritakan semuanya dari awal. Awalnya Afif sempat mengatakan untuk tidak menceritakannya pada Asa. Namun Irfan membujuk Afif untuk mengatakannya sendiri pada Asa. Afif pun mulai menceritakan akan hal itu.

TikungunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang