Bab 3

18 2 0
                                    

Comment kalian ditunggu nih💌✨😊

***

Asa tidak diam begitu saja setelah keluar kelas. Dia memutuskan pergi ke ruang musik untuk menenangkan diri dan pikirannya. Biasanya jam-jam seperti ini ruang musik sunyi tidak ada yang menggunakan. Di ruang musik, Asa memainkan gitar sambil menyanyikan beberapa lagu lama favoritenya milik band asal Inggris, 5SOS.

Terus bernyanyi sambil memetikan gitar yang sama merdunya dengan suaranya. Tanpa sengaja ada seseorang yang melewati ruang musik itu dan mendengar Asa benyanyi serta memainkan gitar. Dia melihat dari balik pintu yang agak terbuka. Asa tidak mengetahui ada yang melihatnya.

Selama ini belum ada seseorang yang melihatnya bermain musik, kedua sahabatnya bahkan orang tuanya pun belum pernah melihat Asa bernyanyi dan memainkan alat musik. Mungkin hanya kakaknya yang begitu memperhatikan Asa bermain musik dan kakeknya juga yang mengajarinya dulu.

Dia teringat sekilas memori masa lalunya tentang dia yang tertawa riang saat dia dan kakek yang paling dia sayang duduk bersama disebuah tempat terbuka tak jauh dari rumahnya.

Alunan musik yang masih dimainkannya membuatnya ingat juga tentang tatapan terakhir kali kakek Asa melihat Asa. Tatapan seseorang yang berjuang melawan penyakit yang kakek Asa derita. Seorang pahlawan yang begitu kuat batin Asa. Dia juga teringat terakhir kali dia mendengar Kakeknya mengatakan beberapa patah kata yang begitu berarti.

“Yang buat hidup berharga itu gimana cara kita menganggap seseorang atau bahkan banyak orang berdiri disekitar kita. Bahkan biasanya tanpa kita sadari orang-orang itu diam-diam mendoakan hal-hal baik untuk diri kita semua masing-masing. Jadi, ayolah kita semua harus tetap berusaha, berdoa, saling menghargai satu sama lain bahkan saling melindungi. Pastinya saat kita semua masih bisa melakukannya.”

Radittya Pamungkas Estran, Kakek Asa.

Asa menghentikan permainan musiknya. Menatap gitar yang dimainkan. Berusaha menghentikan pikirannya yang terus mencoba mengingatkan Asa tentang masa lalu dirinya. Dia menghela nafas sejenak lalu kembali memainkan gitarnya dengan lagu yang lain berharap dia bisa berhenti mengingat masa lalu yang terus terbayang dan yang terus Asa coba untuk ikhlaskan.

Seseorang tadi masih saja berdiri di ambang pintu yang terbuka sedikit. Mata coklatnya yang tajam terus memperhatikan Asa.

Tak terasa Asa telah berada di ruang musik cukup lama. Dia lekas menyudahi permainan musik itu. Melihat Asa telah selesai, seseorang yang berdiri diambang pintu tadi lekas pergi dan lari secepat mungkin agar Asa tidak melihatnya.

Tepat saat Asa berbalik sembari meletakan gitar di tempat semula, Asa menyadari sepertinya ada orang yang baru saja berdiri diambang pintu. Asa coba untuk meyakinkan bahwa dia mungkin salah. Setelah meletakan gitarnya dia langsung keluar ruang musik dan mendapati tidak ada siapa-siapa yang berdiri disana sejak tadi batin Asa. Dia lega karena firasatnya ternyata salah. Tanpa pikir panjang Asa memutuskan untuk kembali ke kelas.

Merasa sudah terlalu jauh meninggalkan ruang musik, anak itu memutuskan untuk berhenti sejenak. Menyeka keringatnya dan melanjutkan berjalan keruang kelas.

Disisi lain dalam ruang pertemuan sudah berkumpul beberap anggota OSIS. Disana juga ada Irfan. Dan Afif yang baru saja masuk ke dalam ruang pertemuan yang kemudian duduk dekat Irfan. Rapat sudah dimulai tidak lama ketika Afif baru saja masuk. Afif meminta maaf karena terlambat mengikuti rapatnya.

TikungunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang