Setelah seharian menjalani hari pertama yang penuh tantangan di Treyford International Academy, Elena akhirnya tiba di rumah. Keletihan tubuhnya terasa, namun rasa ingin tahu tentang kehidupan baru yang akan dijalaninya membuatnya tetap terjaga. Sesampainya di rumah, ia langsung bergegas menuju kamar dan duduk di tempat tidurnya. Mengambil waktu sejenak untuk beristirahat, Elena memejamkan matanya, mencoba meredakan pikiran yang berlarian. Namun, beberapa menit setelahnya, pelayan rumah datang memberi kabar bahwa makan malam sudah siap di meja.
Di ruang makan, suasana hangat keluarga Cruz segera terasa. Elena turun, menuruni tangga menuju ruang makan dengan langkah ringan. Di meja makan, sudah menunggu ayahnya, Alejandro Ignacio Cruz, yang duduk di kursi kepala meja, serta kakak laki-lakinya, Rafael Christian Cruz, yang sudah mulai melahap beberapa potongan ayam panggang. Kedua pria itu, dengan wajah tegas dan pembawaan yang sangat berbeda, selalu memberikan kesan kuat di setiap kehadirannya. Alejandro, dengan rambut hitam dan wajah yang tampak lebih matang, adalah seorang pengusaha sukses yang membangun kerajaan bisnis keluarga. Sementara Rafael, yang dua tahun lebih tua dari Elena, memiliki tubuh tegap dengan tampilan santai, menyukai olahraga dan dunia luar yang menantang.
Di sisi lain meja, Renata Camille Santiago, ibu Elena, duduk dengan anggun, tersenyum hangat pada putrinya. Renata, dengan rambut panjang yang tergerai dan penampilan elegan, memiliki wajah yang sangat mirip dengan Elena. Meski sosoknya lembut dan penuh perhatian, Renata memiliki ketegasan yang sama seperti suaminya, Alejandro.
Elena tersenyum lebar begitu melihat mereka. "Ayo makan, aku lapar sekali," katanya dengan nada ringan, sambil duduk di kursinya. Pelayan mulai menyajikan hidangan, dan suasana di meja makan terasa lebih hidup dengan perbincangan mereka.
Alejandro menatap Elena, lalu bertanya dengan lembut, "Bagaimana hari pertama sekolahmu, Elena?"
Elena mengangkat bahu dengan senyum kecil, sedikit terbawa kelelahan. "Lumayan. Banyak yang baru, banyak yang perlu dipelajari." Ia mengambil beberapa suap makanan, lalu melanjutkan, "Tapi aku rasa aku akan menikmati berada di sana. Ada beberapa orang yang menarik."
Rafael yang duduk di seberang Elena, menyeka mulutnya dengan serbet dan tersenyum lebar. "Orang yang menarik, ya? Maksudmu, teman-teman baru?" tanyanya dengan nada menggoda.
"Ya, beberapa di antaranya," jawab Elena, menyeringai kecil. "Ada yang namanya Sienna dan Natalia. Mereka baik-baik saja. Aku juga melihat beberapa wajah yang tampaknya menarik perhatian. Tapi... sepertinya aku perlu lebih banyak waktu untuk benar-benar mengenal mereka."
Renata ikut tersenyum mendengar nama temannya. "Oh, jadi kamu sudah mulai berkenalan? Senang mendengarnya." Ia menatap Elena dengan penuh kasih. "Jangan khawatir, semua akan berjalan dengan baik. Kau sudah punya keluarga yang selalu ada untukmu."
Alejandro menatap anak-anaknya dengan tatapan lembut dan bangga. "Aku yakin kamu akan cepat beradaptasi, Elena. Ini mungkin tantangan baru bagimu, tapi keluarga kita selalu mendukungmu."
Suasana makan malam pun dipenuhi dengan canda dan tawa. Alejandro kemudian beralih topik dengan pertanyaan ringan. "Sudah berapa banyak orang yang kamu kenal hari ini?"
Elena mengangkat kedua bahunya. "Beberapa, sih. Tapi aku belum terlalu dekat dengan siapa pun. Sepertinya mereka masih memantau aku."
Rafael tertawa, mengambil potongan roti. "Kau memang selalu jadi pusat perhatian di mana pun kamu pergi," ujarnya sambil melirik Elena. "Harusnya kamu bisa membuat mereka terkesan dengan kepribadianmu, bukan hanya penampilanmu."
Elena menyeringai mendengar komentar ringan itu. "Tentu saja, aku akan membuat mereka terkesan. Tapi lebih penting untuk tetap menjadi diri sendiri."
Setelah makan malam selesai, mereka memindahkan obrolan ke ruang keluarga. Di ruang yang nyaman ini, mereka biasa menghabiskan waktu bersama setelah makan malam. Di sini, Elena merasa bebas, tanpa beban atau tekanan, dan bisa berbicara dengan santai bersama ayah dan kakaknya. Alejandro duduk di kursi besar di sudut ruang keluarga, sementara Elena dan Rafael duduk di sofa yang lebih kecil di tengah ruangan. Renata memilih duduk di kursi santai dekat jendela, memandang keluar dengan tatapan lembut.
"Elena," kata Alejandro sambil menatap putrinya dengan serius namun penuh perhatian, "kamu tahu, pindah ke sini adalah perubahan besar dalam hidupmu. Kami tahu itu tidak mudah, dan kita semua mengerti."
Elena mengangguk pelan, merasa hangat dengan perhatian ayahnya. "Aku tahu, ayah. Tapi aku sudah mempersiapkan diri. Aku ingin bisa menghadapi tantangan ini dengan kepala tegak."
Rafael mendengus, mencuri perhatian Elena. "Kau pasti akan baik-baik saja. Lagipula, kami semua ada di sini untukmu," ujarnya dengan suara riang, seakan tidak terlalu mengkhawatirkan.
Renata tersenyum lembut. "Ya, kita adalah tim. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan, Elena." Ia menambahkan, "Kami selalu mendukung pilihanmu, dan kami tahu kau akan sukses di sini, seperti yang selalu kau lakukan."
Mereka semua tertawa bersama, dan Elena merasa sedikit lebih ringan. Meskipun hari pertama sekolahnya terasa penuh dengan kejutan, ia merasa sangat diberkati karena memiliki keluarga yang selalu mendukungnya, tidak peduli apa pun yang terjadi.
Setelah beberapa saat, obrolan mereka berganti menjadi lelucon dan cerita lucu yang mengingatkan Elena pada kenangan masa kecilnya. Tawa mereka mengisi ruangan yang hangat, dan Elena merasa, meskipun segala sesuatu tampak baru dan berbeda di luar sana, ia akan selalu memiliki tempat yang nyaman dan penuh cinta di rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The mask of Deceit
Teen FictionElena Marielle cruz memasuki dunia baru di sebuah sekolah elit, penuh dengan rahasia tersembunyi. Ketika perhatian Alden Maxwell Devereaux, siswa populer, berubah menjadi sesuatu yang menakutkan, Elena mulai merasakan ada yang tidak beres. Sahabat...