CHAPTER 8

22 23 5
                                    

Sudah satu minggu sejak Elena mulai bersekolah di tempat yang baru, dan meskipun ia masih merasa asing, ia mulai merasa lebih nyaman. Sienna dan Natalia terus mendampinginya, memperkenalkan berbagai hal tentang kehidupan sekolah dan lingkaran sosial mereka. Namun, ada sesuatu yang mengganjal di hati Elena. Alden, yang beberapa hari sebelumnya sempat meminta nomor WhatsApp-nya, tak pernah menghubunginya. Pesan pertama yang ia kirim pada Alden beberapa hari yang lalu tak kunjung dibaca, dan hingga saat ini, ia tak menerima kabar darinya. Terkadang, ia merasa ragu apakah ia terlalu berharap banyak atau memang Alden benar-benar tidak tertarik padanya.

Di sisi lain, Vanessa juga tampak menghindari pertemuan dengan Elena. Kabarnya, Vanessa dan Alden akan mengikuti Olimpiade dan harus mempersiapkan banyak hal, sehingga mereka jarang terlihat di kantin atau tempat-tempat lain di sekolah. Elena merasa sedikit lega karena tidak harus berurusan langsung dengan Vanessa, tetapi di sisi lain, ia juga merasa kesepian, seolah ada yang hilang dalam rutinitas hariannya.

Pada suatu sore, setelah selesai sekolah, Elena memutuskan untuk menemani kakak laki-lakinya, Rafael, yang sedang berada di tempat balapan mobil. Mereka berdua sering menghabiskan waktu bersama di sana, terutama di akhir pekan.

"Seru ya nonton balapan?" Rafael bertanya sambil melihat Elena yang duduk di bangku penonton.

Elena hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Balapan mobil memang bukan minat utamanya, tetapi ia menikmati waktu yang bisa dihabiskan bersama kakaknya. Meskipun demikian, hatinya terasa sedikit kosong. Ada banyak pikiran yang berputar di benaknya, tentang Alden, tentang sekolah, dan tentang perasaan yang mulai muncul, namun ia tak tahu bagaimana harus menghadapinya.

"Besok kita nggak sekolah, jadi bisa lebih santai," kata Rafael, seolah merasakan kegelisahan adiknya. "Kamu ada rencana apa besok?"

Elena berpikir sejenak. "Mungkin cuma bersantai di rumah. Aku butuh waktu sendiri untuk merenung."

Rafael hanya mengangguk dan menatap layar balapan, tapi tampaknya ia tak begitu yakin dengan jawaban itu. Ia tahu adiknya sedang menghadapi banyak hal baru, dan ia pun ingin melihat Elena lebih bahagia.

Setelah beberapa lama, balapan selesai, dan mereka berdua kembali pulang ke rumah. Elena merasa kelelahan, tetapi pikirannya tetap terjaga. Keesokan harinya, di hari Minggu yang sepi, Elena berbaring di tempat tidurnya, menatap langit-langit sambil berpikir. Kenapa Alden tidak menghubunginya? Apa yang sebenarnya terjadi dengan hubungan mereka?

Namun, perasaan aneh itu tiba-tiba digantikan dengan rasa penasaran. Vanessa dan Alden-dua orang yang selama ini membuatnya merasa tak nyaman-akan mengikuti Olimpiade. Mungkin itu yang menjadi alasan mereka semakin menjauh. Tentu saja, Elena tidak bisa terus menerus memikirkan mereka. Ia pun memutuskan untuk tidak terlarut dalam pikiran tersebut, melainkan lebih fokus pada dirinya sendiri.

Hari Minggu terasa lebih panjang dari biasanya, namun ada perasaan lega yang datang setelah ia memutuskan untuk berhenti memikirkan hal-hal yang di luar kendalinya. Namun, Elena tahu bahwa perjalanan di sekolah ini baru saja dimulai. Ada lebih banyak yang harus ia temui, lebih banyak yang harus ia hadapi, dan mungkin, lebih banyak kejutan yang menunggu.

The mask of DeceitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang