4. Kalibrasi rasa.

524 109 15
                                    

Penulis : watanabeys

penyunting : Takoya_taki

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Haruto sadar, kini dirinya tengah berbaring di atas kasur empuk. Ia bisa merasakan selembar kain yang menyelimutinya. Namun, Haruto masih terlalu takut untuk membuka mata. Kilasan kejadian kecelakaan, masih membekas dalam ingatannya, meski rasa sakit di sekujur tubuhnya sudah menghilang. Mati diantara kebisingan lalu lintas, serta teriakan putus asa Jeongwoo. Kira-kira, kematian seperti apa lagi yang harus ia hadapi, nanti?

Ketukan pada pintu, diikuti dengan decitan kenop yang berputar, masih tak menggoyahkan Haruto dari acara merenungi nasibnya. Tarik nafas, buang. "Semoga beruntung, Haruto," batinnya. Menyemangati diri sendiri.

"Jagoan, bangun, Nak. Sudah pagi!"

Seruan lembut dari seorang pria yang mengusap kepalanya, akhirnya menyadarkan Haruto, bahwa jiwanya sudah kembali berpindah. Ke mana takdir akan membawanya kali ini, Haruto akan pasrah saja.

"Hitayu, ayo bangun. Lalu sarapan bersama ayah," ucap pria yang masuk.

Ia membuka mata, dan menemukan tatapan hangat dari pria paruh baya, yang duduk di sisi ranjang tempatnya berbaring. Jika Haruto tak salah membaca keadaan, pastilah pria ini merupakan ayah dari anak lelaki bernama Hitayu.

"Kok, malah bengong? Nanti kamu terlambat, ayah tidak tanggung jawab, loh."

"Ayah?" cicit Haruto pelan.

Berbicara tentang ayah, Haruto juga sangat merindukan ayahnya. Sosok ayahnya yang sesungguhnya. Mendengar sapaan lembut dan usakan sayang dari pria ini, membuat matanya memanas haru.

"Kamu ini kenapa? Kayak baru lihat ayah saja ekspresinya." Kekeh pria itu, sembari mengusak kepala Haruto dengan gemas.

"Ayah, aku sangat rindu ayah," ucap Haruto dalam hati.

"Aku sayang ayah." Haruto merentangkan tangannya. Dia memeluk sosok ayah di hadapannya.

"Aneh banget. Kayaknya, kepalamu terbentur saat tidur, ya, Hitayu?" heran pria itu. Namun, tetap membiarkan Hitayu--Haruto, merengkuhnya erat-erat. "Biasanya bilang sayang kalau ada maunya, kamu habis berantem sama siapa lagi di sekolah?" Dia menelisik ke dalam netra sang anak, tetapi Haruto malah melayangkan tatapan polos. Anak lelaki itu tidak paham akan situasi.

Fast Wear : The Infinity UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang