17.

277 21 4
                                    

.

.

.

Chapter 17.

+62

Lo keknya tetep kelihatan seneng seneng aja ya

Lo siapa?

Gaperlu tau gue siapa
Intinya gue benci sama lo, bahkan geng yang lo pimpin

Menjijikkan

Baris pesan dari nomor tidak dikenal terus masuk ke dalam room chat milik Aditya. Siapa pelakunya pun ia tak tahu, serta apa tujuan dia melakukan hal itu?.

_

"Cih pembunuhan berencana, untung gue tiap mau balik selalu cek keadaan motor" sore ini adalah hari sialnya Ditya. Karena begitu banyak musuh dalam selimut, membuat Ditya harus ekstra hati-hati bagaimanapun kondisinya.

"Anterin gue ke bengkel geng, nih rem nya rusak" ujarnya sembari mengecek rem sepeda motornya.

"Lo dapet teroran Mulu kenapa si Dit?" dua temannya terpaku heran, lima hari tak berlalu dengan mulus. Ada saja halangan yang terjadi, seperti hari ini contohnya.

"Tau dah cok" jengah, Ditya tak tahu harus berbuat apa. Siapa yang melakukan hal ini padanya pun ia tak memiliki satu petunjuk sama sekali. Akankah ini juga ulah Dharma?.

"Dari Antarxs bukan?" celetuk Haikal, siapa tahu mereka memiliki rencana tertentu.

"Coba deh lo pikir, kalo ini emang dari Antarxs, atas dasar apa mereka mau ngebunuh gue?" ucapan Ditya sebenarnya tak salah juga. Jika mereka berlaku sejauh ini hanya karena tuduhan bahwa Ditya pelaku pencurian dan adu domba, sangat tidak masuk akal untuk dicerna.

"Kok gue mikirnya ada sangkutnya sama Dharma ya?" kali ini Renjun menimpali.

"Tapi kalo tujuan dia cuma buat nyakitin Ditya, kenapa ga dilakuin dari awal aja? Kenapa harus muter muter?"

"Iya juga ya cok, secara kan ibarat kata kita Deket, jadi kalo nusuk langsung dari belakang kan mudah" tak ada salahnya juga, semua kemungkinan bisa saja terjadi. Karena mereka tidak memiliki bukti, jadi yang timbul hanya berupa spekulasi.

"Tau dah anjir, mending lo pada bantuin gue"

__

"Btw lo sendiri? Aksa kemana?" kedua pemuda itu celingukan, mencari sosok Aksa yang ternyata tidak berada di dalam kos-an. Ya, hari ini keduanya mampir, hanya ingin ikut memastikan bahwa kos-an Ditya masih aman, terhindar dari bahaya seperti yang sering terjadi pada motornya.

"Pergi, dari seminggu yang lalu"

"Kenapa?"

"Kurang tahu, kayanya pasal Dharma juga, atau dia mungkin merasa terancam di Deket gue, karena secara ga langsung gue masih terbilang musuhnya" ujar Ditya sembari membanting tubuhnya ke sofa empuk yang terletak tak jauh dari-nya.

"Lo berdua, yang ga setuju sama pemikiran gue silahkan angkat kaki sekarang dah, daripada tambah runyam, gue gamau ada penghianat lagi kaya Dharma"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(ʙᴏʏ)ғʀɪᴇɴᴅ?《ɴᴏᴍɪɴ》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang