15.

168 16 0
                                    

voment dik, g voment nnt saya cipok

.

.

.

Chapter 15.

"Dit, sekolah anjing" Aksa membangunkan Ditya yang masih setia bergulat di atas kasur mereka berdua. Si manis bahkan sudah selesai dengan agendanya namun pemuda satunya malah asyik terbenam dalam mimpi manis-nya.

"Lo aja deh, gue males" jawab Ditya dengan suara serak berat khas kepunyaan-nya.

"Ini udah hari ke dua lo bolos anjir" heran, kemarin Ditya bolos, sekarang hendak bolos lagi?. Sebenarnya sekolah apa tidak sepenting itu bagi dia?. Apakah orang tuanya tidak marah?.

"Gue udah nitip surat sakit ke Haikal" jawab si dominan enteng, surat sakit padahal sendirinya gak sakit.

"Yaudah deh, gue duluan"

"Mau gue anterin gak?" tawar Ditya sambil merubah posisi tidurnya yang semula menghadap ke jendela kini beralih menatap Aksa.

"Gak deh, motor lo gue bawa aja ya" izin sakit tapi keluyuran, ga ada rasa takutnya.

"Yaudah deh, hati hati bawanya, jangan sampe lecet"

"Iya iya, eman banget elah motor doang" paling kalau motor lecet mentok masuk bengkel kan?, lagipula jangan ragukan cara mengemudi Aksa.

"Bukan motornya tapi kamu-nya, kamu jangan sampe lecet"

"Duluan gue" tanpa merespon ucapan Ditya, Aksa pergi begitu saja meninggalkan si pemuda yang masih terlentang di atas kasur.

"Kuncinya sayang"

"O iya" belum sampai Aksa menutup pintu kamar ia harus berbalik untuk mengambil kunci motor Ditya. Saking gegabah-nya sampai lupa.

"Lucu deh"

"Diem" Ditya menggelengkan kepala heran, ada ada saja. Lantas ia menatap kepergian Aksa dari bilik kamar, setelah si manis tak lagi terlihat barulah ia mengubah kembali posisinya.

triririrng

Ponsel berdering, siapa yang menelpon sepagi ini?. Ah bukan pagi lagi sebenarnya hanya saja memang Ditya yang terlalu malas untuk bangun dari tidurnya.

Ia mengambil ponsel yang terletak tak jauh dari ranjang, mencoba melihat siapa yang menghubungi dirinya.

"Apa kal?"

"Dia ga sekolah, udah 2 harian ga masuk juga"

"Lo hubungin juga tetep ga bisa?"

"Ga bisa dit"

"Apasi anjing, udah pening malah makin pening pala gue cok" Ditya tak tahu harus apa selepas ini, akhirnya dia memilih untuk mematikan ponsel. Agaknya mode senyap sedikit lebih cocok untuk suasana hati-nya saat ini.

Setengah hari Ditya menghabiskan waktunya hanya untuk tidur, karena bosan akhirnya ia keluar dari kamar di jam jam Aksa pulang sekolah.

Ia memilih duduk di sofa sembari menyalakan tayangan yang ada, kalau tayangan favorit Ditya tentu saja tidak ada di saluran. Yah, paling mentok yang enak dilihat di televisi hanya kartun.

"Ditya, udah makan belum Lo?" 30 menit berlalu, si manis kembali dari sekolahnya. Di depan pintu kos ia bertanya, akankah Ditya sudah makan? Mengingat dirinya hari ini tidak membuat bekal apapun. Karena pada dasarnya mereka berdua setiap pagi pasti sekolah dan sarapan pun dilakukan di luar kos-an.

(ʙᴏʏ)ғʀɪᴇɴᴅ?《ɴᴏᴍɪɴ》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang