(☞^o^) ☞18//TQP

1.1K 115 1
                                    

♡(ӦvӦ。)

Kini Alice tengah berada di istana suaminya, ia kembali pulang setelah menyelesaikan pemakaman tadi. "Kak Alice kenapa sedih, bisakah Jinni bantu?" Alice menoleh mendapati Jinni yang membawakannya coklat.

Jinni menatap coklatnya. "Ah tadi ini diberi oleh paman Sam, dia begitu baik tadi Jinni terluka karena berlari jadi Paman Sam memberikan Jinni coklat agar berhenti menangis." Alice tersenyum tipis.

"Ah, Jinni tadi mendengar dari Queen kalau Nenek Kakak meninggal? Jadi sekarang Kakak sedang bersedih ya?" Jinni lantas memeluk Alice dengan erat.

"Jinni disini Kak, Nenek pasti sudah tenang dengan segala bebannya." Mendengar itu Alice menoleh mendapat ucapan dewasa dari seorang anak kecil.

Apa yang dikatakan Jinni benar, mungkin saja sang nenek kini telah tenang karena telah terbebas dari kewajibannya yang sudah ia emban sejak lama.

"Jinni kemarilah!" Alice langsung membawanya ke pangkuan Alice dan mencium lembut kepala itu, Jinni saat pertama bertemunya sangat baik tapi saat melihat perlakuannya Jinni sangat membencinya dan tidak pernah dekat sekalipun.

"Maafkan Kakak."

"Kakak tidak pernah salah pada Jinni, mengapa minta maaf?" Alice tersenyum lalu memeluk Jinni dengan erat. "Mungkin Kakak tidak sadar, Jinni sebaiknya kita minta maaf jika memang merasa bersalah walau tidak melakukannya, mungkin Tuhan sedang memberi isyarat pada kita." Jinni mengangguk.

"Kalian berpelukan mengapa tidak mengajakku?" Mendengar itu Alice dan Jinni mendongkak.

"CK, lihatlah pria yang nakal kembali membuat momen damai ini terganggu." Ucap Jinni mendelik tidak suka.

"Hei, yang memelukmu adalah istriku, kenapa kau yang tidak suka, jangan berharap bisa merebutnya!"

"Siapa yang tau, mungkin suatu saat Jinni akan mengambil kakak ipar yang cantik, dan menjauhkan dari bahaya pria nakal." Alice terkekeh.

"CK, pergilah aku ingin berbicara dengan istriku." Jinni menggeleng kepala. "Baru 20 menit Jinni bersama Kakak cantik, Kakak sangat pelit dari zaman dulu."

"Hei aku masih muda!" Elak Jung.

"Siapa tau usia Kakak seperti vampir kan, lihatlah kulit kakak seputih salju, siapa yang tidak curiga." Jung menatap tidak suka pada Jinni lalu menarik anak itu hingga menjauh dari Alice.

Jung lantas memeluk Alice dengan erat. "Kau itu tidak tau malu mengambil orang yang paling berarti dalam hidupku, menjauh atau kau akan menerima hukuman!"

Jinni berkacak pinggang, ia mengeluarkan kalkulator nya lalu mengetik sesuatu. "2jt perjam untuk meminjam kakak cantik saat harusnya aku yang mendapat jatahnya." Jung membulatkan mata lantas berjalan mendekat.

Lalu menyeret Jinni dengan memegang kuping nya. "Arghh Kakak cantik tolong, dia menyiksaku!" Teriak Jinni melengking.

"Suamiku apakah kau tidak bisa berbuat lembut?" Tanya Alice sambil terkekeh melihat pertengkaran mereka.

"Tidak! Dia begitu licik untuk bersilat lidah memang siapa yang mau menampungnya." Ujar Jung. "Queen, Kakak tidak berkuasa untukku!"

"Lihat, begitu tidak berdosa nya dia yang bukan keluarga kerajaan, dia memang sombong Al." Jinni yang dikatai sombong tidak terima lantas menggigit tangan Jung hingga memerah.

Crak

"Arghh..."

"Rasain! Tadi kebetulan habis makan durian enak gak tuh wanginya, Kak cantik nanti malam jangan lupa bukakan pintu, Jinni akan bertamu." Teriak Jinni sambil berlari dari jangkauan Jung yang sudah menahan rasa kesalnya.

The Queen's Poison (Lizkook/Jinsoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang