Pagi ini libur, mood Jake sedikit turun sebab kejadian semalam. Heeseung terbangun karena aroma kopi menyeruak ke penjuru ruangan. Jake membuat dua kopi dan telah menyiapkan sarapan.
Heeseung tersenyum, namun fokusnya terpusat pada mata Jake yang sembab. Sedikit merah, Heeseung tau Jake habis menangis.
"Jake, oke?"
"Gatau"
"Emmm... Nanti aku izin keluar bentar ya, hari ini Sunghoon minta dianterin ke perpustakaan, habis gitu langsung balik ke sini"
"Iya"
Mereka makan dalam diam, Jake terlihat tidak nafsu makan, namun disuapi pun tidak mau. Heeseung tidak ingin menganggu Jake, maka setelah selesai mencuci piring, Heeseung bersiap dengan jaketnya, melirik Jake di sofa.
"Aku berangkat ya, mau nitip apa?"
"Aku mau bolu"
"Oke, nanti mampir beli bolu"
Heeseung menutup pintu putih itu perlahan, kini Jake sendirian. Maka air matanya langsung kembali jatuh bersamaan dengan ia yang menjatuhkan dirinya ke sofa.
"Ki, gue sedih"
"Gue kan bilang, kalo lo sedih karena cowo itu, gue ga mau peduli"
"Ayolah, gue beneran sedih"
"Salah lo"
"Sebenernya Heeseung suka gue beneran atau ga sih?"
"Mana gue tau"
"Dia keliatan sayang banget sama Sunghoon, gue di anggep apa ya?"
"Mainannya kali"
"Jahat!"
"Lo lebih jahat"
Jake memilih mematikan teleponnya. Pagi yang mendung, dengan suasana hati yang kurang baik, Jake hanya bisa bersedih sambil menyeruput teh hangat di kamarnya seraya membaca novel.
Dua jam berlalu, suara pintu terbuka menandakan Heeseung sudah pulang. Jake keluar memandang Heeseung sedang meletakkan bolu pesanannya di meja.
"Ayo akhiri ini semua"
Heeseung menoleh, tak mengerti maksud dari perkataan Jake. Ia berdiri, menghampiri Jake dengan raut penuh tanya yang jelas terbaca.
"Maksud kamu?"
"Kita salah, hubungan kita nggak seharusnya terjadi, kita harus selesai"
"Kamu pasti lagi sedih, makan bolu dulu ya, biar nggak ngelantur kaya gini"
"Gue serius, Seung. Ayo putus"
Heeseung terdiam, matanya yang tajam tidak lagi hangat seperti dulu, kini benar-benar sangat tajam. Heeseung marah, marah sekali.
"Lo harus pilih Sunghoon, biar gue yang pergi"
Jake bahkan tidak berani menatap mata Heeseung, genggaman tangannya mengerat karena takut sekaligus menahan supaya air matanya tidak jatuh.
"Gue ga bisa, kita ga bisa putus"
"Tapi kenapa? Kita bisa memulai, berarti kita juga harus bisa mengakhiri, kan?"
"Ada rasa, yang cuma bisa gue temuin di lo. Sunghoon ga bisa kasih itu, tapi lo bisa"
"Tapi bukan berarti mendua kaya gini, Heeseung. Lo ga mikirin perasaan Sunghoon kalo tau semua ini? Gue salah, kita salah"
Satu bulir air mata turun disusul bulir lainnya membasahi pipi Jake yang sedang Heeseung tangkup. Heeseung tidak ingin putus dengan Jake.
Drrtt Drrtt
Jake melepas tangan Heeseung dari pipinya, dering telepon Heeseung itu dari Sunghoon, "Maaf Jake, aku harus pergi. Kita bicarakan ini kalau kamu udah lebih tenang, ya?" Entah apa yang terjadi, Heeseung langsung berlari setelah menutup teleponnya.
Jake terjatuh ke lantai dingin apartemennya, menangis selagi menghubungi Ni-ki. Ni-ki tau bahwa Jake butuh dirinya, lantas ketukan di pintu itu merupakan ketukan dari Ni-ki yang datang sepuluh menit setelah Jake meneleponnya.
"Gue udah minta putus, tapi Heeseung belum bilang iya"
"Berarti belum putus dong? Terus sekarang dia di mana?"
"Kayanya penting, dia bilang bakal bicarain lagi kalo gue udah tenang"
"Brengsek!"
KAMU SEDANG MEMBACA
i found it in you ⟨ HeeJake ⟩
Фанфикшн"Ada rasa, yang cuma bisa gue temuin di lo" • fanfiction! • lokal • HeeJake ft. Sunghoon • short story, mini book
