Mataku membelalak terkejut. Tuhan, apa benar ini hasil perjuanganku? Aku diterima. Beberapa saat hanya bisa membeku tak percaya. Air mataku menetes.
Euforia itu hanya kurasakan beberapa menit, sebelum akhirnya kuputuskan memberitahukan hasil ini kepada ayah, bunda dan adik perempuanku, Sesa.“APA? JADI ....” Kulihat mata ayah memerah padam. “Kamu mendaftar TNI tanpa sepengetahuan ayah dan bunda?” seru Ayah dengan nada yang terdengar kecewa.
Aku hanya menunduk sambil menjawab, “maafkan Rio, Ayah. Rio merasa hati dan jiwa Rio ada di sana.
Rio ingin menjadi prajurit kebanggaan Negara yang mampu melindungi dan menjaga keutuhan Indonesia, sebagai bentuk bukti dan bakti bahwa keringat, darah dan air mata ini akan kupersembahkan seutuhnya untuk tanah kelahiran Rio. Ayah, bukankah arti nama yang ayah berikan untuk Rio bermakna seperti itu?”
“Sekeras apapun keinginan kita, bila itu tidak sesuai dengan keinginan anak akan menimbulkan gejolak batin yah.” Bunda memberi pencerahan kepada ayah dengan tutur kata lembutnya.
Ayah terdiam dengan mengrenyitkan dahinya, 10 menit kemudian ia berjalan menuju ruang pojok dekat kebun. Ceklekk! Ia membuka pintunya.
“Jika memang keinginan ayah selama ini membuatmu perang batin, Ayah restuin kamu untuk menjadi prajurit TNI.”
Sontak kami terkejut. Rasa-rasanya tida mungkin ayah merestuiku, aku masih tidak menyangka Ayah mau melunakkan hatinya. “Hah serius yah?”
“Apakah saya terlihat bercanda?” Tak henti-hentinya ucapan syukur keluar dari mulutku, terimakasih engkau telah memberikan jawaban atas doa-doa yang ku panjatkan.
“Terima kasih Ayah, Bunda dan Adikku. Aku berjanji aku tidak akan mengecewakkan kalian” Aku pun memeluk mereka dengan erat. Serangkaian tes telah kulewati dengan semangat yang membara, saatnya aku menunggu pelantikan dan penempatan tugas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepenggal Kisah Sang Ksatria
Teen FictionKsatria sejati adalah manusia yang tak pernah lelah dalam memperjuangkan apa yang menjadi keinginan serta legowo dalam menerima ketetapan takdir dari sang pencipta🌾