7. Lima tahun yang tak pernah kusangka

8 1 0
                                    

Saat pertama kali aku membuka mata, seorang gadis cantik menyapaku dengan senyuman yang tak berubah semenjak beberapa tahun yang lalu.
Aku ingat 2 minggu lalu ditugaskan berperang di daerah Cempaka, memang daerah tersebut terkenal rawan konflik. 2 peluru bersemayam pada tulang rusukku, sehingga menyebabkanku terbaring koma di ICU.

“Nirwana? Kamu udah jadi dokter sungguhan?”

“Iya, Letkol, Ksatria Abdi Nagari.” Timpalnya dengan senyuman. Gelak tawa memenuhi ruangan. Kurasa ini adalah pertama kalianya Nirwana memanggilku dengan menggunakan nama lengakap, apalagi ditambah embel-embel jabatan pekerjaanku.
Ceklek!

Kedua orang paruh baya muncu dari belakan pintu, mereka ... pahlawanku, mereka hidupku, cinta pertamaku, ayah dan bunda.

Nirwana nampak mengulurkan tangannya di depan ayah dan bunda, senyumnya ramah sekali. “Senang berkenalan dengan Tante dan Om, saya Nirwana.”

Secara bergantian, ayah dan bunda menerima uluran tangan gadis bersnelli putih khas dokter ini. “Hai, Nirwana. Wah ternyata temannya Rio ya. Sudah lama di rumah sakit ini, Nak?” Tanya bunda.
“Sudah dua tahun, Tante.”

***
Hari kedua setelah aku sadar dari koma, atasanku Kolonel Agus Suprapto tiba-tiba datang menjenguk, namun kejadian tak diinginkan terjadi. Tampak terjadi adu mulut antara Ayah dan Kolonel Prapto.

“Jadi ini atasanmu, Rio? Dia yang udah buat kamu celaka seperti ini? Anda memang tidak pernah berubah ya Pak Prapto, licik!” marah Ayah.
“Letnan Ksatria, apakah ini ayah Anda?”
Aku mengangguk.
“Nak, asal kamu tahu, dia ....” Ayah menunjuk ke arah Kolonel Prapto. “Atasan ayah yang dulu udah fitnah ayah dan buat ayah berhenti jadi prajurit. Dia yang udah hancurkan nama baik ayah.” Ayah menatap tajam pada Kolonel Prapto. “Saya sudah ikhlaskan apa yang terjadi pada saya dulu, tapi saya tidak akan terima jika Anda melakukan hal buruk pada anak saya.”

“Selamat pa-” Aku mengalihkan pandanganku ke arah pintu, kulihat Nirwana mengernyit ketika melihat keberadaan Kolonel Prapto.
“Om Prapto kok di sini?” tanyanya.
Aku terjingkat kaget. Om Prapto? Apa Nirwana kenal sama Kolonel?
“Nirwana, ini om lagi jenguk Ksatria, tim prajurit om,” jawab Kolonel Prapto.
Nirwana menoleh ke arahku lalu berkata, “oh iya, Rio, ini om ku yang waktu itu pernah aku ceritain ke kamu. Aku tinggal sama Om Prapto.”

“Dunia ini luas tapi kenapa saya harus bertemu anda lagi disini? Dan kenapa yang menangani anak saya juga keponakan anda?”

“Saya tau pak masa lalu saya pernah berbuat salah ke anda bahkan peristiwa tersebut telah membuat trauma tetapi Nirwana ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan kesalahan saya di masa lalu.”

Seluruh isi di ruangan tersebut terdiam mendengarkan perdebatan antara ayah dengan Kolonel Agus Suprapto, atasanku. Untuk mencairkan suasana, Nirwana mengajak keluar pamannya tersebut menuju taman samping rumah sakit.
“Rio, apakah kamu mencintai gadis itu?” Ayah bertanya padaku dengan tatapan mata yang sinis.
“Mengapa ayah bertanya seperti itu?”
“Ayah tidak ingin kamu berurusan dengan keluarga Prapto apalagi sampai memiliki hubungan dekat dengannya.”

Aku merenungi perkataan yang ayah lemparkan padaku. “Aku memang mencintai Nirwana bahkan semenjak aku mengantarkannya pulang dari warung soto, tapi aku tidak ingin mengecewakan ayah yang telah menyimpan luka lamanya.”

Setelah beberapa bulan badanku pulih aku memutuskan untuk cuti 1 minggu dan pulang kerumah, betapa terkejutnya aku menerima kertas undangan yang bertuliskan “Wedding Daniel & Nirwana”. Badan sigapku seketika lemas. “Apakah ini kamu Nirwana? Haruskah aku merelakan kisah cintaku yang tak terbalas?”.

Di sisi lain aku juga berfikir bahwa Ayah mementang keras berhubungan dengan keluarga Pak Prapto.

Drrrttttttttt,
Hpku bergetar. Pesan chat datang dari Nirwana yang menyuruhku datang ke pesta pernikahannya.

Andai saja kamu tahu bahwa aku mencintaimu, tapi bodohnya aku lebih milih menyembunyikan perasaan ini daripada mengungkapkannya.

Rupanya lelaki itu adalah lelaki pilihan orang tuanya yang juga berprofesi sebagai dokter. Nirwana, terimakasih telah menjadi bagian dari kisah hidupku. Kini aku tersadar bahwa tak sepatutnya cinta itu disembunyikan. Semoga kamu hidup bahagia dengan pendamping hidupmu..

**END**

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sepenggal Kisah Sang KsatriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang