Tato Mantra

7 3 7
                                    

“Ayolah hyung, tunjukan aku dimana tempat membuat tato.” Aku berusaha membujuk Jimin hyung untuk menunjukkan tempat membuat tato. Aku yakin pria itu pasti tahu dimana tempatnya, karena jimin hyung pernah membuat tato diperut sebelah kanan.

“Meskipun aku, tahu aku tak akan menunjuk kan mu.”

“Ayolah Hyung, ini penting bagiku.” Aku berlutut sambil memeluk kakinya, berharap agar pemuda mochi tersebut tersentuh melihatku.

Pemuda bermarga Park itu terlihat mulai risih melihatku, yang memeluk kakinya.

“Aiiissh, kelinci berotot! yaaak.... Jeon Jungkook, lepaskan kaki ku. Aku tak mau ayahmu mengira,aku yang menyuruhmu bisa-bisa ia langsung membunuhku.”

“Aku janji tak akan melibatkanmu hyung, jika ayah membunuhmu aku siap menggantikan posisimu. Ini menyangkut masa depanku hyung, jika aku sudah menjadi artis terkenal. Aku akan menjadikanmu manager ku. Peramal itu bilang, aku bisa menjadi artis terkenal.”

“Tunggu dulu, peramal? Peramal apa maksudmu?”

“Tadi aku tak sengaja bertemu dengan peramal kemarin, lalu ia menyuruhku untuk membuat tato mantra ditanganku. Ia juga mengatakan aku akan menjadi artis.”

Mendengar tawaran menggiurkan itu, membuat Jimin menjadi berubah pikiran karena mendengar ucapanku.
“Apa kau serius? Aku ingin keuntungan 40%”

“iya aku janji, aku rela membagi 50% keuntungan ku untukmu hyung.

“Oke deal” Jimin hyung langsung tersenyum sambil menjabat tanganku.

******

“Kookie, kau duluan saja. Aku ingin ke apotek sebentar.” Pamit jimin hyung.

“Baiklah hyung.” Aku masuk terlebih dahulu, tak berapa lama lalu Jimin menyusulku.

Aku meringis sambil memejamkan mataku, menahan rasa sakit ketika alat pembuat tato itu mendarat dikulitku. Jimin hyung mencoba menenangkan ku. Hampir setengah jam aku harus menahan rasa sakit ini.

Jimin hyung mendekatiku. “Daebak kookie, tato mu keren sekali. Aku tak percaya hasilnya akan sekeren ini.” Jimin hyung terlihat takjub melihat hasil tatoku.

Gomawo hyung, aku tahu dari dulu aku memang keren.”

“Aiiissh... Anak ini disaat tangannya masih sakit, masih sempat-sempatnya sombong. Nanti jangan lupa oleskan ini ditanganmu.” Jimin hyung menutup tanganku dengan perban, sambil memberikan obat oles yang ia beli tadi. Aku hanya tersenyum menanggapi jimin hyung, untung saja aku membawa jaket sebelum pergi jadi ayah tidak akan tahu bahwa aku membuat tato.

Hyung... Ini butuh waktu berapa lama untuk sembuh?”

“Paling besok pagi, tapi kau harus mengoleskan obat ini selama seminggu.”

“Syukurlah, ini tidak akan lama.”
“Ayo kita pulang, sebelum ayahmu curiga.”

*****

Benar saja dugaanku, saat ini tuan Jeon sedang bertugas didepan mesin kasir sambil membaca koran langganannya. Aku mencoba untuk terlihat biasa saja agar tidak ketahuan. Tuan Jeon itu multitalent terkadang ia bisa menjadi sahabat, menjadi musuh bahkan menjadi cenayang. Seperti saat ini, ia menghalangi jalanku dengan gulungan koran.

Kamjagiya... Appa kau mengagetkanku saja.”

Tuan Jeon berdiri dihadapanku, sambil menatapku dengan tajam.
“Dari mana saja kau?”

Aku mencoba menjawab dengan santai agar tidak dicurigai.
“Aku dari rumah jimin hyung.” Elakku membela diri.

Tuan Jeon semakin mendekat kearahku dengan tatapan sinis.
“Apa kau yakin? Sepertinya kau menyembunyikan sesuatu dari appa?” Kini pria paruh baya itu berjalan mengelilingiku.

Bad DecisionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang