Tentang Dia 1

0 2 0
                                    

Hujan lebat malam ini membasahi kota Seoul, aku sedang berada disebuah caffe didekat sekolah lamaku. Aku selalu mengunjungi tempat ini hampir setiap hari, sampai-sampai pegawai tempat ini memberikan julukan "pelanggan setia" padaku, terdengar sedikit lucu tapi memang itu faktanya aku selalu setia kesini. Aku masih menatap keluar jendela sambil menikmati coklat hangatku berharap bisa bertemu lagi dengannya, aku sangat merindukan dia.

Aku jadi teringat awal pertemuan kami. Seperti biasa setelah jam sekolah usai aku memilih untuk tidak pulang kerumah. Hampir setiap hari aku menghabiskan waktu bermain basket sendirian untuk mengusir rasa sepiku, sudah tak terhitung berapa kali aku memasukan bola kedalam ring. Setelah merasa puas barulah aku mengistirahatkan diriku dengan berbaring ditengah-tengah lapangan, ku lihat kelangit sudah berubah menjadi kelabu menandakan sebentar lagi akan turun hujan, dan benar saja aku bisa merasakan setetes air mengenai wajahku dengan cepat aku langsung berdiri menuju gudang untuk mengembalikan bola basket yang aku pinjam setelah itu aku langsung pulang.

Aku berlari dengan sangat cepat menuju halte berharap badanku tidak basah kuyup.

"aah, sial" umpatku sambil menyapu tetesan air dibadanku, aku tak menyadari ada sepasang mata yang sedang memperhatikanku.

"Jangan mengumpat terus kak itu tidak baik" sahut seorang gadis yang duduk disudut halte. Aku langsung menoleh ke sumber suara itu, aku melihat seorang gadis yang kira-kira lebih muda tiga tahun dariku " kau hanya anak kecil jadi jangan ikut campur urusanku" jawabku dengan ketus.

"Ya ampun, galak amat sih kak. Aku kan Cuma mengingatkan" gadis itu menggelengkan kepalanya sementara aku masih asyik menyeka air dikepalaku tanpa mempedulikan gadis itu. Gadis itu beranjak dari tempat duduknya lalu ia menampung air hujan itu dengan tangannya sambil tersenyum manis.

Melihat kelakuan gadis itu membuatku kembali bersuara "ck, dasar anak kecil, nanti kalau kau demam baru tahu rasa".

Gadis itu langsung menatapku dengan sinis "walaupun mandi hujan aku tidak akan demam, dasar orang tua payah".

"apa kau bilang?" aku langsung berdiri dari tempat dudukku.

Gadis itu terlihat tidak takut sama sekali, malahan ia menjulurkan lidahnya padaku "Orang tua payah, weeek".

"Awas kau ya" aku menunjuk gadis itu dengan kesal, aku memutuskan untuk duduk kembali karena aku malas berdebat, aku kembali menatap kearah jalan berharap bus akan segera datang. Gadis itu mendekat kearahku dengan langkah pelan tapi aku tak menghiraukannya, suara tawa gadis itu pecah saat ia berhasil menyiram wajahku dengan air hujan yang tadi ditampungnya. Amarahku sudah sampai dititik puncak ketika aku ingin membalas gadis itu bus pun datang ia segera berlari menaiki bus itu berharap bisa kabur dariku tapi dugaannya salah aku juga menaiki bus yang sama dengannya.

Aku mengambil posisi duduk disebelah gadis itu lagi karena tidak ada bangku kosong selain disini, sekilas aku melirik gadis itu ia masih susah payah menahan tawanya.

"kali ini kau selamat" gumamku.

Gadis itu masih tetap terlihat tenang "aku tidak takut sama siapa pun" jawabnya dengan santai.

Hujan semakin lebat kali ini disertai suara guruh, gadis itu terlihat takut mendengar suara guruh ia langsung memelukku sambil menyembunyikan wajahnya dilenganku.

Aku merasa sedikit risih dengan pelukan gadis itu "Hey, kenapa kau takut? Bukannya tadi kau bilang tidak takut sama siapa pun, tapi kenapa mendengar suara guruh begini saja kau takut? Dasar payah".

Gadis itu masih betah menyembunyikan wajahnya "aku tidak payah, ini beda lagi, kau diam saja kak" jawab gadis itu dibalik lenganku.

Aku semakin berniat mengganggunya "Memang apa bedanya?".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bad DecisionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang