"Kalau gak punya uang, pulang, Mbak. Bukan nyusahin orang!"
Terdengar keributan dari dalam toko. Ayano mematung. Ragu untuk masuk, meski ini bukan pengalaman pertamanya.
"Mbak? Sejak kapan saya jadi Mbak kamu?"
"Gak usah ngalihin pembicaraan!"
"Kamu yang sopan ya sama pelanggan! Kamu mau saya viralin?" Wanita paruh baya itu mengeluarkan ponsel. Kemudian memulai live streaming dengan sebuah drama. "Lihat nih! Masa ada pelanggan datang malah dikasarin?" tuturnya.
Ami tidak segan menunjukkan wajah geramnya. "Pelanggan macam apa yang datang dan makan kue pesanan orang, tanpa mau membayar?" ucapnya tak mau kalah.
"Kuemu itu gak enak. Ngapain saya harus bayar?"
Tatapan Ami bertambah tajam. Ketika kata tak lagi berguna, dia pun melayangkan tangan. Namun semuanya tertahan di udara, kala Ayano menengahi mereka.
"Jangan gitu. Sesulit apapun, kita harus menjelaskan dan melayani pelanggan sampai dia mengerti."
"Ayano ...," panggil Ami, tak terima sahabatnya membela orang lain.
"Lihat! Bahkan adek kecil ini pun tahu bagaimana harus bersikap." Senyum kemenangan mengukir wajah paruh baya itu.
"Dan lain kali, pasang peringatan 'Orang gila dilarang masuk' di depan pintu," lanjut Ayano.
Ami spontan tertawa. "Iya, iya. Gue rasa orang tuanya sudah tau sih, tapi gak punya biaya berobat. Ini orang maen masuk dan bikin masalah. Apa dong namanya kalau bukan orang gila?."
"Kalian!" Paruh baya itu menunjuk Ayano dan Ami bergantian. "Kalian ternyata bersekongkol."
Dia kembali menampakkan wajah di ponselnya, saat menyadari semua pengikut sudah pindah haluan. Mereka setuju dengan ucapan Ayano dan meminta paruh baya itu meminta maaf. Hujatan demi hujatan memenuhi kolom komentar. Lagipula siapa yang akan membenarkan orang yang mencolek makanan orang lain tanpa izin dan tak mau ganti rugi?
Dia makin terpojok. Hentak kasar terdengar ketika dia meninggalkan toko. Disertai hembusan napas bak sapi betina yang mengamuk.
"Lo memang sahabat gue!" Ami berteriak dan memeluk Ayano.
"Kalau gini terus, lo bisa bangkrut?"
"Gue gak peduli." Ami mengangkat kedua bahunya. Dia menarik kursi, mengajak Ayano untuk duduk. "Lo sendiri? Ngapain kemari? Gak kerja?"
"Cuti."
"Cuti mulu. Kayak pabrik punya bapak lo aja."
"Kan emang iya."
Ami mendecih. "Ya udah, sana pacaran, gih. Jangan gangguin gue mulu. Gue sibuk."
Ayano melirik kiri kanannya. Ami tak punya pelanggan selain dia. Lalu sibuk apa?
"Sebenernya, gue udah putus sama Farel," ucap Ayano memulai curhatan.
"What?"
"Dia ngelamar gue."
"Tunggu! Ini urutannya gimana sih? Dia ngelamar lo, trus kalian putus sebagai pacar karena bakal jadi suami istri? Lo ke sini mau nganterin undangan?" tebak Ami.
"Enggak. Karena Farel melamar gue, jadi kita putus"
"Lo aneh banget. Ngapain kalian putus? Padahal dia baru aja diangkat jadi manager." Ami berdecak menyayangkan.
"Lo pikir gue kekurangan uang?" decih Ayano. Dia menghela napas. "Kemarin gue juga pingsan."
"OMG. Kok bisa?" Ami kaget lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Pet [21+]
Romance"Gue sumpahin lo pacaran sama brondong!" Sepintas, Uramichi Ayano adalah wanita yang sempurna. Dia cantik, kaya, punya pacar, dan pekerjaan tetap. Namun semenjak adanya tragedi panas bersama Rayden, emosi di wajah wanita itu menghilang. Dia bagai p...