Pada akhirnya, Nathan tak punya pilihan. Dia terpaksa, namun juga tak terbebani. Satu-satunya yang mengganjal hanya soal harga dirinya. Entah kenapa Nathan seperti budak uang, ketika dihadapkan oleh keputusan yang sulit.
Pemandangan kota sedang membentang di hadapannya. Bagaimana bisa pria itu mengeluh? Dia berada di tempat impiannya sembari mendapatkan gaji dan tunjangan. Seolah keberuntungan bertubi-tubi sedang berpihak padanya kali ini. Lupakan sejenak soal harga diri. Toh, Ayano juga tak pernah memandangnya rendah.
Perlahan-lahan pria itu membayangkan hidup bersama istri dan anak-anaknya di sini. Pagi-pagi berkumpul di ruang makan, melihat pemandangan dan memperbincangkan apa yang akan mereka gapai hari ini.
Sangat menyenangkan. Baru berupa impian saja, semangat Nathan langsung menggebu.
Suara bel menyapa ketika Nathan sedang menata masakannya di meja. Senyumnya turun. Dia melirik ragu. Apa benar suara itu menuju ke alamat ini? Siapa yang bertamu pagi sekali dan mengganggu khayalannya? Nathan ingin mengabaikan dan menganggapnya orang iseng. Tapi, Hei! Ini Apartemen Sweetheart! Hanya orang yang sudah punya janji yang diperbolehkan berkunjung.
Pintu terbuka dengan sendirinya. Nathan menatap pria dengan setelan kantor berantakan, dari atas ke bawah. Aroma alkohol menyeruak dari tubuhnya. Nathan melihat mata pria itu merah. Jelas, dia sedang mabuk.
"Lo siapa?" Pria itu malah menanyakan hal yang seharusnya ditanyakan oleh Nathan. Tatapan matanya setajam silet. Nyaris membuat Nathan gemetar. "Mana Ayano?"
Mendengar nama itu, Nathan langsung berpikir mereka kerabat. Dia mendekat untuk menyambutnya. "Ayano ... lagi tidur."
"Tidur?" Raut wajah Farel berubah drastis. Segera mencari arti perkataan Nathan. Ada pria lain di apartemen Ayano saat pemiliknya sendiri sedang tidur? "Minggir lo!"
"Eh? Bentar dulu. Saya gak bisa biarin anda masuk gitu aja," tegas Nathan sopan. Seorang kerabat pun, terap harus punya sopan santun kan?
"Lo nggak tahu Ayano punya pacar?"
Nathan terdiam kaku. Pacar? Dia tak tahu menahu. Bahkan tak ada satupun foto pasangan di rumah ini. Orang mabuk itu hanya mengada-ada, bukan? Nathan makin merasa curiga.
"Maaf, Ayano gak pernah bilang dia punya pacar. Jadi ... Anda tolong keluar dan datang lain kali saat Ayano sudah bangun." Nathan mencoba menjelaskan dengan baik. Bukan kehendaknya untuk menerima tamu mabuk tanpa bertanya pada Ayano. Dan Nathan tahu, membangunkan tuan rumah di pagi seperti ini, bukanlah solusi.
"Minggir, lo! Suruh dia ke sini!" teriak Farel.
"Enggak!" Nathan tetap taat aturan. Dia tak akan mengizinkan tidur Ayano terganggu. "Siapapun anda, kalau bertamu itu yang sopan! Anda masuk gitu saja, saya juga punya hak untuk mengusir anda dari sini."
"Lo? Punya hak? Lo cari mati?"
Farel mengamuk. Dia mendorong Nathan ke tembok. Nathan makin bingung dengan situasinya. Apa dia melakukan kesalahan? Dia tak merasa perkataannya salah. Terlebih untuk seorang tamu yang bau alkohol.
"Farel!" teriak seseorang dari jauh. Keduanya spontan menengok. Melihat Ayano berjalan ke arah mereka dalam balutan piyama seksi berwarna abu.
Kesalahpahaman terlihat makin nyata. Farel makin termakan amarah. Dia menatap Ayano dan Nathan bergantian, seolah telah terjadi sesuatu di antara mereka. Jika tidak, bagaimana Ayano bisa berani berpakaian seperti itu di depan orang lain?
"Sayang, ini siapa? Kenapa dia ada di rumah kamu?"
"Menurut lo siapa?" Ayano balik bertanya. Tatapannya tajam dan nadanya ketus. Nathan syok, melihat wajah marah Ayano untuk pertama kali. "Kita udah putus, ya. Jangan ganggu gue lagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Pet [21+]
Roman d'amour"Gue sumpahin lo pacaran sama brondong!" Sepintas, Uramichi Ayano adalah wanita yang sempurna. Dia cantik, kaya, punya pacar, dan pekerjaan tetap. Namun semenjak adanya tragedi panas bersama Rayden, emosi di wajah wanita itu menghilang. Dia bagai p...