By Design

6 0 0
                                    

Ohmpara…
Ohmpara…
Ohmpara…
Kata asing itu terus terngiang di benak Hae Bin. Dimana-mana orang membicarakan Ohmpara. Bukan orang-orang pada umumnya. Tapi orang-orang itu mereka yang Hae Bin sukai. Hae Bin terus berpikir keras sambil menggigit sedikit demi sedikit roti lapisnya.
“Aneh banget ini perkumpulan, komunitas, or whatever-lah namanya. Nggak ada keterangan apapun di internet. Tapi anehnya orang-orang sekelas Nenek Sandra sampe motivator eksentrik ngomongin betapa hebatnya itu perkumpulan.” ucap Hae Bin di tengah lumatan rotinya. Ia tak sadar jika dari tadi Ciara memperhatikannya sambil menyeduh kopi paginya.
“Perkumpulan apa? Kamu ikut perkumpulan aneh-aneh??”
Seketika Hae Bin berdecak. Saat itu sejumput mayonais jatuh di atas rok sebetis Hae Bin. Ciara langsung bereaksi. Berlebihan seperti biasa.
“Apa itu?? ganti cepetan rok kamu!” Ciara tak menunggu reaksi Hae Bin karena Hae Bin biasanya memang tak akan mau meresponnya. Ciara memutari meja bar lalu menarik rok Hae Bin. Hae Bin yang sedang duduk di kursi tinggi pun tersentak dan mau tak mau berdiri tegak. Ciara mencari-cari dimana letak kaitan ujung zipper rok itu. Saat menemukannya berbinarlah kedua matanya.
Sreeeek…breettt…breetttt.
Rok Hae Bin sudah tak ada di tempatnya. Hawa dingin menusuki short tipis katun Hae Bin. “Dasar wanita sopan dan anggun!” ucap Hae Bin dengan penekanan tajam sebelum ia meninggalkan dapur. Sementara, Ciara memandangi gumpalan mayonais putih lembut di atas rok Hae Bin dalam genggamannya. “Binar! Binar! Ganti rok yang lebih pendek dong! Biar gak kaku gitu lho…masa’ anaknya Ciara Denise ngaco gitu pake bajunya! Kamu denger kan, Hae Bin??! Araseo??!!”
Hae Bin merasa cukup panas di kamarnya yang dingin. Ia mendengarnya namun ia takkan mau semudah itu mengabulkan keinginan mamanya. Hae Bin hanya mengambil celana jeans extra large dan mengganti atasannya dengan knitted sweater. Semuanya serba ukuran besar. Ia juga melilitkan syal di lehernya. Hae Bin turun diiringi dengan teriakan mamanya yang mengatainya kampungan! Ga up to date! Urakan! dan semua bahasa binatang lainnya.
Hae Bin sudah kebal. Ia lantas berjalan kaki menuju depan komplek sambil memesan taksi online. Hae Bin tidak tahu jika neneknya memperhatikannya dari rumahnya yang terletak di seberang rumah Ciara. “Anak itu masih sehat. Cukup. Sekarang tinggal bagaimana membuat Hae Bin selamat dari marabahaya di sekitarnya…”
***
“Selamat siang, mbak Binar…” ucap supir taksi online menyambut Hae Bin yang masuk ke kursi penumpang belakang. Binar hanya mengangguk canggung. Ia sedang tidak mood berbasa-basi sekarang. Mamanya merusak mood paginya dengan menanggalkan roknya. Padahal ia mau memakai rok itu ke perpustakaan. Hae Bin sangat menyukai rok yang ia beli di marketplace itu.
Sementara supir taksi terus mencerocos tentang titik tujuan Hae Bin dan betapa ia sering mengantarkan penumpang ke perumahannya, Hae Bin terus mencari tahu soal komunitas Ohmpara dari media sosialnya. Ia juga masuk ke laman kampusnya untuk melihat apakah ada yang membicarakan soal komunitas ini.
Saat itu, ada sebuah komentar yang menyebutkan Ohmpara! Fighting Ohmpara!
Hae Bin menelusuri profil sang komentator. Mahasiswa jurusan filsafat itu ternyata memiliki kafe situs By Design dimana ini tempat berkumpulnya orang-orang bermasalah pelik. Masing-masing kelompok yang membuat circle sesuai permasalahan yang sedang dihadapi lantas akan mengadakan pertemuan offline. Terserah mereka apakah ingin bertemu di kafe, restoran, mal, atau…hotel. Orang-orang yang butuh pelukan dan kasih sayang lebih biasanya akan memilih hotel. Mereka akan booking satu kamar untuk healing bersama.
Gotcha! Binar seperti mendapatkan durian runtuh. Ia akan menyusun strategi untuk bisa menyusup ke perkumpulan ini. Supir taksi memandangi Binar dari spion. Dari tadi Binar memang tidak menanggapi apapun yang ia lontarkan. Sang supir tidak marah. Ia malah penasaran mungkinkah pelanggan pertamanya ini butuh bantuannya.
Sebelum Binar turun, supir taksi tak lupa memberikan kartu namanya. “Barangkali Mbak Binar butuh bantuan…hubungi saya di sini. Mungkin Mbak Binar pernah dengar Ohmpara?”
***
Dewi Nawalasari hanya satu dari sekian banyak nama yang berpengaruh di perkumpulan Ohmpara. Namanya semakin melejit setelah ia berhasil memindahkan jiwa anak Clarista yang mati tak wajar ke tubuh Ciara. Akibatnya saudara kembar identik itu menjadi musuh sepanjang usia mereka sejak Ciara hamil. Tak ada yang tahu apa yang sudah Dewi lakukan sebelum janin Ciara itu hidup. Saksinya hanya satu sisi dinding rumah lama Dewi yang ditulisi perjanjian menggunakan darah ayam cemani. Dinding itu tak dapat berbicara namun tulisan itu tak dapat dihapus dengan cat sekalipun. Dewi lalu menutup dinding dengan wallpaper. Untuk menghilangkan jejak perjanjiannya, Dewi menjual rumah yang masih berada di satu perumahan yang sama dengan rumah Ciara dan Ariel. Sayangnya, rumah Dewi belum ada yang mau membelinya sampai detik ini. Dewi pun membuat Ariel, Ciara, dan Clarista mengeluarkan uang untuk membelikannya rumah baru yang berseberangan dengan rumah Ciara. Dewi ingin lebih dekat dengan cucu satu-satunya yang sudah ia perjuangkan sedemikian rupa. Ketiga anaknya itu menjadi penurut hanya saat itu. Saat mereka sadar, Dewi sudah menempati rumah barunya dan tabungan mereka sudah terkuras banyak. Namun, tak ada yang bisa mengajukan komplain ke Dewi.
Sesekali Clarista menagih uang pada Dewi. Itu karena ia kekurangan uang untuk membesarkan klinik kecantikan yang sudah menghidupi gaya hidup mahalnya selama sepuluh tahun terakhir. Dewi takkan memberikan sepeser uang pun. Ia hanya mengarahkan Clarista untuk berkecimpung di bisnis yang baru untuk memodal bisnis klinik kecantikannya yang sudah memiliki lima belas cabang ini.
Saran terbaru yang Dewi lontarkan saat Clarista minta uang sebesar lima ratus juta ke mamanya adalah membuat serum perawatan awet muda terbaru dengan darah bayi. Ini sudah tren di luar negeri sejak  dulu. Beberapa pesohor menggunakan perawatan ilegal darah bayi supaya tetap terlihat awet muda. Clarista mengerti apa yang mamanya ucapkan. Tapi di negara ini tak mungkin praktek seperti itu dilakukan. Dewi hanya menjawab enteng.
“Kamu bisa gedein bayi-bayi di jalanan lalu ambil darah mereka dengan menyiksanya. Beres, mudah, cepat kan?”
“Mama sakit…” ucapan itu keluar begitu saja dari mulut Clarista. Terdengar ragu namun dalam hatinya begitu yakin. Dewi hanya tertawa saja mendengarnya.
“Mama memang sakit, Clarista. Makanya kamu bantu sembuhin mama. Kamu nurut apa kata mama atau mama akan semakin menjadi.”
Clarista keluar dari rumah mamanya secepat mungkin. Makin lama ia bersama mamanya, ia semakin takut tidak bisa menguasai dirinya sendiri.
Sebuah mobil mendekat ke rumah Ciara. Ciara dan Ariel belum pulang. Clarista pikir ia harus memberitahu orang di dalam mobil untuk kembali lagi nanti. Saat Clarista mendekat, sang supir turun dengan mesin mobil masih menyala.
“Mbak Ciara, kan?”
“Bulan. Saya Clarista. Maaf bapak cari Ciara, kembali lagi aja nanti. Ciara sama suaminya belum pulang.”
Pria paruh baya bertubuh gempal, kulit sawo matang, rambut keriting dan dengan senyum tersungging itupun mendekati Clarista. “Ah Mbak Ciara becanda nih. Pak Ariel Joo kan minta saya untuk menjemput Mbak Ciara. Mau ada kejutan di lokasi syuting.”
Clarista pikir ini kesempatan bagus. Sudah lama ia tak berdekatan dengan Ariel. Ia pikir bapak itu salah orang karena memang ia dan Ciara sangat mirip. Clarista pun ikut dengan bapak supir itu. Bukannya diantar ke lokasi syuting, Clarista malah diantar ke gedung tua kosong yang penuh dengan besi-besi berkarat.
“Di sini mbak tempat syutingnya. Sebentar ya saya ambilkan kursi dan setting semuanya.”
Clarista hanya melihat-lihat sambil menunggu. Tak lama kemudian, pintu dibuka dengan beratnya. Suara berdecit terasa memekakkan telinga Clarista. Ia menoleh ke belakang dan saat itu matanya bertumbukan dengan mata Joo Hae Bin.
“Hae Bin?? kamu…”
Mulut Hae Bin disumpal kaos kaki dan kedua tangannya terikat di depan. Clarista terkena serangan panik tiba-tiba. Hae Bin tetap datar seperti biasa. Dia sudah tahu jika tantenya mudah panik tapi oh please…di tempat kita diculik sama supir taksi online??
Dasar norak!!!
***
Bersambung…

Joo Hae Bin Putri Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang