Inner Child

1 0 0
                                    

Manusia sering bohong. Bilang sudah dewasa dan sudah move on. Namun nyatanya inner child-nya muncul berapi-api. Dan itu merepotkan banyak pihak. Keluarga Ariel Jo dan Ciara termasuk keluarga yang sering berlindung di balik inner child setiap berargumen demi bisa memenangkan pertengkaran.
Pramita si artis baru naik daun itu mengirimi Ciara sebuket bunga lily beserta amplop berisi foto-foto dirinya dan Ariel Jo di klinik gigi mereka. Ciara meradang dan dia meledak-ledak mendatangi kantor Ariel di jam makan siang. Ariel yang sedang menyantap bibimbab buatan Ciara pagi tadi itu sontak memuntahkan makanan dalam mulutnya saat Ciara marah-marah di kantornya. Semua pegawai yang tidak makan siang di luar mendengar.
“Kamu apa-apaan sayang? Hei…hei…calm down…malu didengar pegawai…” pinta Ariel Jo sambil mengusap-usap lengan Ciara.
“Kamu yang apa-apaan? Ini apa?” Ciara menyerahkan amplop berisi foto Pramita dan Ariel yang tampak begitu mesra di atas kursi dalam ruangan ini. Ciara mencocokkan angle foto dengan suasana di dalam ruangan ini.
“Di sini…kamu dan artis bodong itu duduk pangku-pangkuan, kan? Selesai foto-foto kalian ngapain? Kalian ngapain hah?!!!”
Ariel Jo menyesal mau saja difoto begitu oleh asisten make up Pramita. Mereka bilang itu hanya untuk koleksi pribadi Pramita. Ternyata ia kurang cermat saat itu. Tapi Ariel tidak mau mengakui kebodohannya. Ia tak mau tampak lemah di depan Ciara. 
“Sayang…semua gara-gara kamu…kamu kan tau aku kayak apa dibesarin sama orangtuaku? Kalo kamu cuekin aku, aku ya gampang berpaling-lah…Pramita itu cantik…dia pandai memuji dan aku tergoda. That’s it.”
Ciara tak habis pikir Ariel Jo bawa-bawa masa lalu dengan orangtuanya yang sangat tak peduli dengan anak tunggalnya ini. Ciara tahu masa lalu itu saat keduanya mabuk bersama dan saling bercerita tentang masa lalu yang menyedihkan.
“Terus? Kamu pikir aku nggak ke-trigger dikirimin foto kayak gini?” Ciara melempar semua foto ke wajah Ariel. “Kamu kan tau ibuku kayak setan!”
Mereka terus berargumen hingga Jo Hyang Hae datang dengan gerombolan ibu sosialitanya. Sekretaris Ariel Joo langsung pasang badan untuk menutupi pertengkaran dahsyat suami istri itu.
***
Hae Bin merasakan sakit di area pinggulnya. Sudah dua hari sejak ia pergi bersama Marcel dan teman-temannya. Dia tahu Marcel sengaja mengerjainya dengan permainan kartu truth or dare itu. Tapi Hae Bin tak punya pilihan lain selain mengikuti kemauan Marcel dan teman-temannya. Daripada mereka jadi korban Ohmpara.
Saat meminum sisa susu sereal, Hae Bin langsung merasa eneg dan ia mual-mual di depan wastafel. Hae Bin mengingat bagaimana dia harus menahan diri saat harus minum air racun buatan Marcel dan teman-teman. Mereka mencampur gilingan beras dengan kopi dingin, cuka dan kecap manis. Suara mualnya terdengar sampai teras rumah. Saat itu Clarista melintas sehabis jogging pagi.
“Kamu hamil?” tanya Clarista nyeplos.
“Enak aja, tante…”
“Abis mualnya kayak waktu tante morning sickness dulu…”
Hae Bin bingung. Seingatnya tantenya belum pernah menikah. Mana mungkin bisa morning sickness? Kecuali dia pernah hamil karena ulah pacarnya.
“Tante hamil ama siapa emangnya?”
Clarista yang sedang meneguk susu stroberi dingin lantas tersedak. “Ada-lah…kita bablas karena cinta ya. Garisbawahi itu…sayang anak tante nggak selamat…karena…”
“Karena apa?” Hae Bin penasaran.
“Karena ulah kekanakan seorang wanita dewasa…ah udah ah tante banjir keringat. Ntar tambah emosi terus nambah keringatnya inget-inget kejamnya perbuatan itu ibu-ibu sialan…caw Bin…”
Clarista berjalan sampai ke bibir pintu. Lalu, dia balik badan dan kembali ke dapur. “Hae Bin…kalau someday kamu hamil karena bablas kayak tante…kamu jangan kasih tahu mama atau nenek kamu. Kasih tau aja tante. Tante akan ngelindungin kamu…”
“Tante laknat banget ya…aku nggak akan hamil ama siapa-siapa. Aku nggak suka sama anak-anak. Dan aku nggak akan punya anak kalo kelak merit.”
Clarista menyeringai. “Kayaknya kamu lebih laknat deh…”
Hae Bin tulus mengatakan itu. Ia menyesal menjadi seorang anak di keluarga ini. Makanya dia tak mau punya anak. Tapi kemarin itu dia menerima sebuah kecupan dari Marcel karena permainan truth or dare. Marcel bilang bibirnya lembut dan manis. Mereka bisa melakukan lebih jauh kalau Hae Bin mau.
***
Sialan mama kenapa mesti dateng sih…aku hampir aja nonjok muka si Ariel…
Ciara bersungut-sungut pulang ke rumah menyetir sendiri. Ariel Jo dengan wajah babak belur dipukuli Ciara terpaksa meladeni para tamu Dewi yang minta perawatan khusus untuk giginya. Saat ditanya Hyang Hae alias Dewi, Ariel Joo hanya bilang kalau dia habis latihan dengan samsak bersama dengan coach tinjunya. Makanya wajahnya babak belur.
“Halo, Rio? Kamu dimana? Bisa kita ketemu? Saya ke apartemen kamu aja ya?” tanya Ciara di telepon sambil menyetir. Nolandrio asisten Ariel saat dirinya menjadi sutradara. Dia berencana mencemburui Ariel melalui Rio. Dia sudah tak peduli jika kelak Rio dipecat oleh Ariel.
Setengah jam kemudian Ciara sampai di apartemen Rio. Rio baru bangun dan hanya mengenakan celana boxer super pendek. “Rio, bisa bantu saya?” tanya Ciara sambil mendekat ke wajah Rio yang memucat akibat udara dingin di dalam.
“Ba…bantu apa, bu?” Rio terhenyak kaget dengan pergerakan Ciara yang seperti hendak menjamahnya kasar.
“Cium saya, Rio…” sahut Ciara sambil mengarahkan kamera dengan video recorder yang menyala.
“Ta…tapi, bu…”
“Sudah kamu jangan banyak omong…anggap saya pacar kamu. Sentuh saya semaumu…”
Ciara mendorong tubuh Rio hingga mereka masuk ke dalam kamar apartemen studio cukup sederhana itu. Ciara meletakkan ponselnya di meja sesaat lalu ia kembali ke Rio yang sudah rebahan kaget di atas ranjangnya. Ciara membuka atasannya. Lalu, ia sigap menarik boxer Rio hingga pria 35 tahun itu tak mengenakan sehelai benang pun.
“Good angle…” Ciara lalu mengarahkan kamera ke arah Rio dan dalam sekejap Ciara yang hanya mengenakan pakaian dalam itu sudah berada di atas Rio. Dia membisiki Rio agar memutar tubuhnya hingga Ciara bisa berada di bawahnya.
“Kalau kamu menurut…saya akan buat kamu dekat sama Abet.” Ciara tahu betul jika Rio naksir berat dengan asisten Ciara. Rio tergoda. Bukan karena tawaran Ciara tapi karena memang pesona Ciara yang sulit ditolak. Rio hampir bablas. Dia hampir menarik celana dalam Ciara. Ciara menahan tangan Rio.
“Hati-hati kamu ya…” bisik Ciara. Setelah puas membuat video berdurasi lima menit itu, Ciara kembali berpakaian dan dia menutupi tubuh Rio dengan selimut.
Ciara pamit setelah memberikan Rio voucher belanja di minimarket dekat rumah Abet. “Kamu ke rumah Abet nanti sore. Biasanya dia akan makan camilan gitu di minimarket dekat rumahnya. Sekitar jam limaan. Nanti saya akan bilang ke dia kalo kamu mau ambil barang saya ke rumah kamu. Habis itu kamu bisa traktir Abet pake voucher itu.”
Rencana Ciara berjalan mulus. Sampai di rumah dia mengedit video mesra itu supaya tampak seperti mereka saling menyukai melakukannya. Setelah selesai, Ciara mengirimkan video itu ke Ariel Joo. Namun, dia malah mengirimkannya ke grup Whatsapp keluarga. Gemparlah keluarga ini. Dewi langsung bertindak mendatangi Ciara di rumah. Namun, Ciara sedang meeting sambil dinner dengan Narendra. Penanggungjawab program baru di tv ini sangat mengagumi Ciara sampai ia dan timnya membuatkan sebuah acara untuk Ciara.
Sementara itu, Hae Bin tertawa puas menonton video mamanya dengan Rio. Ia malah menunjukkan video itu di depan Ariel Joo saat ia sampai di rumah. “Pa, mama cantik ya?”
“Hae Bin…kamu tega sama papa…”
“Hihi…mianhae, appa…”
***
BERSAMBUNG

Joo Hae Bin Putri Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang