God Sign

5 1 0
                                    

Pukul 8 pagi jam waker Hae Bin berdering heboh. Suara kokok ayam seriosa itu sengaja Hae Bin jadikan alarm supaya ia segera tersadar dari tidur panjangnya yag melelahkan. Kali ini ia bukan hanya sadar dari tidurnya tapi juga dari pengaruh kuat neneknya. Dewi semalam membuatnya tersedot masuk ke alam bawah sadarnya. Seingat Hae Bin ia berada di sebuah hutan belantara. Ia lalu melihat sesosok pria bertudung hitam membawa buntelan hitam lari keluar dari sebuah bangunan tua yang bertuliskan PANTI ASUHAN MAMA SAYANG hingga ia memasuki hutan. Pria itu lalu memberikan buntelan itu pada seorang wanita tua di dalam mobil. Mobilnya terparkir cukup jauh dari hutan. Saat jendela dibuka, muncullak sosok Dewi Nawalasari.
“Oma??!” Hae Bin spontan memanggil neneknya. Dewi menoleh ke arah suara Hae Bin.
“Binar? Ngapain kamu ada di sini??”
Dewi keluar dari mobil. Pria bertudung hitam itu membantu Dewi yang masih menggendong buntelan hitam. Rupanya buntelan hitam itu berisi bayi yang kemudian menangis karena ada goncangan di sekitarnya. “Kamu kejar dia!” Dewi menyuruh pria bertudung hitam untuk mengejar Hae Bin. Saat Hae Bin berusaha melarikan diri, sesosok tangan mungil menarik lengannya hingga Hae Bin tersedot keluar dan sampai di rumahnya. Ada Dewi juga di rumahnya yang sedang memperhatikan Narendra dan timnya bekerja.
“Lho Hae Bin kamu kok dari luar? Oma kira kamu di atas terus malas turun…”
“Hah? Aku kan tadi dari…”
Syuuuup…tiba-tiba angin dingin keras menampar wajah Hae Bin. Something menutup mulutnya. Ia juga tadi yang telah menolong Hae Bin keluar dari mimpi buruknya yang merupakan masa depan dari Dewi dan pperkumpulan Ohmpara. Dewi kemarin mempengaruhi Hae Bin yang tampak ragu untuk menggalkan program Narendra untuk Ciara ini. Tapi karena pengaruh something dalam gray matter-nya membuat Hae Bin tak segera masuk ke dalam pengaruh neneknya. Sebaliknya, ia malah melihat masa depan neneknya dan kejahatan yang akan dilakukannya bersama Ohmpara.
Keadaan menjadi normal kembali. Dewi menyuruh Hae Bin memperhatikan dengan seksama apa yang Narendra lakukan bersama Ciara. “Lihat itu. Program Paviliun Cinta ini akan disiarkan di tv nasional dan Youtube milik Narendra entertainment. Mamamu dapat uang banyak dari sini karena kehidupannya akan terekspos secara eksklusif dari hari Minggu sampai Rabu. Oma pengen kamu ngelakuin sesuatu yang miracle gitu lho Hae Bin biar Narendra itu kapok deketin mama kamu. Bahkan kalau perlu programnya gagal aja.”
Hae Bin takkan semudah itu meluluskan permintaan omanya karena ia tak ingin Dewi senang. Makanya Hae Bin tetap bersikap tak peduli meskipun ini di bawah alam sadarnya. Saat Dewi mendorong tubuh Hae Bin supaya condong masuk ke angle kamera, something melakukan sesuatu lagi pada Hae Bin. Kepala Hae Bin tiba-tiba mengeluarkan asap panas yang langsung menyelimuti seluruh ruangan lokasi syuting preview Paviliun Cinta. Pandangan orang-orang di sana kabur semua terkecuali Dewi dan Narendra. Keduanya melihat Hae Bin dengan kepala berasap begitu jelas.
***
Hae Bin menerima telepon dari supir taksi yang tempo hari menyekapnya. Dia memang hendak merencanakan upaya balas dendam supir itu ke Clarista tapi ia total melupakan segalanya.
“Maaf, pak…Bah…”
“Bahar…saya Bahar. Saya nelpon buat nanyain rencana balas dendam.”
“Maaf, pak. Saya lagi banyak tugas kemarin sampe lupa ngabarin. Gini aja deh, pak…”
Ingatan Hae Bin soal perjalanannya ke hutan di alam bawah sadar menuntun dia untuk mengarahkan Bahar menyelidiki sesuatu. Ia mengirim Bahar ke Panti Asuhan Mama Sayang. Hae Bin bahkan menawarkan akan mentransfer uang lima juta rupiah untuk modalnya menyelidiki.
“Memang ada apa di sana? Apa Ciara Denise pemilik panti asuhan itu?”
“Itu panti asuhan yang akan didatangi oleh komunitas Ohmpara dalam waktu dekat. Kalau bisa Pak Bahar datang besok karena sepertinya akan ada kejadian yang mengejutkan.”
Bahar terdiam. Ia tahu panti asuhan ini karena ia sering menyumbang sejumlah uang dan mainan ke sana usai kehilangan anaknya. Tapi ia tak mau jujur soal ini ke Hae Bin. Bagaimanapun ia belum percaya pada Hae Bin yang bisa mendukungnya mengingat ia anak Ciara Denise.
***
“Tanda-tanda dari Tuhan itu ada di sekitar kita. Akhir-akhir ini banyak pasangan menikah yang tidak bahagia usai 40 hari pernikahan. Anda semua tahu itu tanda Tuhan mau kasih lihat apa?”
Dewi berbicara tegas di hadapan tujuh orang anggota keluarga konglomerat di Jakarta itu. Anak menantu keluarga ini tak kunjung hamil setelah menikah selama setahun. Padahal mereka butuh ada penerus laki-laki dari anak terakhir mereka. Sayangnya, keluarga ini percaya jika Ohmpara yang Dewi pimpin bisa membantu mewujudkan harapan mereka. Padahal menantu mereka memang mandul dan takkan mungkin bisa punya anak.
“Tuhan berbicara pada kita untuk saling percaya dan mengasihi diantara sesama pasangan. Saat menikah, suami atau istri harus terbuka mengenai apa yang ia rasakan selama hidup bersama. Berapapun tahun yang dilewati bersama. Cobalah untuk percaya jika keterbukaan itu akan membawa pasangan ini ke dalam keberkahan dimana bisa semakin dekat dengan Tuhan. Kalau sudah begitu, Anda dan pasangan bisa terus bahagia menjalani hari-hari pernikahan seberat apapun tanggungjawab yang harus Anda pikul. Baik sebagai suami atau istri.”
Keluarga konglomerat ini begitu terpukau dengan kata-kata Dewi Nawalasari yang menyihir kalbu. Mereka tak segan menyumbangkan milyaran uang kepada Dewi untuk diberikan ke beberapa panti sosial agar harapan mereka bisa terwujud.
Usai mendapatkan sejumlah uang dari keluarga konglomerat ini, Dewi lalu mengerahkan orang-orangnya di Ohmpara khusus untuk proyek ini. Seorang bayi akan dikorbankan untuk memuluskan jalan Dewi bersama Ohmpara gar janin segera hadir dalam perut menantu konglomerat itu.
***
Bahar mengendap-endap tiap malam di sekitar Panti Asuhan. Ia mengambil uang yang Hae Bin berikan untuk menyewa rumah petak di dekat sana. Tak ada kejadian apapun. Semuanya tampak normal hingga malam kelima.
Bahar yang baru pulang dari makan malam di warteg melewati depan panti asuhan untuk melanjutkan pengintaiannya. Ia berpura-pura mengalami kempes ban mobil. Ada suara tangis bayi dari sisi samping panti. Bahar jalan ke arah suara itu. Saat ia hampir sampai, suara tangis bayi berhenti. Ia berhati-hati mengingat akan ada komunitas Ohmpara di sekitar sini. Bahar berjalan pelan-pelan dan mengintip dari balik semak. Seorang bayi baru saja dibekap oleh pria bertudung hitam. Tak lama kemudian, seekor anjing yang diikat di pohon dibimbing pria itu untuk mendekati bayi yang sudah tak bernyawa itu. Lalu sebuah sinar kekuningan keluar dari telapak tangan pria bertudung hitam itu. Anjing liar itu lantas menggerogoti tubuh bayi laki-laki tak berdosa itu. Bahar syok. Ia membekap mulutnya sendiri dan mulai mengarahkan kameranya ke sana. Sosok pria itu tertangkap kamera ponsel Bahar.
***
BERSAMBUNG

Joo Hae Bin Putri Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang