#4 ( Day 2 )

63 16 8
                                    

Hari ini sepertinya akan menjadi hari yang sangat menyebalkan bagi Willy dan Jenny. Menyebalkan karena mereka harus menerima hukuman karena terlambat masuk sekolah, dan otomatis mereka kehilangan jam pertama mata pelajaran mereka. Mungkin itu sedikit menyenangkan bagi Jenny, tapi tidak bagi Willy.

Pak Surya, guru kesiswaan yang terkenal paling galak di sekolah. Orang yang satu ini benar-benar tidak bisa dinegosiasi jika sudah berhubungan dengan kedisiplinan. Padahal Willy dan Jenny hanya terlamat 20 detik, tapi karena gerbang ditutup tepat pukul 07.00 jadilah mereka tak bisa masuk.

Setelah 5 menit berlalu, dan terlihat beberapa siswa lain yang juga terlambat. Barulah Pak Surya memerintahkan satpam untuk membuka gerbang, dan memberi hukuman pada mereka yang ingin masuk. Terhitung sekitar 7 orang yang datang terlambat hari ini, dan 1 diantara 7 orang itu berhasil membuat Willy membatalkan pendeklarasian bahwa hari ini adalah hari yang menyebalkan. Benar! Satria juga datang terlamat hari ini, Willy dan Jenny baru menyadarinya saat akan melaksanakan proses hukuman.

"SEMUA BARISS!!!" perintah Pak Surya. Tanpa babibu ketujuh siswa itu pun segera melakukan instruksi dari bapak kesiswaan itu. Setelah semua berbaris rapi, Pak Surya mulai menanyai alasan kenapa mereka bisa datang terlambat hari ini satu persatu.

Sebenarnya mulut Willy sudah gatal ingin menjawab bahwa mereka terlambat karena Jenny bangun kesiangan dan belum setrika seragam hari ini. Tapi berhubung Jenny yang ditanya terlebih dahulu dan ia beralasan ban sepeda mereka bocor, Willy pun hanya bisa menghembuskan napas kesal sambil menyumpah serapahi Jenny dalam hati.

"BAIK KALAU BEGITU! SEKARANG KALIAN LARI KELILING LAPANGAN 20X!"

"Mampus gue!"

"Kenapa Will?"

"Gue belom sarapan anjir, gimana nih?"

"Aduhhh gimana yaa? Kalo kita nego ntar orangnya malah nyaplok Will... Tau sendiri Pak Surya gimana! Sorry yaaa gara-gara gue ini."

"Pokoknya ntar lo wajib jajanin gue!"

"Gampang itu mah!"

"HEIII WIJEN! DISURUH LARI MALAH RUMPI! LARII!!" Mendengar bentakan dari Pak Surya, Willy dan Jenny pun langsung cepat-cepat lari menyusul yang lain.

"Wijen... wijen... dikata kita onde-onde apa!" omel Jenny sambil terus berlari.

"Noh ngomel langsung sama orangnya? Berani lo?"

"Skip ahh.. Ganteng sih... tapi galaknya itu lho woyy... seru kali ya kalo bisa jinakin bwahaha."

"Inget Doni bego!"

"Becanda elah Will... serius amat idup lo!"

Setelah sekitar 10 putaran, keringat dingin mulai mengucur dari kening Willy. Perutnya pun terasa seperti tertusuk-tusuk jarum (kalo orang Jawa bilangnya suduk.en). Jenny semakin jauh di depannya, Willy sudah tak kuat untuk mengejarnya. Pandangannya perlahan semakin kabur, tapi ia tetap berusaha memfokuskan pandangannya, sampai akhirnya...

BRUKKK....

"Willy!!!" teriak dua orang secara bersamaan. Saat Jenny berlari menghampiri Willy, tiba-tiba tubuh sahabatnya itu sudah digendong oleh lelaki yang ikut meneriakkan nama Willy tadi. Dengan raut wajah yang sangat panik lelaki itu membopong tubuh Willy secara tergesa-gesa menuju UKS.

"Makasih bantuannya, sekarang lo bisa keluar!" ucap Jenny ketus.

"Gue masih pengen di sini!" balas lelaki itu tak kalah ketus.

"Mau lo tuh apa sih? Seneng lo baperin Willy? Pengen dikejar-kejar Willy terus gitu?"

"Gue cuma mau mastiin dia baik-baik aja. Gue juga gak ganggu lo kan? Kenapa ribet banget sih?" jawab lelaki yang diketahui bernama Satria itu.

Probably I'm In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang