KL - 1

13K 965 208
                                    

Lalisa Aschella Manoban, gadis berusia dua puluh delapan tahun yang tengah memakai pakaian serba hitam itu memegang sebuah payung yang juga berwarna hitam di tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya kini berada di dalam saku celananya.

Hari ini adalah hari duka untuk keluarganya yaitu hari pemakaman kakak laki-lakinya, Limario Ashton Manoban yang menutup usia di usianya yang ke tiga puluh satu tahun, terbilang muda bukan?

Tidak, dia tidak memiliki riwayat sakit berbahaya yang menyebabkan umurnya sependek ini, putra sulung keluarga Manoban itu kehilangan nyawanya beberapa hari lalu, tepat di perusahaan keluarga Manoban, dia terbunuh setelah meminum teh yang disediakan staff seperti biasa di ruang meeting.

Lisa yang kini memakai kacamata hitamnya hanya bisa menatap sendu seorang gadis yang berusia sama dengannya, berjongkok di hadapan pusara milik Limario dengan memeluk batu nisan yang baru saja di tancapkan dua jam yang lalu.

Jennie Ruby Jane Kim, dia adalah gadis yang tengah dilindungi Lisa dengan payungnya, dia juga merupakan tunangan dari Limario, mereka sudah menjadi sepasang kekasih selama enam tahun lamanya, bahkan pernikahan sepasang kekasih yang berbeda tiga tahun itu sudah di depan mata tapi takdir berkata lain, sang pencipta mengambil kekasihnya begitu saja.

"Kau tidak bisa melakukan ini padaku.. bagaimana kau bisa pergi meninggalkanku sendirian... aku tidak memiliki siapapun, Lim.." suara parau Jennie membuat Lisa menghela nafasnya, tidak ada lagi orang di pemakaman ini selain mereka berdua karena acara pemakaman Limario sudah selesai dari satu jam yang lalu.

Orang tua Lisa, Marco Manoban dan Emma Ashley, sudah kembali kerumah mereka terlebih dahulu, Lisa yang menyuruh mereka kembali untuk beristirahat karena orang tuanya yang sudah berusia lebih dari setengah abad itu sudah cukup lelah, mereka tidak tidur dengan baik tiga hari belakangan karena harus menyambut banyak tamu di rumah duka.

Lisa juga sama, dia tidak banyak beristirahat tiga hari ini, apalagi Jennie, hanya tangisannya yang terdengar, dia hanya makan sedikit, itu juga karena Lisa yang memaksanya, gadis jangkung itu harus menjadi satu-satunya yang kuat untuk ketiga orang yang sedang merasa begitu terpuruk.

Lisa mengangkat kepala untuk melihat langit yang semakin lama semakin gelap meski waktu baru menunjukkan pukul empat sore, jelas sekali hujan akan turun sebentar lagi padahal sewaktu proses pemakaman di lakukan, matahari cukup terik.

Gadis bermata hazel itu memutuskan untuk berjongkok di sebelah Jennie tanpa menurunkan payungnya, dia tetap melindungi Jennie dari balik payung hitamnya.

Lisa menatap sendu ke nisan dengan nama Limario yang tertulis di sana, dia memejamkan mata sejenak, hal ini juga menyakitkan untuknya, dia juga merasa kehilangan.

Pandangan Lisa beralih pada Jennie dengan air mata di pipinya, gadis itu sama, menggunakan pakaian serba hitam dengan kacamata hitam seperti dirinya, hidungnya memerah, dia tidak bisa menerima kenyataan jika orang yang begitu dia cintai pergi secepat ini.

"Kembalilah.. aku mohon.. kembali.. mimpi kita sudah didepan mata..." Jennie mengeluarkan racauannya seperti apa yang dia lakukan di rumah duka sejak tiga hari yang lalu, itu harapannya, dia hanya ingin Limario kembali, disampingnya.

Jennie kemudian merasakan Lisa menyentuh bahunya, hal itu membuatnya menoleh, dia menatap gadis mancung disampingnya dengan pandangan lirih dari balik kacamatanya.

"Sudah hampir hujan, ayo pulang, kita bisa mengunjungi Lim besok atau lusa, kau juga perlu berisitirahat." Lisa mengucapkan kalimat nya dengan lembut meski suaranya bergetar, dia menunjuk langit seolah memberitahu jika hujan turun sebentar lagi.

Jennie kemudian menyeka air matanya dengan punggung tangannya, dia menanggapi ucapan Lisa dengan menganggukkan kepalanya, meski setelahnya dia kembali menatap pusara milik tunangannya, Limario ada dibawah sana, bagaimana dia bisa meninggalkan kekasihnya sendirian disana?

KILLED LOVE - JENLISA [G×G]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang