Part 1

20 2 0
                                    

Assalamualaikum
Selamat bergabung dengan bersama Qyam.
Selamat Membaca.
.
.
.
.


"Qyam Aluri!"

Sang punya nama melangkah naik ke atas panggung. Menatap ratusan Orang didepan, tak ada satupun Orang yang dia tunggu itu memunculkan wajahnya disana.

"Ayah, Bunda. Qyam berhasil." Seraya menatap langit.

"Terimakasih Umi." Qyam mencium punggung wanita pemilik Pondok Pesantren Al-Fatih.

"keberkahan ilmu selama 4 tahun. Semoga berpihak padamu Nak." Qyam mengangguk.

"Aaa!! Qyam." Teriakan Gadis berkulit putih.

"Akhirnya. Kita jadi serjana juga," Fathia dengan penuh haru.

"Iyya. Berarti Kita sebentar lagi misah," Humayra mengganti suasana.

"Rasanya Aku gak sanggup ninggalin Al-Fatih."

"Gak sanggup ninggalin Al-Fatih atau ninggalin Ustadz Zorqi?"

"Tau aja Kamu Ra," Fathia tersenyum malu.

"Assalamualaikum." Suara tak asing nyelonong masuk pendengaran tiga gadis cantik itu.

"Tolong Ra. Badan Aku lemas," Fathia melihat Zorqi mendekat kearahnya.

"Waalaikumussalam. Stadz," Jawab ketiganya.

"Bisa berbicara dengan Qyam?"

"Boleh banget Stadz. Kalo boleh tau mau ngomong apa?"

"He. Ustad Zarqi ngomong gitu. Biar kita tinggalin mereka berdua," Bisik Humayra.

"Ta--"

"Ayok. Silahkan Ustadz," Humayra menyeret temannya menjauh.

"Ayok Qyam."

"I-iya Ustadz."

Dibawa pohon mangga keduanya duduk. Agak jauh tentunya, Bukan hanya mereka berdua. Tapi keramaian acara wisudah masih belum selsai dengan sesi foto-memoto.

"Eh. Ini buat Kamu, Selamt atas pencapaian Mu  Qyam."  Zarqi menyodorkam kota hitam pada wanita di depanya.

"Apa ini Stadz?"

"Ya buka dong. Tapi jangan disini," Qyam mengangguk menuruti.

"Qyam. Kamu sedang ada Proses ta'aruf  dengan laki-laki?" Qiam menggeleng. Ini pertanyaan aneh, pikirnya.

"Ya sudah, Saya kembali dulu. Semoga suka dengan Kadonya." Qyam membisu.

"Apa? Jalan sejahuh ini, siang-siang begini? Hanya untuk berucap tak berfaedah?" Batinnya.

"Ustadz. Cuma ngomong itu?" Zorqi mengangguk seraya melanjutkan kembali perjalanannya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam.Qyam, Gimana? Apa kata Ustadz Zorqi? Apa kalian membicarakan tentang Aku Qyam?" Cerocos Fathia.

"Jangankan Kamu Fat. 30 kata aja, tak cukup dia keluarkan," Keselnya.

"Hadeh. Tu Ustadz kapan cairanya coba." Fatima sambil mentap langit-langit kamar Asramanya.

"Eh Ra. Senyum-senyum aja dari tadi. Ada apa si?" Fatima menyengol Humayra tengah tersenyum melihat ponselnya.

"Aa...! Tau gak? Tau gak?"

"Gak tau lah Ra. Kan belum dikasi tau," Qyam dengan polosnya.

"Hehe. Jadi gini, Sekian lama tak berkomunikasi sama Itu. Liat deh, Dia ngucapin selamat untuk Aku." Humayra sambil menunjukkan Chat dari seseorang dibalik Akun Hijau. Congratulation, Itulah kata yang tertara disana. Mas A. Nama kontak lelaki itu di benda pipi Humayra.

QyamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang