Assalamualaikum
Selamat membaca dan bergabung kembali
.
.
.
.
Ayal dengan segala kepenatanya di lampiaskan dengan berbaring dikasur empuk miliknya. Ratusan menit berlalu, Tak ada percakapan antara keduanya. Dengan kekuatan penuh Qyam, memberanikan diri mengangkat bicara.
"Ma-mas. Mau Qyam buatin Teh? Atau Kopi?"
"Teh boleh deh," Balas Ayal tanpa mengalihkan pandangan dari benda pipinya.
Qyam meninggalkan Ayal. Tak lama datang membawa segelas air bercoklat bening, Seraya menaro di atas nakas. Maniknya menyapu bersi seluruh ruangan, tak ada satu orang pun disana. Dimana suaminya?
"Alhamdulillah. Maaf Umi, Ayal gak bisa datang jenguk Alsa lagi. Ayal---"
"Gak papa nak. umi doain semoga menjadi keluarga samawa ya," Nadya disebrang sana. Tak lama sambungan terputus. Ayal kemabali masuk, Terlihat Qyam tengah berbaring dengan posisi membelakanginya.
"Kamu baik. Tapi, Rasanya Kamu tetap oranh asing." Batin Ayal. Pergerakan kasur Qyam rasakan, dia tau. Ayal sedang berbaring di belakangnya.
"Tidurlah. Pasti Kamu lelah karena acara pernikahan tadi," Ucap Ayal membuat mata Qyam semula terpejam, Terbuka kembali.
"I-iya. Selamat tidur Mas," Gumam Qyam. Tak ada lagi balasan dari Ayal.
Qyam
Malam berlalu...
Pagi-pagi Gifar tengah melayani tamu. Bukan tamu biasa, Tamu yang ditakut kedatanganya olehnya.
"Sehat Gif?" Gifar mengangguk.
"Kami senang sekali Kiyai dengan keluarganya berkuncung, Maaf lancang. Jika boleh tau? Ada maksud apa pak Kiyai beserta keluarga mengunjungi kami?" Oma Nada angkat bicara. Terlihat dirupa ketiga tamunya berseri-seri.
"Maaf, Kami datang mendadak, tanpa memberitahu terlebih dahulu. Maksudnya dan tujuan kedatangan Kami. Yaitu--" Abi Ahmad menjeda ucapnya.
"Saya berniat melamar cucu Ibu untuk anak Saya. Ahlul Zorqi Ahmad," Sambung Abi Ahmad. Sontak Oma Nada menatap Gifar, Begitupun sebaliknya.
"Yang dimaksud Qyam?" Mereka mengangguk.
"Niat yang Kiyai dengan keluarga, Sangat kami hormati. Tapi Kami minta Maaf, Qyam baru saja menjalankan pernikahanya, Menjadi istri dari anak sahabat Bundanya," Jelas Oma Nada.
Deg!
"Nikah?" Batin Zorqi. Emosinya memuncak, Tangannya memgepal kuat, Deruh nafasnya lebih cepat dari biasanya.
"Abi, Umi. Kita pulang!" Tegasnya dengan rahang semakin mengeras, mata mulai memerah. Segerah Dia meninggalkan ruangan itu, tanpa berpamitan.
"Gifar Permisi."
"Zor!" Teriak Gifar melihat punggung Zorqi semakin menjauh.
"Kamu harus tau semuanya," Sambungnya. Zorqi berhenti tepat samping mobilnya.
"Buat apa Gif?" lirihnya.
"Seenggaknya. Kamu gak nyalahin Kami."
"Enggak perlu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Qyam
General FictionCerita ini adalah tentang perjalanan santri putri cantik, sederhana yang harus melepas masa gadisnya hanya demi menuruti amanah dari sang kedua orang tua yang yang telah kembali dipangkuan tuhan. Semua Orang juga akan enggan menerima perjodohan deng...