Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Duta Anggarta.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Asilla Ayunda.
••
Di zaman kemajuan teknologi dan kemudahan memperoleh informasi seperti saat ini adalah hal yang sangat menguntungkan untuk kaum kasmaran. Jika kita melakukan studi banding terkait kasus kasmaran ini ke zaman di mana media social adalah khayalan, maka kita akan mendapati sebuah perbedaan yang sungguh mencolok di antara keduanya.
Menjadi kaum kasmaran di era 90-an itu membutuhkan nyali besar.
Keterbatasan akses kaum kasmaran dalam mencari tahu aktivitas pujaannya adalah kendala serius yang berpotensi mengganggu proses pendekatan. Sebab untuk merancang serangan pendekatan yang efektif, dibutuhkan banyak informasi terkait sasaran. Maka dari itu, manusia yang jatuh cinta di era 90-an kebanyakan memilih langsung pendekatan buta tanpa strategi matang.
Skema ini menunjukkan bahwa kaum kasmaran era 2000-an memang lebih diuntungkan sebab memiliki banyak akses mudah untuk mengetahui segala sesuatu tentang pujaannya. Jadi ketika masuk tahap pendekatan, mereka tidak akan kaku karena sudah khatam terkait pujaannya. Sedangkan kaum kasmaran era 90-an akan melakuan pendekatan buta bermodal nyali, nyali, dan nyali saja.
Selain itu, kaum kasmaran era 2000-an tidak harus mengalami siksaan batin jatuh cinta seperti penasaran pujaannya sedang di mana, dengan siapa, dan semalem berbuat apa karena kemudahan informasi itu tadi. Berbeda dengan kaum kasmaran 90-an yang tersiksa batin karena penasaran dan harus puas dengan hanya meringkuk merindukan di kamar.
