0.3

44 7 0
                                    

HALOOO after a long time no see akhirnya kita ketemu lagi🥺

Kalian apa kabarrr?

Maaf yaaa berbulan-bulan Asmaraloka menghilang T_T

Maaf aku baru update..

Semoga ini bisa nemenin malam Minggu kalian yaaakk ><

• aku saranin baca part sebelumnya dulu yaaakk 😉

HAPPY READING<3

ASMARALOKA

Labus frontalis— lobus terbesar yang letaknya berada di bagian depan otak yang berfungsi untuk mengkoordinasikan sesuatu. Salah satunya seperti pengendalian diri dan fokus pada sesuatu yang sedang dihadapi.

Biasanya bagian otak Ara yang satu itu berfungsi dengan baik saat seseorang sudah berinteraksi padanya. Namun, tempo hari yang lalu, saat-saat kejadian di kantin, saat-saat Rafa mengatakan sesuatu saja membuat Ara tidak tahu harus merespon apa dan perlu waktu yang lama untuk mengendalikan dirinya agar terlihat tenang.

Pertanyaan Rafa tentang bahwa laki-laki itu pernah melihatnya. Maksud Rafa pertemuan yang mana? Di gang kecil saat laki-laki itu menolongnya atau saat di rumah sakit?

Ara rasa, opsi pertama adalah yang paling masuk akal.

"Bengong aja lo, Ra." Diana menepuk bahu Ara yang membuat perempuan itu sedikit terkejut hingga berdecak sebal pada Diana.

"Mikirin apa, sih, Ra?" Dela bertanya.

"Si Rafa paling."

Sontak Diana langsung mendapat cubitan di tangannya dari Ara. "Lo pikir hidup gue selalu tentang tuh cowok apa?"

"Ya siapa yang tahu, kan?" Diana tertawa pelan. "Emang mikir apaan lo?"

"Gak ada, sih," bohong Ara.

Dela berdecak. "Gak ada tapi bengong mulu."

Ara membalasnya dengan mengangkat bahu acuh tak acuh. Tanda ia sudah tak ingin melanjutkan pembicaraan tentang Rafa.

"By the way pulang-"

"Kalau lo mengalihkan pembicaraan artinya bener," potong Diana cepat sambil tersenyum jahil. "Beneran mikirin Rafa, kan?"

Ara menghela napas kasar. Perempuan itu memang sulit untuk berbohong masalah ini apalagi di depan kedua sahabatnya. Ditambah juga Diana ini paling jago urusan jatuh cinta dan mencinta. Bukan hal yang sulit untuk menebak seseorang yang sedang dalam fase jatuh hati.

"Kepikiran apa? Soal di kantin kemarin?" tebak Dela sedikit tepat sasaran.

"Dikit,"

"Apa yang lo pikirin? Ada hal aneh sama Rafa ke lo?" tanya Dela lagi. "Apa karena itu cowok keliatan cuek sama lo?"

"Menurut gue Rafa gak begitu cuek ke lo, Ra," balas Diana atas pertanyaan yang Dela lontarkan untuk Ara. "Maksud gue kayak ... ya biasa gitu loh."

Ara menggelengkan kepalanya berkali-kali. Ia tidak pernah berpikir Rafa secuek itu padanya. Lagipula kalau Rafa cuek padanya, memang salah? Laki-laki itu tak mengenal Ara sebagai teman baik. Jadi Ara pikir tak masalah.

Hal yang membuat Ara selalu kepikiran tetang Rafa sejak kejadian di kantin hanyalah soal pertanyaan laki-laki itu. Pertanyaan sederhana namun mampu membuat Ara selalu kepikiran. Takut kalau ternyata Rafa memang tak sengaja melihatnya keluar dari kamar rumah sakit laki-laki itu hingga mencap Ara sebagai orang yang tidak sopan.

ASMARALOKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang