...
'Kanker hati stadium 4'
Wanita itu menatap sendu pada apa yang dilihatnya. Hatinya hancur bagai ditusuk ribuan jarum. Seketika air matanya meluruh tanpa bisa dicegah. Kejam. Apakah ini balasan Tuhan atas kebaikanku selama ini? Kenapa harus aku? Tidakkah Tuhan menyayangiku?! Batinnya terus menjerit tidak rela.
Tangannya meremat erat kertas yang ia pegang. Begitu erat hingga membuat selembaran kertas tidak berdosa itu menjadi tidak berbentuk. Dia seolah tengah menyalurkan kesakitan dan kesedihannya.
Hancur. Semuanya hancur dalam sekejap. Impian dan rencana yang ia bangun dihancurkan dalam sekejap hanya karena empat kata sialan yang diberikan dokter padanya.
Wanita itu meluruh. Tubuhnya tidak bisa ia topang lagi. Batinnya menjerit dan sepenuh hatinya hancur tidak bersisa. Tangannya memukul kepalanya dengan keras. Menyalurkan kekesalan pada dirinya.
Tatapan matanya menyorot sayu dengan guratan putus asa di sana. Kini tidak ada lagi harapan dalam hidupnya. Tidak ada. Semuanya sudah Tuhan ambil darinya.
"Sayang! Aku pulang!"
Seruan itu berhasil merenggut kesadarannya. Lantas dia segera bangkit dan menghapus sisa-sisa air mata di permukaan wajahnya. Berharap seseorang itu tidak menyadari jika dirinya menangis.
Dengan langkah yang cepat dia keluar kamar dan berjalan ke lantai bawah. Menghampiri seseorang yang sudah sangat ia rindukan kepulangannya.
Saat kakinya sudah berpijak di lantai. Netra matanya melihat sosok pria yang berjalan menghampirinya seraya tersenyum. Tidak bisa dipungkiri, wanita itu membalas senyum.
Keduanya lantas berpelukan setelah berada di jarak yang dekat. Pelukan itu begitu hangat dan penuh dengan kerinduan.
"Kau tidak bilang akan pulang," ujarnya.
"Ini kejutan." Pria itu membalas dengan nada jahil.
Roseanne Park aka Jeon itu lantas mendengus.
"Tidak ada kata-kata sambutan untukku?" tanya pria itu.
Diam sejenak, wanita itu lantas tersenyum kecil dalam pelukan mereka.
"Aku merindukanmu," ungkap Rosé.
Senyum terbit di bibirnya. Pria itu tersenyum begitu manis. Dia mencium pelipis wanitanya dengan hangat dan lembut.
"Aku juga merindukanmu," balasnya. "Lima hari berada di Busan tanpamu membuat aku hampir mati karena rindu."
Rosé tertawa renyah mendengar gombalan dari suaminya. Lantas dengan mendengus geli dia mencubit pelan perut pria itu.
"Gombalanmu sangat tidak menarik, Tuan Jeon," ledeknya mencibir.
Si pria lantas melepas pelukannya dan menatap lekat wajah istrinya yang merona merah.
"Oh ya? Lalu kenapa wajahmu begitu merah, Nyonya Jeon? Apa itu semacam salah tingkah?" Jungkook membalas dengan mengangkat satu alisnya. Wajahnya tersenyum dengan jahil.
Mendengus kasar, Rosé dengan cepat melayangkan pukulannya pada lengan suaminya. Jungkook mengaduh dan menatap tidak terima.
"Ini KDRT, Rosé. Aku akan melaporkanmu pada ibu mertua karena anaknya begitu kasar pada suaminya," ujar Jungkook dengan pura-pura mengancam.
"Laporkan saja. Aku tidak takut." Rosé menjulurkan lidahnya mengejek.
"Lihat saja aku akan membalasmu."
"Aku tidak takut." Lagi-lagi dia mengejek.
Jungkook tersenyum miring, lalu melangkah semakin dekat pada istrinya. Dengan tiba-tiba pria itu mencuri kecupan di bibir sang istri. Menekannya dan sengaja menggigitnya. Rosé diam tidak berkutik. Matanya mengerjap dengan ekspresi bingung.