...
'Aku lebih suka menghabiskan satu hidup denganmu. Daripada harus menghadapi segala usia di dunia ini sendirian.'
*
*
Pagi ini Rosé kembali dibangunkan oleh rasa mualnya. Wanita itu berdiri menopang tubuhnya di depan wastafel kamar mandi, ditemani Jungkook yang selalu mendampingi istrinya. Dengan telaten Jungkook membantu bahkan menggendong Rosé ke kamar mandi. Suara air kran dan muntahan saling bersahutan memenuhi seisi kamar mandi. Rosé memuntahkan semua isi perutnya yang hanya keluar cairan putih saja.
Dirasa mual di perutnya sudah reda, Rosé pun sedikit bernapas lega. Tubuh lemahnya ia sandarkan dalam dekapan hangat milik suaminya. Sedangkan Jungkook mengusap sisa-sisa muntahan di sekitar mulut Rosé dengan satu tangannya tanpa merasa jijik sedikitpun.
"Sudah lebih baik sekarang?" tanya Jungkook masih membersihkan wajah istrinya.
Tanpa menjawab Rosé hanya menganggukkan kepalanya lemah. Rasanya seluruh tenaganya sudah habis terkuras, bahkan untuk sekedar bersuara saja Rosé merasa tidak mampu.
Melihat itu lantas Jungkook pun segera mengangkat tubuh ringkih istrinya dan membawanya keluar dari kamar mandi. Perlahan Jungkook merebahkan Rosé di atas tempat tidur rumah sakit lalu menyimpan tiang infusnya ke tempat semula.
"Jungkook, maaf." Suara Rosé tiba-tiba terdengar lirih setelah Jungkook duduk di kursi dekat ranjang pesakitan istrinya.
"Aku pasti merepotkanmu, kan?" imbuhnya lagi disertai helaan napas berat. Rosé merasa bersalah karena menempatkan Jungkook dalam situasi seperti ini. Karena dirinya yang tidak berguna, Rosé jadi merepotkan dan menyusahkan semua orang termasuk suaminya sendiri.
Jungkook meraih tangan Rosé lalu menggengamnya erat. Tatapan pria itu menatap lekat ke arah wajah sendu nan pucat milik sang istri.
"Tidak, Sayang. Jangan katakan itu, aku tidak merasa begitu."
"Tapi kau pasti merasa kesulitan mempunyai istri sepertiku. Aku penyakitan dan hanya menyusahkanmu saja. Aku tidak berguna. Semua orang pasti kerepotan karena aku," racau Rosé yang sudah menitikkan air matanya.
Jungkook memberikan kecupan di punggung tangan Rosé untuk menenangkannya. Beberapa kali pria itu menggelengkan kepalanya.
"Tidak sama sekali. Aku tidak pernah merasa direpotkan. Kau istriku, bagaimana pun keadanmu sekarang, aku mencintaimu."
Ucapan tulus yang Jungkook katakan berhasil menyalurkan kehangatan di hati Rosé. Wanita itu bergerak mengikis jaraknya kemudian berhambur memeluk suaminya dengan erat. Rosé menenggelamkan wajahnya di dada bidang suaminya, sementara Jungkook mengusap kepala istrinya lembut.
"Tolong jangan katakan apapun lagi karena itu menyakiti harga diriku," bisik Jungkook pelan.
Dalam pelukan itu kepala Rosé mengangguk perlahan. Wajah Rosé semakin tenggelam dalam pelukan hangat Jungkook yang memeluknya tidak kalah erat.
***
Saat siang harinya Rosé memaksa Jungkook untuk pergi makan siang karena sejak tadi pagi pria itu hanya memakan roti dan kopi. Meski sempat ada penolakan dari Jungkook yang tidak mau meninggalkan istrinya sendirian, tapi Rosé yang keras kepala terus memaksa Jungkook hingga pria itu pada akhirnya mengalah dan pergi untuk setidaknya membeli beberapa menu makan siang dan juga makan malam.
Sejak kepergian Jungkook pun yang dilakukan Rosé hanya terdiam dan bergerak ke sana kemari mencari kenyamanan di atas ranjang pesakitannya. Hingga suara ketukan dari luar ruangan kamarnya mengalihkan atensi Rosé. Tanpa berpikir lama Rosé berseru dan membiarkan seseorang itu untuk masuk.