04 - Go To Pieces

691 136 17
                                    

...

'Buat ini menghilang. Buat rasa sakit ini menghilang.'

*

*

Hari ini adalah jadwal check up Rosé bersama Dokter Kim. Dengan hati yang enggan Rosé melangkahkan kakinya ke dalam gedung rumah sakit. Jika bukan untuk dirinya sendiri, Rosé sebenarnya sangat tidak ingin kembali ke tempat berbau obat-obatan ini.

Untuk hari ini, kondisi tubuh Rosé sedikit membaik. Setelah dua hari yang lalu menjalani kemoterapi, akhirnya dia kembali bugar. Walaupun terkadang Rosé masih selalu merasakan gejala dalam tubuhnya.

Rosé mengetuk pintu ruangan itu. Setelah mendengar nada seruan dari dalam, Rosé segera masuk ke dalam. Dia tersenyum ramah pada Dokter Kim yang juga menyambutnya dengan sebuah senyuman hangat.

Dokter Kim mempersilakan Rosé duduk, lalu memjabat tangan Rosé yang kemudian dibalas oleh wanita itu. 

"Bagaimana kabar anda, Nyonya?" tanya Dokter Kim membuka obrolan.

"Sedikit lebih baik, Dokter," jawab Rosé mengulas senyum kecil.

"Syukurlah. Anda tidak lupa meminum obatnya kan? Dan vitaminnya?" tanya Dokter Kim lagi.

"Tidak. Aku selalu meminumnya tepat waktu."

Dokter Kim mengangguk. "Bagus. Jangan pernah telat atau bahkan melupakan obatnya, Nyonya, karena jika anda melakukan itu aku tidak akan memaafkan anda," seru Dokter Kim seraya mengancam.

Mendengar itu membuat Rosé terkekeh kecil. "Dokter tenang saja, aku tidak mungkin lupa."

Mereka tertawa bersama. Ternyata selama beberapa bulan mengenal Dokter Kim Mingyu, Rosé merasa jika dia mempunyai seorang teman. Terlebih umur mereka juga tidak beda jauh. Hanya saja meski berada di umur yang sama, tetap saja Rosé harus bersikap profesional kepada Dokter Kim.

"Dokter," panggil Rosé kemudian.

Dokter Kim segera menoleh, menunggu Rosé yang hendak berbicara. Namun wanita itu terlihat ragu untuk mengantakannya.

"Ada apa, Nyonya?" tanya Dokter Kim.

"Em ...." Rosé menautkan jemarinya gelisah. "Apa yang akan terjadi jika aku tidak melanjutkan kemoterapnya?"

Pertanyaan dari Rosé membuat Dokter Kim menautkan keningnya serius. "Apa maksud Nyonya?"

Rosé menghela napas panjang. Kepalanya tertunduk dalam. Entahlah, tiba-tiba saja ucapan itu terlontar begitu saja dari mulutnya.

"Anda berencana untuk berhenti?" tanya Dokter Kim memberikan tatapan selidik pada Rosé.

"Iya, Dokter." Rosé mengangguk pelan.

Seketika raut wajah Dokter Kim berubah. "Nyonya—"

"Dokter, aku merasa jika semua ini percuma. Seberapa keras aku berusaha untuk sembuh, pada akhirnya aku tetap akan mati juga." Rosé menyela disertai nada lirih.

Selama ini Rosé selalu berusaha kuat. Dia sudah mencoba berbagai pengobatan apapun namun hasilnya tetap sama. Tubuhnya semakin sakit bahkan rusak. Kemoterapi itu malah semakin membuat kondisi tubuh Rosé memburuk. Jadi Rosé pikir memilih untuk tidak melakukan kemoterapinya lagi adalah jalan terbaik untuknya.

Dokter Kim mendesah pelan melihat gurat putus asa dari Rosé. Dokter Kim mengulurkan tangannya untuk menepuk singkat bahu wanita itu. Dokter Kim Berusaha memberikan semangat untuk Rosé yang tampak murung dan berputus asa.

PAIN[✓]Where stories live. Discover now