BAB 1

2 0 0
                                    

"Kalea Dwi Widjaya, lama tidak bertemu" sahut seseorang yang tidak lain duduk didepan Kalea.....

¤

"Huh Siapa?" Batin Kalea

Terjadi keheningan sesaat dalam ruangan. "Sepertinya kamu memang lupa apa yang telah kau perbuat sehingga tidak tahu malu masih berdiri didepan saya" sahut seseorang yang masih duduk didepan Kalea. "Maaf tapi saya tidak mengerti maksud anda" sahut Kalea.

Sebelum Kalea mampu mengingat siapa Dinda dan dimana mereka pernah bertemu, Dinda menyembur, "Saya Dinda teman SMAN 5 Surabaya dulu. Aku ingat banget Geng kakak sering siram air sampai aku basah kuyup di belakang sekolah!"

Kalea akhirnya mengingat 1 memorinya. Sehingga mukanya memucat.

Dinda Ardhiona Soliji. Adik kelas, 2 tahun dibawahnya. Salah satu korban bully gengnya karena dulu Dinda bertubuh sangat kurus, berambut keriting. Namun lihatlah sekarang. Dinda sudah glow up dengan fashion yang mewah berkelas, terlihat cantik, dan nampak Kalea sedang melamar posisi dibawahannya. Bahkan terlihat dari ekspresi wajah Dinda yang sedang menahan tawa.


"Kukira kakak diumur sekarang sudah mempunyai pekerjaan tetap, tapi kelihatannya dari muka kakak saja susah ya diterima, sampai-sampai melamar pekerjaan disini" ejek Dinda.

"Memang sebelumnya kerja di mana, sih?" Sambil Dinda membuka CV Kalea. "Boozy? Boozy bukannya coffie shop punya Kak Nero, ya? Pacar Kakak sejak SMA? Kenapa keluar? Apa jangan-jangan kalian putus?"

Kalea jengah. Wawancara kerja ini lebih mirip acara gosip. "Ya bener kita udah putus," jawab Kalea pendek. "Oh, sori," Dinda menanggapi tanpa terlihat menyesalinya.

Namun sebaliknya Kalea merasa bawah Dinda semakin menikmati sesi wawancara ini. "Sebenarnya ini lucu banget sihh Kalea..." Dinda kembali berbicara dan ia tidak mau berbasa-basi lagi dengan memanggil 'Kak'.

"Disini kita sedang membuat sebuah program baru dengan judul 'Next Step'. Kami mewawancarai orang-orang yang punya masa sekolahnya yang kelam, namun akhirnya bisa sukses ketika dewasa. Tentu tujuannya adalah memberi kekuatan kepada generasi yang lebih muda bahwa mereka tidak boleh menyerah dan percaya bahwa mereka pasti bisa menggapai cita-cita mereka. Bagaimana menurutmu tentang program barunya?"

Dinda tidak mau repot-repot menyembunyikan fakta bahwa ia senang melihat ekspresi wajah Kalea sekarang. Kalea sekarang benar-benar tidak tau mau berkutit apa lagi. Kalea yakin kalau Dinda memang sedang mencoba membuat dirinya lemah melalui apa yang Dinda katakan.

2 menit berlalu dengan perasaan canggung, Kalea berdiri. Ia tahu, jika dilanjutkan yang ada bukan wawancara tentang pekerjaan namun sesi balas dendam.

Sebelum keluar dari ruangan, Kalea sempat eye contact dengan Dinda. Mereka berdua mengambil kesimpulan yang terjadi hari ini disebut...

Karma is a bitch.

¤

Second chanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang