Jangan Lupa Vote Komen ❤️
Happy Reading~~~•~~
Galih dan Hanif sedang duduk menatap Jovan dan Fahmi yang sejak tadi bertengkar saling menyalahkan.
"Gue yakin, gadis yang lo bawa semalam itu penyebab hilangnya Dokter Bila," ucap Fahmi pada Jovan.
"Udah berapa kali gue bilang, gue ngga peduli!" teriak Jovan.
Grep.
Fahmi tiba tiba mencengkeram kerah Jovan, "Coba aja semalam lo ngga bawa dia ke Dokter Bila. Pasti semuanya akan baik baik saja!"
Jovan menghela nafasnya, lalu dia juga mencengkeram kerah Fahmi, "Lo yang ngajak gue buat bawa dia ke Dokter itu. Kenapa lo jadi nyalahin gue?!" ucapnya tidak mau kalah.
Galih mengatur nafasnya, "CUKUP BERENGSEK! BUKAN SAATNYA KALIAN SALING NYALAHIN KAYA GINI! MASALAHNYA, WARGA JUGA PADA HILANG! KALIAN MIKIR NGGA? ADA SEKITAR DUA PULUH RUMAH DI SINI, SERUMAH PALING BANYAK ADA LIMA ORANG, BERAPA ORANG YANG HILANG?!" ucapnya.
Hanif menghitung dengan jari, "Seratus orang," jawabnya.
"Seratus orang di tambah dua wanita yang kalian maksud, itu siapa yang bawa? Dan menggunakan apa mereka membawanya? Kenapa mereka mau saja di bawa pergi? Dan kenapa perbatasan meloloskan mereka?!" ucap Galih sambil menunjuk Fahmi, Jovan, Hanif dan beberapa prajurit di sana.
Jovan melepaskan cengkeramannya, begitu juga Fahmi. Mereka menghela nafasnya lalu meletakan tangannya di pinggang. Benar, ada yang lebih penting dari pada memikirkan dua wanita itu.
Galih sudah mendengarkan penjelasan dari Kafi lewat HT, kalau warga menghilang dari desa mereka sendiri. Walaupun mereka sudah menduga ada sesuatu hal besar yang akan terjadi, tapi tetap saja mereka kebingungan.
"Tapi kita tetap menyelamatkan dua wanita itu bukan? Mereka warga negara kita," ucap Rania yang baru muncul.
Fahmi segera menengok, "Itu sudah pasti," ucapnya dengan cepat.
Rania kemudian menyuruh beberapa prajurit untuk keluar kecuali anggota Prajurit Mata Elang.
"Akan ada kejadian besar," ucap Rania lalu menghela nafasnya. Semuanya terdiam dan tertunduk, tidak terkejut jika Rania bilang seperti itu. Justru mereka bertanya tanya, kenapa Sersan Rania seperti menyembunyikan sesuatu.
"Sersan Rania, hidungmu," ucap Hanif.
Rania segera berbalik lalu dia mengambil sapu tangannya dan mendongakkan kepalanya agar darah dari hidungnya tidak menetes. Kemudian semuanya menatap Rania.
Rania melirik, "Kenapa kalian menatapku seperti itu. Aku tidak apa apa," ucapnya.
"Jangan mendongak, itu berbahaya. Itu bisa mengiritasi saluran pencernaanmu," ucap Fahmi, kemudian Rania menjauh dan masuk ke kamar mandi.
Brak!!!
Kafi, Adam, Vano dan Fatan masuk ke dalam ruangan.
"Kalian berjaga di luar. Jika terjadi sesuatu, segera laporkan," ucap Vano pada prajurit yang tadi bersamanya. Kemudian Vano menutup pintu dan bergabung dengan teman temannya.
•
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Forces 'Black Mission' [Prajurit Mata Elang]
Fanfiction[SUDAH TERBIT] Prajurit Mata Elang, tujuh prajurit terpilih yang di satukan dalam satu pasukan elite. Mereka memiliki latar kehidupan dan karakter yang berbeda-beda. Mereka di tugaskan untuk menyelesaikan sebuah misi rahasia, misi yang sudah di renc...