BELIEVE 2

11 0 0
                                    

Setelah kemarin merengek-rengek meminta diantar ke mall membeli benyak setel pakaian, kemudian ia merombak total nuansa kamarnya, kini ia berada sekolahnya. Semua orang yang ada dalam sekolah menatapnya aneh. 'sebegitu anehkah ia saat berubah bagi orang lain?'batin Clara. Ada yang menatapnya tak percaya, ada yang terkejut, dan ada yang tersenyum bahagia melihat perubahannya.

Hari pertamanya sekolah ini memang berbeda dari hari sebelumnya. Clara yang biasanya mengenakan rok lebih pendek dari biasanya dan baju seragam yang dibuat ketat, kini ia mengenakan seragam dengan 'normal' seperti yang lainnya.

           Dengan adanya perubahan yang terlampau tiba-tiba ini membuat semua orang makin waspada dan heran juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan adanya perubahan yang terlampau tiba-tiba ini membuat semua orang makin waspada dan heran juga.

"Gue rasa, jatuhnya lo dari tangga buat lo insyaf," celetuk seorang cowok yang tiba-tiba menghadang jalannya.

Clara menatapnya penuh selidik.'untuk cowok ini, tokoh yang mana yang diperankan dalam novelnya?'."Gue emang bukan Clara yang dulu. Lo siapa?" tanya Clara tenang.

"Oh gue lupa lo amnesia. Jadi kenalin, nama gue Fadli, sahabat deketnya tunangan lo."

Lagi-lagi Clara menatapnya mengumpulkan ingatan tentang sosok Fadli dalam novelnya. Fadli adalah sahabat Leo paling dekat dan paling lama. Ia memiliki watak kebalikan dengan Leo. Supel, cerdas, pandai membalik-balikkan kata, dan sangat usil. Ia memiliki kebiasaan minum susu tiap pagi dan malam walaupun ia sudah sebesar ini.tetapi, hal yang tersembunyi dari Fadli ini adalah ia sosok yang super setia kawan dan akan mati-matian membela sahabatnya jika sahabatnya diusik.

Clara tersenyum. "Oh, kayaknya susu yang lo minum pagi ini buat lo bernutrisi tinggi sampek kuat hadang gue." Ia membuka cepat titik lemahnya.

"Lo..."Fadli menuding Clara kesal. Matanya menatapnya dengan melotot.

Tanpa memdulikan cowok itu yang diujung kesal, Clara melanjutkan langkahnya. Dan bertanya kepada salah satu murid yang baru saja keluar dari kelas. "Lo tau kelas gue dimana?. Gue habis kecelakaan. Nggak inget."

"Lo lurus aja. Ntar ada lab biologi, belok ke kanan sampek ujung, terus belok kiri, terus kan ada kelas X IPA 3, dari situ lo lurus. Nah, sebelah utara lab computer, itu kelas lo."

Tanpa ragu, ia pun mengikuti arahan murid itu. Ternyata cukup melelahkan mengelilingi sekolah yang cukup luas ini. Dan sialnya, ia di bohongi. Ia terpaksa berjalan mengelilingi sekolah mencari kelasnya. Berkali-kali bertanya dan hasilnya selalu saja berakhir di bohongi. Ia kesal bukan main.

"aaaaaaah, Clara, berapa sih musuh lo itu?" teriaknya seolah ia sedang bicara dengan 'Clara yang dulu' dengan marah. "Gue nggak betah," teriaknya lagi. Wajahnya berubah muram. "Gimana caranya gue keluar dari dunia ini." Wajahnya cemberut, ia memainkan jari-jarinya dan menggerak gerakkan kakinya yang bergelantung di bangku panjang.

Rooftop sekolah menjadi tempat pemberhentiannya usai lelahnya di bohongi dan berjalan. Di tempat ini ia bisa berteriak sepuasnya tanpa takut orang yang mendengarnya. Tanpa diketahuinya, sepasang mata menatapnya dari balik pembatas kayu yang cukup tinggi. Ia bersembunyi sejak ia mendengar ada yang datang ke rooftop. Pemilik mata itu adalah Leo yang sedang diam merenung disana.

"Kalo dari ceritanya, gue ngejar Leo,... dan Leo emang mau tunangan sama gue, tapi dia punya maksud. Dia pengen menguasai perusahaan lo. Dengan begitu, dia bisa bebas dari kejaran lo. Dan lo akan di hempaskan olehnya... Tapi tenang aja, gue akan pergi dari hidup Leo itu sebelum semuanya terjadi seperti di novel. Gue akan selametin lo dari penjahat hati kayak Leo itu," katanya sendiri menggebu-gebu penuh semangat.

Leo yang mendengar itu mengerutkan wajahnya tak mengerti dan cukup terkejut dengan penuturan Clara. Dan sejak kapan cewek itu tahu niatnya?.

Baru dua detik wajahnya kembali muram, clara bersuara lagi. "Tapi hidup lo sulit. Gue nyerah. Gue harus mencari diri gue yang asli." Kalimat itu terdengar lemas pasrah yang malah membuat Leo semakin diliputi pertanyaan. Tetapi ia masih diam ditempat ingin tahu apa yang akan dilakukan cewek itu.

Clara menemukan cutter yang sudah berkarat yang mungkin karena efek kehujanan berkali-kali tergeletak begitu saja. Ia memungutnya dan mengarahkan ke leher. "Gue harus mati."

Mata Leo melebar melihat tindakan Clara. Belum sempat ia keluar dari persembunyiannya, Clara menghentikan gerakan tangannya.

"Ini terlalu menyakitkan,"katanya.
Ia membuang cutter itu dan beralih ke balok kayu. Saat balok kayu itu melayang akan mengenai kepalanya, ia berhenti. "Terlalu konyol." Ia kembali membuang kayu itu. "Kayaknya gue harus benturin diri gue ke pembatas itu."

Leo yang berada dibalik pembatas kayu itu mulai menegang. Cewek itu sudah berposisi ancang-ancang akan berlari mengenai pembatasnya. Tapi kemudian ia menghentikan perbuatannya lagi. "Nggak. Itu bukan bikin gue mati. Tapi bikin gue bonyok." Wajahnya cemberut menyerah.

Leo yang sejak tadi menatap Clara itu seolah terhibur sekaligus penasaran dengan apa yang dilakukan cewek itu. Sebenarnya leo sangat membenci Clara. Tetapi mendengar rumor Clara berubah total dan membuat seisi sekolah heboh, ia merasa penasaran. Ia sudah mengenal cewek itu bertahun-tahun lamanya dan tidak seperti ini sebelumnya.

Seorang Clara yang terbilang sombong dan suka menindas orang lain, berubah menjadi baik, itu seperti lelucon. Dan kini ia melihatnya. Sorot mata cewek itu tidak ada lagi keangkuhan, tidak ada kemarahan dan tidak ada kebencian. Semua itu seolah sirna. Hanya memancarkan kelembutan. Perubahan itu membuatnya penasaran dan ingin bukti kebenarannya, dan ternyata tidak salah.

"Kayaknya gue harus loncat." Kalimat lancar Clara itu sontak membuat Leo kembali menegang.

Awalnya Leo tak bertindak mencegah, melihat Clara tadi juga tidak melanjutkan tindakannya. Namun ketika cewek itu sungguhan memanjat balkon, Leo langsung lari dan menarik gadis itu. "Lo gila, apa?" wajah Leo mengeras.

Clara memalingkan wajahnya. "Lo peduli?. Nggak kan?. Gue..." belum selesai ia bicara, Leo menariknya pergi dari rooftop dengan cepat tanpa bicara, dan Clara belum sempat menolak.

Kali pertama dalam sejarahnya, Leo yang menarik Clara yang terlihat ogah-ogahan dan berusaha melepaskan diri. Semua mata beralih menatap mereka yang hari ini berbeda. Terlebih menit-menit sekarang adalah ramainya murid-murid di koridor karena banyak yang seliweran baru datas sekolah. Setelahnya, bel baru saja berbunyi dan mereka berhambur masuk ke kelasnya masing-masing.

Clara baru dilepaskan setelah didudukkan paksa oleh Leo dibangku milik cewek itu, Leo mendorong bahunya dengan cukup keras sampai cewek itu tidak lagi berusaha berdiri dan memprotes tindakannya. Leo tak memberikan kesempatan bibir Clara untuk protes sampai akhirnya guru datang menghentikan berontakan Clara.

"Dasar cowok gak berperasaan," gerutunya lirik dengan nada super kesal. Matanya menatap Leo yang masih menoleh kepadanya. Tatapan leo yang puas dibalas dengan tatapan membunuh paling mematikan milik Clara. "Apa lo liat-liat!" desisnya sambil berisyarat tangannya seperti mengiris leher.

BELIEVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang