Beberapa hari sekolah bagi Clara bukanlah hal yang mudah. Perubahan-perubahan yang telah dilakukan Clara malah menjadi hujatan besar sesentero sekolah. Sampai hari ke 7 nya kali ini ia juga masih bisa bersabar. Ia masih ingaat dengan hujatan murid-murid cewek saat ia merubah penampilan dari caranya berseragam. Yang awalnya rok pendek banget kini berubah 'normal'. Oke, seragam baru dengan kenormalannya dihujat.Penampilan rambut yang awalnya tergerai warna bold berubah menjadi gerai panjang lurus warna hitam. Ia sengaja mengembalikan warna asli seperti orang-orang indo biasanya agar terkesan lebih kalem. Kadang ia menggunakan hairclips agar terlihat lebih cantik tidak polos, atau scarves dibentuk sebagai bandana tipis yang sering juga beralih jadi ikat rambut saat siang dan merasa gerah.
Dalam beberapa detik pertama, penampilan Clara memang sering membuat cowok-cowok terpesona. Karena kesan keangkuhan dan aura kekuasaan seoalah lenyap dalam dirinya. Tetapi keterpanaan itu musnah mengingat Clara adalah gadis yang punya masa lalu buruk dan takkan mungkin berubah.
Lagi-lagi Clara memang harus bersabar demi tercapainya sebuah tujuan. Ya, tujuannya adalah menjadikan diri 'Clara Safira' ini baik. Dan semuanya serba sulit mengingat tak semua orang bisa menerima masalalunya.
Clara mendesah pelan.
"Ra, lo jadi trending topic lagi." Devina semakin greget tiap kali melihat grup whatsapp sekolahnya yang selalu bahas perubahan Clara. "Kayak enggak ada pembahasan lain aja." Ia menggelengkan kepalanya tak percaya. Clara hanya menoleh dengan wajah tak minat.
"Biarin." Untuk sekian kalinya jawaban itu terlontar dari bibir Clara.
Devina terlongo-longo melihat ketidakgubrisan Clara yang super tebal. "Sip. Lo strong banget," ucapnya sambil mengacungkan jempolnya dengan mantap.
Apakah Clara benar-benar sekuat ini?. Ia terkekeh sendiri menertawakan dirinya sendiri. Setidaknya kali ini ia masih bisa bertahan. Ia tak boleh menyerah di langkah yang sangat awal ini. Lebih baik jalani, rasakan, dan tetapi optimis.
Tak ingin terus memikirkannya, Clara kembali menyeruput jus jeruknya dan teringat sesuatu. Kini ia sudah kelas XII yang cukup sulit. Untungnya kini masih semester ganjil, jadi ia bisa mengejar ketertinggalannya. Dia seharusnya ada di kelas X. kakaknya sudah berkali-kali mewanti-wanti adiknya jangan sampai tidak lulus. Bahkan ia sudah di sewakan guru les.
"Ra... liat deh!" kata Devina dengan heboh. Ia menunjukkan chat grub wa di ponselnya. Jika tidak didekatkan sedemikian rupa, mungkin Clara takkan menghiraukan chat itu. "Cewek-cewek yang pernah lo jajah ngehujat lo, parah."
"Apaan siiih. Biasa aja, kali," kata Clara tak peduli dan mendorong ponsel itu pelan.
"Eh eh eh, liat dulu!" Devina masih kekeuh menunjukkannya. Sampai akhirnya Clara menurutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELIEVE
Teen FictionClara Amelia tiba-tiba masuk kedalam novel yang telah ia baca dan menjadi tokoh antagonis, Clara Shafira. Permasalahan terjadi beriringan dengan masa lalu yang belum terpecahkan, satu persatu terkuak dan lain sisi tertutup rapat membuat Clara dipak...