₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪
Hal yang paling susah bagi Roko dalam mengisi formulir itu adalah bahasanya.
Meskipun demikian, beberapa kata pada formulir ini untungnya tidak terlalu susah. Dia masih bisa memahami sesuatu karena bahasa yang digunakan memiliki kemiripan dengan bahasa di zamannya. Sebagai contoh, "nōm" pasti artinya "nama", "dat" berarti tanggal, dan "lok" berarti tempat.
Selain itu, ada Jentał yang duduk di sampingnya, yang memberinya petunjuk apa arti kata ini dan itu, serta apa yang harus diisi. Roko mengisi formulir itu dengan ketikan pada keyboard virtual yang tersedia, sesuai dengan arahan sang pemilik rumah. Bantuan ini benar-benar membantu dirinya dalam memahami bahasa dunia ini.
Setelah beberapa menit, form itu terisi juga sepenuhnya. Roko diinstruksikan menekan tombol ungu berteks di pojok formulir, yang Jentał bilang berkata "kirim". Setelah tombol itu ditekan, tampilan layar formulir itu berubah: layarnya mengecil dan kontennya digantikan oleh sepatah kalimat. "Terima kasih sudah mengisi formulir. Tanggapan anda telah dikirim." Dalam beberapa detik, layar itu sendiri lenyap dari hadapan Roko.
"Mantap." Komentar Jentał demikian. Keduanya lalu menopang badan mereka pada kedua tangan dengan santai.
"Oh iya Mbak!" Jentał memanggil Roko dalam Bahasa Inggris. "Mbak udah baca-baca tentang sejarah dunia ini?"
Roko menjawab wanita itu. "Sudah."
"Oh oke oke. Omong-omong, kita perlu ngasih panggilan buat satu sama lain. Mbak bisa panggil aku "Jentał". Kalo Mbak, mau dipanggil apa?"
"Aku ya? Namaku Gertrude Colbert. "Ru" dan "Co". Kurasa... Nona bisa panggil aku "Roko"."
"Oke Roko." Jentał tersenyum padanya. "Panggil aku "Jentał" juga ya."
"Hmm. Iya."
"Oh iya."
Sesuatu terlintas di pikiran Roko. Mungkin sebentar lagi dia akan mendapat identitas. Namun, bagaimana dia akan hidup? Dia tidak punya uang, dan saat ini, makanan dan pakaiannya datang dari Jentał. Bukankah itu hal yang buruk jika dia bergantung pada orang asing ini secara finansial?
Namun, Roko mendapat ide.
"Ada apa Roko?"
"Begini... aku tidak punya uang maupun tempat tinggal. Jadi, bolehkah aku bekerja di rumahmu sebagai pembantu rumah tangga?"
Pertanyaan itu membuat Jentał terdiam. Dia memandang Roko dengan senyum canggung, seakan hendak tertawa.
"Non– maksudku, Jentał?"
Akhirnya, Jentał melepaskan tawanya dalam bentuk kikik pelan.
"Begini, Roko. Di dunia ini, orang gak perlu bekerja buat hidup. Pemerintah sudah membiayai kebutuhan hidup rakyat, dan kita bekerja karena kita suka bekerja."
Roko belajar hal baru pada hari ini. Begitukah dunia ini bekerja? Di dunianya, pekerjaan menentukan harga diri dan hak hidup seseorang. Namun, di dunia ini... jadi ini yang dinamakan masyarakat pasca-kelangkaan?
"Tapi kalo kamu mau jadi pembantuku, boleh kok." Jentał menambahkan. "Omong-omong, Roko, kurasa kamu perlu belajar sejarah lagi."
"Bisa dibilang begitu..."
"Eh iya! Gimana kalo habis ini kita ke museum sejarah? Buat nambahin wawasanmu tentang sejarah dunia ini."
"Boleh sih." Lagipula, menurut Roko, ini akan membantu dia memperdalam pengetahuan yang didapatnya di internet.
ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ ᴥ
Roko dan Jentał sedang berjalan menuju museum sejarah. Mereka menapaki suatu jalan yang tersusun atas ubin-ubin beton berwarna kelabu terang yang berbentuk seperti puzzle. Di kiri dan kanan jalan itu — yaitu halaman museum — terdapat padang rumput yang pendek dan luas. Bangunan museum itu sendiri mirip dengan bangunan dinas kependudukan, namun hanya memiliki 2 lantai dan lebih melebar.
Saat mereka melewati pintu berkayu gedung itu, petualangan sejarah Roko pun dimulai.
Fokus pertama mereka di sana adalah ruang zaman Tatanan Dunia Baru. Jentał menunjukkan pada Roko diorama-diorama peristiwa bersejarah yang terjadi pada masa itu. Ritual Satanis yang berdarah-darah. Pendirian koloni permanen di Titan. Interior kapal generasi yang pergi ke Tau Cētī. Penggerebekan gereja subversif. Masing-masing diorama memiliki plakat yang berisi penjelasan tentang peristwanya. Roko nampaknya familiar dengan semua kejadian ini.
Kemudian, mereka pindah ke ruang zaman Perang Tatanan dan Perang Dunia IV. Ruang ini tidak kalah banyak memiliki diorama. Deklarasi pendudukan Mars oleh Liga Eudemonis. Interior kapal generasi lagi, yang ini menuju Rán, Bintang Barnard, dan sekali lagi Tau Cētī. Pertempuran-pertempuran antara Tatanan Dunia Baru dan Liga Eudemonis. Lanskap pasca Perang Dunia IV yang hangus dan tak bernyawa.
"Jadi begini toh dunia pas aku gak ada?" Roko pikir.
Kemudian, mereka mampir di galeri misil antarplanet Perang Dunia IV. Roket-roket ramping berwarna monoton berdiri gagah di sekitar mereka. Meskipun misil-misil ini menjulang tinggi di atas kepala keduanya, tidak ada dari misil ini yang memiliki ukuran aslinya — semuanya adalah miniatur. Misil yang asli akan sebesar roket satelit biasa,
Sekilas, semua tiang itu terlihat seragam, hanya berbeda dalam hal warna dan ukuran. Namun, jika diamati lebih teliti, terdapat variasi desain pada mereka, baik itu modul, bentuk sirip, pendorong, dan sebagainya. Sebagian dari perbedaan ini datang dari faksi yang berbeda yang membuatnya.
Setelah puas melihat-lihat di galeri misil antarplanet, Roko dan Jentał sampai pada suatu model Bumi, Bulan, dan Mars. Ketiga globe melayang itu berada pada jarak yang sangat dekat antara satu sama lain, dibandingkan dengan posisinya di dunia nyata.
Jentał mendekatkan tangannya pada model itu. Jari-jarinya melakukan gerakan dibuka dan ditutup. model itu merespon dengan mengecil, membesar, mendekat, dan menjauh. Kemudian wanita itu menoleh kepada Roko.
"Sekarang liat ini." Jentał menekan tombol biru yang berada di pojok bawah model. Kemudian, hal yang menarik mulai terjadi.
Suatu benang putih yang tipis, melengkung, dan nampak menyala keluar dari Mars, lalu berhenti di Bumi. Saat benang itu sedang tumbuh ke arah planet biru itu, Roko memperhatikan bahwa benang-benang yang serupa namun lebih tipis dan sukar terlihat datang dari seluruh permukaan Bumi dan Bulan menuju ujung benang itu. Nampaknya ujung-ujung benang kecil itu ingin mengenai ujung yang besar, namun semuanya meleset.
Bumi dan Bulan pun membalas dengan 'menumbuhkan' lebih banyak benang. Mars berusaha menghentikan benang-benang itu dengan benang-benang yang lebih kecil. Sebagian serangan pasangan planet dan bulan itu berhasil ditangkis — menghasilkan titik tebal pada tiap ujung benang — namun yang lain berhasil mengenai Mars. Benang-benang lama memudar, namun yang baru terus bermunculan. Jembatan-jembatan benang pun menjadi semakin banyak di antara mereka.
Roko memperhatikan bahwa daerah yang 'tertusuk' oleh sehelai benang menyala, kemudian bertumbuh dengan pinggiran yang merah kemudian kelabu gelap. Sejak benang-benang tersebut menjadi banyak, permukaan Bumi, Bulan, dan Mars nampak tercemar oleh awan-awan kelabu. Dia mengambil kesimpulan bahwa benang-benang ini merepresentasikan jalur misil.
Seakan misil itu tidak lengkap, muncul benang-benang lain yang lebih tebal, datang dari sumber tak terlihat yang mengelilingi ketiga dunia itu. Saat benang-benang itu menyentuh Bumi, Bulan, dan Mars, permukaan ketiganya tertutup sepenuhnya oleh awan kelabu. Pemandangan spektakuler itu memantul di kacamata Roko, selagi dirinya menonton dengan seksama bersama Jentał.
"Jadi begini Perang Dunia IV terjadi? Ini yang datang dari luar in... asteroid ya?" Roko merujuk pada benang-benang tersebut yang datang dari luar.
Jentał menjawab "iya" padanya. Keduanya kembali diam, asyik melanjutkan tontonan simulasi perang itu.
Kemudian, pada momen ini, Jentał berkomentar.
"Aku tidak tahu dengan senjata apa Perang Dunia III akan dipertarungkan, tapi Perang Dunia IV akan dipertarungkan dengan tongkat dan batu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menuju Bintang Terang
Science FictionKarir Roko sebagai mata-mata Liga Eudemonis tamat setelah tentara dari musuhnya, Tatanan Dunia Baru, memberinya luka tembak yang merenggut nyawanya. Di ajal, sang mata-mata telah menerima kematiannya. Tanpa disangka, Roko mendapati dirinya berada di...