22

3 2 0
                                    

₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪

₪ ₪ ₪ ₪ ₪ ₪

Layar putih mengambang di depan Jentał.

Selanjutnya apa yang harus dirinya lakukan, pikir Roko.

Tiba-tiba, Roko teringat akan apa yang pernah Jentał katakan. Waktu itu, wanita berambut merah tua itu bilang bahwa dia berencana memberi dirinya sesuatu untuk memunculkan layar seperti diri wanita itu.

"Tunggu Jentał... katanya kamu mau kasih sesuatu buat bikin layar."

"Oh iya! Bentar ya." Jentał memunculkan apa yang terlihat seperti sekeping kartu hitam kecil di tangannya. Kartu itu nampak terpotong di satu sudutnya, dan pada sisi di mana sudut tersebut berada, terdapat 4 petak kecil berwarna keemasan.

"SD card?" Roko berseru dalam hati.

"Kita masukin ini dulu ke kamu." Jentał menyodorkan kartu itu ke arah Roko, dalam apitan jari telunjuk dan ibu jarinya.

"Masukin?" Roko berseru dengan ekspresi heran. "Masukin gimana?"

"Gini." Wanita berambut merah itu berjalan mendekati Roko. kemudian, setelah berada pada beberapa inci saja dari wanita berkacamata itu, Jentał mengembangkan tangannya di hadapan dada Roko. Penasaran dengan apa yang Jentał perbuat, Roko menurunkan pandangannya ke dadanya.

Tiba-tiba, di depan dada Roko, muncul persegi panjang hitam yang melayang di udara secara vertikal. Anehnya, setelah Roko perhatikan baik-baik. kotak ini hanya terlihat di satu sisi — yaitu dari sisi Jentał — sedangkan pada sisi yang menghadap ke badannya, kotak itu tidak terlihat. Sepertinya bentukan itu merupakan portal atau lubang, pikir wanita berkacamata itu.

"Kamu mau masukin itu?" Roko bertanya.

"Iya. Ini aman kok." Jentał tersenyum ramah padanya.

"Oke kalau gitu..."

Dengan penuh perasaan namun pasti, Jentał mendorong kartu itu ke dalam lubang berbentuk persegi tersebut. Ibu jari dan jari telunjuknya — yang menahan kartu tersebut di atas dan di bawah — diposisikan sedemikian rupa agar kartu itu pas dengan lubang. Setelah berhasil mempaskannya, Jentał melepas kedua jarinya dari kartu itu, kemudian mendorong kartu tersebut lebih dalam dengan jari telunjuknya. Kartu tersebut masuk dengan pelan, sebelum akhirnya lubang tersebut dan isinya lenyap dari udara, tanpa bekas sekalipun.

Roko masih heran dengan bagaimana dia harus memulai praktiknya. "Oke... sekarang aku harus apa?"

Jentał mengangkat lengan kirinya, menekuknya dari bawah ke atas. Kemudian, dia menguncupkan jari-jari tangan kirinya. "Coba begini."

Roko pun ikut menguncupkan jari-jari tangan kirinya. "Terus?"

"Terus begini." Jentał membuka kuncup itu. Jari-jarinya membentang lebar, terpisah dari satu sama lain. Di saat yang sama, layar putih itu muncul kembali di hadapannya.

Roko mengikuti apa yang Jentał lakukan. Pertama, dia membuka kuncup tangannya lebar-lebar. Kemudian, secara mengejutkan bagi Roko, suatu layar putih muncul di hadapannya. Bentuknya persegi panjang dan melayang di udara dengan miring atas-bawah, sama seperti milik Jentał. Untuk sesaat, layar itu kosong bersih, namun tidak butuh waktu lama untuk objek-objek seperti tab pencarian dan logo-logo aplikasi untuk muncul di layar tersebut.

Jentał pun tersenyum bangga padanya. "Selamat! Kamu berhasil memulai hidup sebagai warga Bintang Terang!"

"Wah..." Roko hanya bisa menganga takjub dengan apa yang dia lakukan. Dengan penasaran, dia mulai mengutak-atik layar itu, baik dengan menulis sesuatu, melakukan pencarian, dan sebagainya.

Setelah puas dengan layar itu, Roko mengalihkan perhatiannya pada pemandangan taman, namun tanpa dia sadari, layar itu mengikuti ke mana wajahnya memandang, menghalangi apa yang berada di baliknya. Roko mengalihkan perhatiannya ke arah yang berbeda, dan layar itu juga ikut ke sisi itu. Wanita berkacamata itu menjadi agak frustasi.

"Ini gimana dah biar gak menghalangi?" Roko bertanya sambil memindahkan pandangannya ke sana ke mari.

"Dipegang terus digeser" jawab Jentał.

"Gitu ya?" Sesuai dengan saran Jentał, Roko meraih sisi kiri dan kanan layar itu. Kemudian, dia menariknya agak turun, sambil menegakkan posisinya sedikit.

"Ooh gini ya" seru Roko kagum. "Kalo mau menutup layar ini pasti begini ya?" dengan nalurinya, wanita berkacamata itu menguncupkan tangan kanannya di depan layar tersebut. Seketika itu juga, layar itu mengecil dengan cepat dan hilang tak berbekas.

"Nah" Jentał menambahkan. "Sekarang kamu udah bisa kan munculin layar? Sekarang kamu coba pakai kantongmu."

Roko memandang Jentał dengan heran. "Kantong? Itu yang mana lagi? Itu buat munculin dan hilangin barang itu ya?"

"Iya, Roko." Jentał mengambil nafas sejenak sebelum kembali berbicara. "Bukan munculin atau hilangin sih... lebih tepatnya, kantong itu adalah semacam 'dimensi ekstra', di mana kamu bisa menyimpan barang tanpa harus membawa tas, keranjang, atau kantong pakaian. Barang-barang yang kamu simpan di sana bisa kamu munculin dengan instan. Misalnya gini nih."

Jentał mengulurkan tangannya yang menengadah ke arah Roko. Kemudian, dalam sekejap mata, beberapa buah kecil berwarna kuning muncul di tangan wanita berambut merah tua itu. Roko yang belum sepenuhnya terbiasa dengan kehidupan dunia lunak ini terbelalak kagum akan trik itu.

"Sekarang coba, Roko, masukin ini ke kantongmu."

Roko mengambil buah-buah rambut gadis itu dari tangan Jentał. Setelah bulatan-bulatan tersebut berada dalam genggamannya, Roko memejamkan mata. Dahinya dikernyitkan. Dia mengumpulkan seluruh niatnya untuk mengirim benda dalam genggamannya ini ke dimensi ekstra yang adalah kantong.

Tak lama kemudian, bulatan-bulatan itu tidak terasa lagi dalam genggamannya. Roko melonggarkan otot-otot mukanya, kemudian membuka kedua matanya, sebelum membuka kepalan tangannya. Dan benar juga ternyata, buah-buah itu telah lenyap dari tangannya.

Sekali lagi Roko membuka matanya lebar-lebar dengan kagum.

"Wah kamu udah bisa ternyata!" Jentał memuji. "Nah sekarang coba ambil buahnya."

"Oke." Sekali lagi, Roko memejamkan kedua matanya. Tangan kanannya menengadah. Dahinya mengerut. Niatan-niatannya sekali lagi dikumpulkan. Dia menginginkan dengan sangat agar buah-buah tadi muncul kembali di tangannya.

Dan dalam beberapa detik, wanita berkacamata itu kembali merasakan bulat-bulat kecil di tangannya. Menyadari hal itu, Roko meringankan ekspresinya, lalu membuka kedua matanya. Di hadapannya, di atas tengadah tangan kirinya, buah-buah kuning kecil itu telah kembali dengan utuh.

"Mantap Roko!" Jentał memuji sekali lagi. "Sekarang kamu bisa hidup di dunia ini dengan mudah!"

Roko tersenyum ringan, bangga akan kemampuan barunya. "Terima kasih Jentał."

"Sama-sama!" Jentał membalas dengan senyuman.

Roko memandang kembali buah-buahan di tangannya. Kemudian, tanpa memejamkan mata maupun mengerutkan mukanya, dia berniat untuk memasukkan buah-buah tersebut ke dalam kantong. Maka lenyaplah buah itu dari tangannya. Kemudian, saat Roko ingin memunculkannya kembali, buah-buah itu muncul kembali.

"Wah!" Roko berseru. "Jadi gini ya cara kerjanya? Kamu ganti baju waktu itu juga gini ya caranya?"

"Iya" jawab Jentał dengan senyuman.

"Omong-omong, Roko, latihan-latihan ini baru permulaan."

Menuju Bintang TerangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang