18. JEALOUS

169 26 5
                                    

🎼 Oceans & Engines - NIKI

{ HAPPY READING }

18. JEALOUS

"Bagaskara dengan sinar jingganya dan dewi malam dengan sinar putihnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaskara dengan sinar jingganya dan dewi malam dengan sinar putihnya. Atma yang tertanam, tak perlu menjadi atma lain yang lebih menjulang."

~☆~

Ila membawa kakinya untuk meninggalkan tapak santai pada koridor SMA Garuda Sakti. Bibirnya menari mengikuti nada musik yang membelenggu jiwa.

Tarikan sudut bibir terus terpahat pada muka. Hatinya seolah terikat oleh wangi bunga sakura, matanya berbinar seperti pantulan sorotan bintang yang berpendar pelan.

Musik adalah kebutuhan primer, kata Ila. Ia tidak akan bisa damai tanpa nada-nada yang mengalun merdu pada telinga.

"Bila musim berganti."

Surat Cinta Untuk Starla, lagu yang sampai membuat Ila jungkir balik di kasur karena salah tingkah.

"Sampai waktu terhenti."

"Walau dunia membenci."

"Ku 'kan tetap di sini."

Ila refleks melepas satu earphone kabelnya saat mendengar suara tak asing yang menyambung di lirik terakhir.

"Sagara?" Ila menganga mengetahui seseorang yang telah menyambung lirik terakhirnya.

Sedetik kemudian bibir pink itu terangkat cerah, seperti langit biru yang dihiasi gulungan kapas putih.

"Sagara, tahu lagu itu?"

Ila menyamakan langkah dengan Sagara yang tengah membaca buku. Entah buku apa, yang pasti sangat tebal. "Sagara, kenapa chat aku kemarin cuman dibaca doang?"

"AHA!" Ila menjentikkan jarinya dan menggigit kuku malu-malu. "Pasti kamu lagi pingsan karena di chat cewek cantik nan imut ini!"

Sagara berhenti melangkah dan memandang perempuan di sampingnya.

"Iya."

"Ha?"

Sebentar, apa Ila tidak salah dengar?

"Sagara." Ke dua anak manusia tersebut kompak memindah atensi pada seorang guru berjilbab yang menghampiri mereka.

"Bu Mawadah!" panggil ceria Ila dibarengi tangan yang terulur untuk mengecup punggung tangan Bu Mawadah.

"Ngapain berdua di sini?"

Ila tersenyum malu-malu dan menyenggol pelan lengan Sagara. "Biasa Bu, ngapelin calon masa depan."

Dengan cepat Ila menundukkan kepala pada Bu Mawadah sebelum berlalu pergi dengan langkah secepat angin.

11 12 seperti pencuri yang dikejar warga.

Bu Mawadah menepuk pelan dahinya dan memusatkan perhatian pada Sagara. "Sagara, untuk persiapan olimpiade nanti, kamu bisa belajar bareng Dania."

"Kalau bareng kan, kalian bisa lebih ringan belajarnya."

"Iya, Bu."

Bu Mawadah mengangguk puas dengan senyum tipis. Ia yakin, Sagara dan keponakannya-Dania pasti bisa menggaet kemenangan untuk Smada, lagi.

Sudah beberapa hari ini Sagara menyiapkan diri untuk mengikuti kompetensi sains. Sepertinya ini adalah terakhir dia mengikuti olimpiade, dikarenakan ujian-ujian untuk kelas 12 sudah membuka lebar gerbangnya.

Kelas akhir adalah ujung dari panah. Di mana, busur adalah tempat mencari ilmu tersebut, dan anak panah beserta pemanahnya adalah seseorang dengan impiannya.

Setelah anak panah itu digaet pada busur. Netra pemanah tersebut memandang fokus pada sasaran yang terpampang. Kemudian, panah itu dilepaskan bersama hati yang mengharap tepatnya sasaran. Menunggu, dan di saat panah tersebut sudah tertancap pada sasaran, maka ia berhasil.

"Sagara, menurut lo di olimpiade nanti, kita bisa menang nggak?"

Sagara menjeda gesekan penanya pada kertas dan beralih memandang gadis di sampingnya.

"Bisa, Dania," jawabnya sebelum kembali fokus pada tulisan.

Dania hanya mengangguk dan tersenyum yakin.

"Kalau lo yang ikut olimpiade, siapa yang bisa ngalahin?" guraunya.

Sagara tersenyum tipis dan menyodorkan kertas pada Dania. "Kerjain!"

Dania mencebik dan meraih lesu kertas tersebut. "Capeknya."

Sagara menggeleng pelan dan kembali membaca buku. Mengabaikan sekitarnya. Termasuk mengabaikan perempuan di bangku pojok perpustakaan yang menahan kesal.

"Dasar nggak berkah!" Ila merengek lelah dan menjambak pelan rambutnya.

Ia menopang dagu dan memandang sok tajam dua insan tersebut. Kobaran api sudah membara di netranya. Seolah siap membakar Dania yang sok memonyongkan bibir.

"Sekarang lo bisa duduk di samping Sagara, Dania."

"Liat aja, besok-besok gue pesen perpustakaan vvip anti pengganggu, sekalian duduk di samping Sagara yang di depannya ada penghulu!"

Shhh

Ila mengerjap pelan saat hawa dingin menabrak kulitnya. Ia menengok pelan ke samping seperti kipas yang berputar pelan.

"Ketos?" Ila menganga memandang Chaka yang membungkuk dengan satu tangan bertumpu pada meja, dan satu tangan lagi mengarahkan kipas angin mini pada wajah Ila.

"Biar vibes-nya kayak di pantai-pantai."

"Enak buat galau," lanjutnya.

Ila mendengkus dan meraih kasar kipas tersebut, mengarahkan pada wajahnya dan kembali memandang dua insan yang tengah tertawa-lebih tepatnya hanya Dania yang tertawa.

Ia mengamati seksama bagaimana bentuk wajah Dania.

Ila meraba ujung rambut dan berakhir pada wajah.

Dania cantik dengan hiasan rambut dan make up-nya.

"Jadi diri sendiri."

Ila tersentak dan memandang kaget Chaka yang sudah duduk di depannya, menghalangi arah pandang Ila dari Sagara dan Dania.

"Kalau nggak jadi Ila, masak mau jadi babik?" tanyanya sedikit nge-gas.

Chaka tertawa pelan dan menepuk kening, tak habis pikir dengan Ila.

"Maksud gue, lo jangan terlalu maksa jadi orang lain buat disukai cowok." Chaka mendongak setelah membuka bungkus permen yupi dengan bentuk love. Ia menghela napas saat Ila hanya memerhatikan yupinya tanpa memedulikan kalimat sang ketos tersebut.

Chaka menyodorkan beberapa bungkus yupi yang diterima bahagia Ila dengan mengambil semua permen tersebut.

Tidak ada akhlak.

"Pekanya."

"Makanya, suka sama gue aja."

Ila menghentikan kecapan yupi, ia menarik sudut bibir sinis. "Mana cewek-cewek yang lo deketin buat pemilihan ketos?"

Chaka bersedekap dada dan menjalankan tubuhnya sedikit mendekat pada Ila. "Sekarang gue udah jadi ketos, buat apa cewek-cewek itu?"

"Kenyih lo!" (Banyak omong lo!)

🌊

TBC

°
°
°

Aku ada ganti kosakata, dari dia ke ia, revisi part sebelumnya nanti yaaa 🐯

Jangan lupa vote sama komennya maniezzz.

SPARKLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang