What's Inside?

22.9K 185 3
                                    

Luna, 24 tahun, creative director

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luna, 24 tahun, creative director.

Aria, 25 tahun, produser assistant

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aria, 25 tahun, produser assistant.

-------------------------------------------------------------------------

Pergelaran acara musik yang sangat meriah ditutup dengan sebuah lagu yang membuat para penonton terus melompat. Luna, creative director dari acara musik ini sedikit rileks karena acara hampir selesai.

"Lampu dua dan enam, penonton." Luna memberikan komando.

"Fog machine, in five, four, three, two, pecah!"

Meletuplah asap panggung yang menandakan berakhirnya lagu yang menjadi penutup acara malam ini. Teriakan penonton tak terbendung, semua bertepuk tangan atas acara malam ini. Luna menghela napas lega karena acaranya berjalan dengan sukses tanpa kendala yang berarti.

"WE DID IT!" Teriak Luna sambil mengpalkan tangan ke udara.

Para crew di sekitar Luna tak kalah riuhnya dengan para penonton.

"Terima kasih teman-teman buat kerja samanya malam ini. Kalian keren!" Luna menghampiri dan memeluk rekan kerjanya satu persatu.

***

Acara selesai dengan sempurna, Luna bersiap meninggalkan venue acara yang menjadi tempat kerjanya pada dini hari.

Satu pesan baru masuk ke ponselnya.

Aria:
You did a great job.

Luna tersenyum membaca pesan Aria, Ia mengetikkan sebuah balasan.

Luna:

Thank you! Kamu juga keren! See you(?) Tomorrow?

Aria:

Sure! Di tempatku?

Luna:

Oke, jam 5 sore aku ke sana.

Aria:

I'll wait.

Luna tersenyum dan menyimpan ponselnya, tak sabar ingin segera esok tiba.

"It will be fun! I promise." Gumamnya.

***

Waktu menunjukkan pukul 04.00 sore, Luna yang telah bersiap segera berangkat menuju apartemen Aria yang tak jauh dari rumahnya.

Setelah 35 menit berkendara akhirnya Luna tiba di gedung apartemen Aria. Ia memarkirkan mobilnya di tempat Luna biasa memarkir saat ke gedung ini. Ia bergegas masuk ke pintu lift dan menekan angka dua puluh, lantai dimana Aria tinggal. Semakin mendekat ke tempat Aria, semakin hati Luna berdegup kencang. Selalu begini. Selalu mendebarkan sekaligus menyenangkan meski sudah berkali-kali.

Luna tiba di depan pintu 203, pintu apartemen Aria dan menekan bell setelah Ia merasa cukup siap dengan dua, tiga tarikan napas. Tak lama pintu terbuka, muncul Aria di balik pintu dengan senyuman lebar dan rambut panjang terurai.

 Tak lama pintu terbuka, muncul Aria di balik pintu dengan senyuman lebar dan rambut panjang terurai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Welcome!" Sambut Aria.

"Hi, gorgeous!" Luna menyapa seraya melangkah masuk, menggamit pinggang Aria.

"Mau kemana? Kok cakep banget?" Goda Luna dan mencuri ciuman di sudut bibir Aria.

Aria tersipu karena ucapan dan tindakan Luna dan memukul bahunya pelan.

"Udah makan?" Tanya Aria.

"Udah. Sekarang pengen makan yang lain." Jawab Luna.

"LUNA!!!" Bentak Aria, pelan.

"Apa?? Aku cuma bilang pengen makan yang lain, bukan makan kamu." Luna menatap Aria. Tapi Aria tahu betul arti tatapan itu, Luna menggodanya, lagi dan lagi. Sedangkan Ia tergoda, lagi dan lagi.

Aria melepaskan tangan Luna dari pinggangnya dan berjalan menuju dapur. Luna mengikuti dari belakang sambil mengamati gerak langkah Aria yang anggun. Luna menyukai dan mengagumi bentuk tubuh Aria yang tak pernah membosankan meski sering dilihat, selalu berhasil menarik dirinya dan membuat darahnya berdesir.

"Aku buatin jus, mau?" Tawar Aria.

"Emm, air es aja deh, panas." Pinta Luna.

Aria tahu tak ada maksud apa-apa dari Luna yang berkata demikian, tapi entah kenapa itu berhasil membuatnya semakin gemetar dan dadanya berdegup kencang.

Aria mengambil gelas dan menuangkan air es untuk Luna. Luna yang selalu Ia tunggu kehadirannya, termasuk hari ini. Ia sudah berdandan sejak dua jam yang lalu, sibuk memilih pakaian untuk membuat Luna terkesan. Well, tampaknya usaha Aria berhasil. Aria menyerahkan gelas air es itu kepada Luna yang saat ini berdiri di depan jendela kaca yang menghadap ke pemandangan kota.

"Thank you, pretty." Ucap Luna lalu menenggaknya hingga tandas.

"Segaaar!" Ujarnya.

"Mau lagi?" Tanya Aria.

"Mau kamu, boleh?" Luna balik bertanya.

Mata Aria membulat. Ia tahu ini akan terjadi, tapi Ia selalu tidak siap sekaligus siap. Tubuhnya tidak pandai berbohong. Ia selalu ingin Luna dan selalu siap untuk Luna.

Mata bulat Aria membuat Luna terhisap dalam. Ia tahu, Aria juga menginginkannya sama besarnya. Sama bergairahnya.

Luna mengikis jarak antara Ia dan Aria. Melihat Aria yang hanya mematung di tempat, membuat Luna semakin berkabut memikirkan apa yang akan terjadi.

"Are you ready for this?" Tanya Luna, pelan.

Aria mengangguk, matanya menatap Luna seperti tersihir.






TIME (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang