dua puluh dua

183 39 5
                                    

"Aku minta maaf. Seriusan, Ji."

Umji mengurut kening saat suara Juyeon terdengar terbata.

"Oke aku salah karena main kasar sama kamu lagi, tapi kamu jugaㅡ" Suara helaan napas Juyeon terdengar dari balik pintu yang masih dalam upaya ditutup sama Umji. "ㅡsudah seribu kali aku kasih tau kamu buat jangan dekat-dekat sama mereka. Kevin, Hyunjae atau yang lain. Aku gak suka."

Ini hari ketiga setelah kejadian hari itu. Umji masih gak mau keluar rumah. Batinnya terguncang setelah dapet kekerasan disaat dia lagi hamil. Apalagi ditodong pisau. Dia bahkan sempat berpikir bakal mati di tempat sebelum kemudian Donghan datang ngebantu dia.

"Aku cinta sama kamu. Dan itu udah cukup buat kamu gak nyari cowok lain."

Ucapan itu sukses bikin Umji merinding ditempat.

"Gue cinta sama lo. Itu udah lebih dari cukup buat lo ngerti dan gak nyari cowok lain, Umji."

"Umji. Kamu denger aku, kan? Maaf."

Cewek itu menggeleng. Tubuhnya melemas dan mendadak hampir jatuh kalau dia gak berhasil pegangan ke meja disampingnya.

"Pergi,"

"Umj-"

"Pergi. Kita bicara besok."

Juyeon menghela napas. Lalu ngangguk. "Iya. Besok aku tunggu di ruangan biasㅡ"

"Di kantin. Jam sembilan, habis kelas pertama selesai. Aku kesana gak sendirian, kamu bisa ajak satu temen kamu."

Juyeon tau. Banget. Umji trauma. Ditarik paksa ke tempat parkiran dengan kondisi berantakan gak mungkin gak bikin cewek itu ketakutan. Juga karena selain ditampar, cewek itu hampir dia lecehin lagi.

Juyeon kelepasan, demi Tuhan. Dia gak berniat bikin Umji setakut ini ketemu dia.

"Ya," jawabnya setelah berhasil neguk salivanya susah payah. "Iya, aku kesana sama Bang Sangyeon. Aku pulang dulu, sayang. Cepat sembuh. Maaf."

Getir rasanya saat dia ngelangkahin kakinya pergi dari rumah semi minimalis itu tanpa ada balasan ramah dari si penghuni rumah. Dia tau itu salah. Umji berkali-kali menjerit minta dilepasin sebelum kemudian dia beralih nampar cewek itu sebagai ganti karena udah ngeberontak.

Juyeon kehilangan kewarasannya.

"Gue udah gilaㅡ" sesalnya.

"ㅡgara-gara jatuh cinta sama lo."

***

"Lo beneran suka cewek, Bi?"

"Anjing," umpat Sinbi dan sukses bikin lawan bicaranya kaget banget. "Omongan bangsat mana lagi yang elu denger, njir?"

"Ya selow dong, monyet. Gue baru dateng udah lo katain aja. Kasian emak gue namain gue Hwanwoong malah lo sebut anjing. Bego banget."

Sinbi yang awalnya emosi langsung berubah ketawa ngakak ngeliat ekspresi dan misuhan cowok satu itu. Dia kemudian minta maaf dan neguk minumannya buat ngebilas mulut dari kripik kentangnya.

"Maap-maap. Lagian lu juga pagi-pagi omongannya udah ngawur aja," balas cewek itu sambil nyengir.

Hwanwoong mengendikkan bahu gak peduli. "Tapi beneran lo suka cewek? Lo lesbi?"

Sinbi menggeleng. Raut wajahnya datar.

"Lo nanya gini karena gak pernah liat gue pacaran atau berduaan sama cowok ya?" tanyanya kemudian. "Gue gak mau pacaran kalo samaan kampusnya. Bagus lagi kalo kampus ujung kota noh. Jauh. Lebih menantang."

Insanity ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang