tiga puluh enam

140 30 12
                                    

Mata Umji mengerjap dua kali pas dengar ucapan Eric yang kini cepat-cepat ngunci kembali pintu kamar itu.

"Bercanda. Gausah serius gitu dong mukanya," ucap sang adik kemudian. "Tidur gih. Udah malem."

"Gak lucu."

"Lah?" Eric natap kakaknya dengan ekspresi heran. "Aku cuma bercanda."

"Iya, dan itu sama sekali gak lucu," balas Umji mulai kesel. "Gak pantes kamu bercanda bawa-bawa orang yang sampai sekarang belum ketauan keadaannya gimana."

"Kak Juyeon udah besar, kak. Dia tau apa yang dia lakuin," kata Eric penuh penekanan. "Kakak ngomong gini seolah dia selama ini baik sama kakak. Kakak mikir gak sih, selama ini kakak cuma dimanfaatin aja!"

Raut wajah marah dan intonasi suara yang meninggi sebenernya sudah bikin nyali Umji menciut. Mau itu adeknya pun Eric tetep laki-laki yang lebih kuat dari dia, apalagi kalo lagi emosi.

Cewek itu akhirnya berbalik. Berniat buat bergegas pergi sebelum emosinya bikin mereka cuma berakhir dengan berantem.

Sret!

"Mau kemana? Aku belum selesai bicara."

"Lepas. Kakak mau tidur."

"Oh ya? Bukan mau nyariin kak Juyeon yang udah bikin kakak hamil dan keguguran itu?"

Umji melebarkan matanya. Bener-bener ucapan Eric sudah keterlaluan.

Plak.

"Ayo lanjutin. Kakak bisa nampar kamu lagi," ujarnya dengan suara bergetar. "Kamu tau waktu itu susah buat kakak, tap-"

Eric terdiam. Pipinya memerah sebelah dan rasa perih mulai menjalar akibat tamparan keras kakaknya.

Lalu dia terkekeh. Kontras sama Umji yang kini nangis di depannya.

"Sadar kak. Yang jahat disini dia, bukan aku!" seru Eric kemudian sambil megang kedua bahu Umji yang natap dia sambil nangis. "Stop buat nyari-nyari orang yang sudah ngelecehin kakak dan ngebunuh bayi itu."

"DEMI TUHAN, ERIC. BERHENTI NGOMONG BEGITU!"

Eric reflek mundur dua langkah. Sadar kalau sosok kakak didepannya sudah bener-bener buta sama keadaan sebenernya.

"Kakak yang harusnya berhenti."

Di penglihatan Umji yang memburam karena air mata, sosok Eric sempat pergi sebentar. Lalu kembali dengan berdiri tepat di depannya.

Klek

Tangan Umji reflek megang lengan Eric yang dengan sigap nahan pinggangnya. Tubuhnya limbung akibat air yang di semprotkan cowok itu ke wajahnya.

Aromanya menyengat. Bau alkohol yang mendadak bikin kepalanya pusing. Kemudian lamat-lamat dia bisa ngeliat senyuman tipis Eric yang makin lama makin menghilang.

"Kak Juyeon bilang, kakak cantik pas tidur sama dia."

Buram, kepala Umji pening mendadak seiring perlahan-lahan kesadarannya menghilang.

"Tapi lebih cantik kalo tidur sama aku."

***

"Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif. Cobalah beberapa saat lag-"

Pip.

Younghoon menghela napas kecewa. Ini hari kedua puluh, dan sama sekali gak ada berita tentang keberadaan Juyeon. Laporan ke polisi juga gak cepat ditanggapi karena cowok itu sudah legal dan gak ada tanda-tanda dia diculik atau sebagainya. Pure keliatan memang pergi atas kemauannya sendiri.

Insanity ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang