dua puluh enam

166 38 6
                                    

"Ji? Lo gapapa?"

Seolah panggilan dengan suara nyaring itu gak kedengeran di telinganya, Umji malah semakin bergegas menuju kantin. Koridor disini sepi karena kebanyakan mahasiswa udah pulang semua. Sialnya, dia harus mendekam di ruang klubnya karena nyari kertas naskah setahun lalu yang ditumpuk acak di dalam lemari.

"Hey, gue ngomong sama lo,"

Sret!

Umji kaget saat tangannya ditarik tiba-tiba sampai langkahnya terhenti dan tubuhnya berbalik ke arah belakang. Ngehadap langsung ke sosok bersurai cokelat agak terang yang ngeliatin dia heran.

Hyunjae.

"Lo gak apa-apa?" tanya cowok itu cepat. "Ji? Halo? Lo denger gue kan?"

Dengan kikuk cewek kardigan ungu tua itu ngangguk.

"Syukurlah," Hyunjae menghela napas lega. "Lo udah makan siang? Gimana kalo makan sama gue aja?"

Umji gak ngerti. Ini dia yang terlalu percaya diri, atau Hyunjae yang lupa kalo yang diajak bicara ini pacarnya temennya. Yang bakal ngamuk kalau ketahuan makan berdua aja.

"Kak? Lo gak salah?"

Hyunjae menggeleng. "Enggak. Makan siang sama gue, kita ke restorannya temen kakak gue yang kebetulan baru buka cabang di dekat sini."

Lah.

"Kak, gue ada Juyeon." Umji berusaha ngelepas cekalan tangan cowok itu sopan.

"Terus kenapa? Ngajak makan doang," ucapnya santai. "Biasa aja kali. Lo gak pernah tau ya dia juga sering makan berdua sama anak-anak cewek fakultas lain?"

"Itu urusan dia, gue gak ma-"

Sret!

Hampir Umji menjerit karena kaget sebelum tangan Hyunjae ngebekap mulutnya. Tangan satunya cowok itu narik pinggangnya buat sembunyi di salah satu ruangan yang pintunya gak di tutup.

Gudang.

"Sstt, gue ga tau dia bakal lewat sini juga."

Hyunjae gak pernah ngira kalau Umji bakal senurut ini. Apalagi saat cewek itu terdiam selagi bunyi langkah yang nyaring itu melewati koridor dengan tempo pelan. Ada kemungkinan lima detik hening tanpa percakapan sebelum akhirnya suara itu muncul.

"M-mobil aku disita? Kenapa?"

Umji memejamkan matanya saat kating di belakangnya semakin ngeratin pelukannya saat sosok familiar didepan sana berhenti melangkah. Dari bayangannya keliatan jelas lagi celingukan, seolah memastiin gak ada orang lain di sana selain dia.

"Ma! Aku udah belajar keras buat ulangan itu, tapi Umj-"

Mata Umji membulat.

"Dia memang pinter, Ma. Mau sampai kapanpun aku gak bisa nyaingin dia," suara Suji melemah. "Mama tau aku berusaha nabung uang pemberian Papa buat mobil itu. Mama gak bisa seenaknya main sita aja!"

"Kak," bisik Umji. "Napas lo gak beraturan-"

Hyunjae menggeleng lemah. "Berisik."

Gudang itu memang gelap karena terlalu banyak barang yang nutupin jendela di ruangan itu, otomatis mereka cuma bisa sembunyi di ruang kosong gudang itu . Pintu tua itu juga bakal bunyi kalo disenggol sedikit aja, makanya sengaja gak ditutup dan alhasil posisi mereka harus begini.

Jujur aja, Umji gak nyaman sama sekali. Apalagi tangan Hyunjae nyentuh perutnya yang terbalut kaos dan kardigan.

Napas cowok di belakang Umji ini juga semakin memburu, atau malah tersenggal. Umji yang semakin ngerasa aneh juga ngerasa takut kalau-kalau Hyunjae ini ternyata punya phobia yang bikin napasnya gak normal kayak gini.

Insanity ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang