Miss Her Cheerful Nature | She's

126 16 0
                                    

Hari demi hari Raisha lewati. Kian hari, kondisi Ella sedari kemarin-kemarin semakin menurun. Kini, Ella harus dipindahkan ke ruang ICU rumah sakit. Membuat Raisha terpukul.
Raisha melihat dokter di dalam ruang ICU yang sedang memeriksa kembali kondisi Ella, tak tega rasanya, melihat Ella terkapar di atas bangsal dengan keadaan tak sadar diri dan banyak alat medis yang terhubung dengan tubuhnya. Raisha melihatnya melalui kaca jendela yang terhubung dengan dalam ruang dan ruang tunggu lorong ICU. Hari sudah malam, hendak masuk jam besuk, tetapi Chika, Raisha dan Ashel tetap berada di situ.

"Shaa.." Chika, bundanya Raisha mengusap punggung Raisha. "Yang sabar ya? Nanti kondisi Ella akan stabil kok, percaya sama Bunda, ya Sayang?" Ucap Chika dengan nada yang lembut.

"Iya, Raisha, percaya sama Bunda kamu. Kak Ashel selalu sabar menunggu Ella, pokoknya harus sabar. Nanti kondisi Ella akan baik lagi kok," timpal Ashel. Lalu tersenyum tipis.

Tak lama kemudian, dokter pun kluar. Dengan wajah yang sedikit sedih. "Keluarganya pasien yang bernama Gabriella kan?"

"Iya, Dok, saya bagian dari keluarganya adik saya. Ella," ujar Ashel.

Dokter itu pun menghela nafasnya. "Jadi. Di bagian katup jantung Ella mengalami gangguan.
Lalu mengalami pembekakkan jantung," sudah sangat terpukul saat Chika, Raisha dan Ashel mendengar jika Ella mengalami pembekakkan jantung. "Dan. Kemungkinan besar.."

"Hidupnya tak berlangsung lama.."


Deg..


"Dok? Bener?"

"Iya. Ini benar, tetapi yang saya katakan itu hanyalah kemungkinan besar, saya harap kalian sebagai keluarganya Ella mengerti. Ada yang tau alasan mengapa Ella sebelum divonis mengalami pembekakkan jantung. Atau bisa dibilang mudah kelelahan?"

"Dok.. saya sebagai pacarnya dan kami satu sekolah, Ella hampir setiap hari full dengan kegiatan sekolah, rapat OSIS, tugas yang sangat banyak sekali, bahkan dia jarang beristirahat, Dok," balas Raisha. Dokter yang mendengar pun sedikit terkejut.

"Naah.. itu alasannya, kenapa Ella jarang beristirahat?"

"Dia memang anak yang ibaratnya jika dia lelah, dia akan terus kuat, tak kenal yang namanya beristirahat."

"Baiklahh, saya permisi dulu, karena ada urusan lain yang saya harus urus," dokter itu pun meninggalkan Chika, Raisha dan Ashel.





***



Kini, berganti ke rumah tinggal Raisha dan keluarganya
Larut malam sudah datang. Raisha masih belum tidur, iya sedang memikirkan kondisi Ella yang masih belum siuman sama sekali. Raisha duduk di tepi kolam renang, kakinya mengayunkan di kolam renang itu, dingin yang Raisha rasakan.

Ia menatap langit malam. "Tuhan.. bisakah Engkau membuat Ella seperti sedia kala? Bangun dari tidur nya yang lelap dan kembali menjadi gadis yang ceria. Hanya itu yang aku harapkan dari Engkau, Tuhan.." gumam Raisha seraya menatap langit malam.

"Raisha Sheva Natio.." Raisha menoleh ke arah belakang, rupanya ada Chika, sama seperti Raisha belum tidur.

"Iya, Bun?" Chika menghampiri Raisha, lalu ikut duduk di sebelah putri sulungnya itu.

"Masih mikirin Ella?" Raisha mengangguk pelan.

"Dari pada kamu sedih, mending Bunda cerita aja deh. Cerita tentang masa remajanya Bunda sebelum Bunda nikah," Raisha langsung antusias mendengarnya.

"Ayoo, Bundaaa. Ceritaaaa!" Seru Raisha.

Chika menatap putri sulungnya yang cantik nan manis. "maaf, ya Sayangnya Bunda. Bunda gak pernah sama sekali cerita in tentang di saat kamu yang pertama kalinya datang ke rahimnya Bunda, Bunda takut bikin kamu makin sedih, apalagi kamu hasil dari diluar nikah. Bunda minta maaf banget.." batin Chika. Chika sengaja tak menceritakan itu, ia takut hal kebenaran akan terungkap. Apalagi Raisha adalah hasil dari anak diluar nikah.

"Dulu, Bunda itu waktu umurnya kayak kamuu. Bunda jadi anak yang nakal. tapi syukur aja gak pernah masuk ruang Bk, pernahnya hampir masuk Bk. Karena Bunda dulu sering bolos jam mata pelajaran," Chika sebenarnya agak malu menceritakan itu semua.

"Ihh, Bunda nakal!" Raisha terlalu jujur!

Chika tertawa. "Sampe-sampe nih ya, Nak. Bunda jadi bahan gibahan anak Osis. Tapi Bunda di sekolah selalu jadi juara kelas. Kelakuan nakal boleh, tapi kalo pinter harus!"

"Affah iyah, deck??"

"Ente kadang-kadang ente!" Sambung Chika.

"Tapi pernah dihukum?" Tanya Raisha.

"Ohh jelas pernah! Bunda dihukum berdiri di depan kelas karena bolos ke kantin!"

"Ewww! Beda sama aku, anaknya Bunda yang paling cantik satu univers. Aku gak pernah bikin kasus di sekolah, tapi sama kayak Bunda, nakal! Nakalnya kek ngegoda cewek-cewek cantik di sekolah."

"Hadehh! 11 12 sama Buna kamu!"

"Lohh? Emang Buna buaya ya?"

"Iya, Buaya darat betina! Tapi sebelum nikah sama Bunda sih. Pas udah nikah, Buna tuh jadi lebih sering ngegodain Bunda!"

Chika melihat jam yang berada di dinding. "Astaga, Sha! Ini udah jam setengah 1 malam. Tidur kamu sana!"

"Yaudah," Raisha mencium kening, pipi kanan kiri Chika secara bergantian. "Selamat Malam, Chika!" Raisha pun bangkit dari duduknya.

"HEH!!" Raisha langsung berlari memasuki dalam rumahnya. "Heh! anaknya Adri–.." Chika langsung membukam mulutnya. Ia membulatkan matanya. Takut keceplosan, Hehee.

"Hayolohhh!!" Raisha semakin berlari menjauhi Chika.

"Dahlah, Bunda mau kekamar aja. Capek!"


***




4 hari berlalu, Kondisi Ella kian hari mulai stabil. Tetapi masih belum siuman.
Raisha tiba di ruang ICU Ella, suara dari alat medis memenuhi hampir seluruh sisi ruangan yang sejuk itu.
Raisha menarik kursi lalu duduk di sebelah bangsal Ella. Ia mengambil tangan Ella yang terhubung dengan selang infus.

"Ellaa.. kok mendadak kamu kena pembekakkan jantung? Kalo kamu kecapean ya istirahat, La. Jangan dipaksaa.. jadi gini kan akhirnya," Raisha semakin erat menggenggam tangan Ella.

"Jangan ninggalin aku secepat mungkin, Sayang.. hidup aku mungkin hampa kalo gak ada kamu. Aku bakal kangen sama canda tawa kamu, sifat kamu yang ceria, suara kamu yang lembut, itu yang akan kurindukan jika kamu ninggalin aku. Aku akan nangis, nangis sejadi-jadinya, gak perduli apapun. Aku mohon, Ellaa.."

"Tolong bertahan, aku akan terus disamping kamu. Sampai kita jadi debu, aku akan terus di sisi kamu. Aku berjanji.." air mata Raisha tak dapat tertahan lagi. Matanya sudah berkaca-kaca.

"Aku sangaatt.. mencintai mu, Gabriella."




***





"Aku akan berusaha bertahan, Raisha. Demi kamu dan kita. Aku sangat dan sangat mencintai mu.."







***































TBC




Sad end, or Happy end??








Jika ada typo mohon dikoreksi!!

She's [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang