A Happy Day | She's

112 14 0
                                    

Raisha kembali masuk sekolah, setelah beberapa hari tidak masuk sekolah karena menemani Ella di rumah sakit. Raisha selama di sekolah menjadi diam, sifat cerianya hilang seketika. Ia selalu memikirkan Ella, pacarnya sendiri. Takut ditinggalkan.
Raisha berdiri di lorong kelas 11, menatap langit cerah dan burung berterbangan di langit.

"Raishaaa," tiba-tiba saja. Ada 2 orang yang memanggil Raisha dari belakang, Raisha menoleh ke belakang.

"Eh, Giselle, Amanda."

"Udah, Broo, jangan sedih. Pasti pacar lu bakal sembuh, kok! Gue yakin, Sha. Ella bakal dapat mukjizat dari Tuhan.."

"Tapi.."

"Percaya aja, Sha. Di setiap manusia akan dapat mukjizat dari Tuhan," timpal Giselle. Amanda seraya menggenggam tangan Giselle erat. Oh iya, 3 minggu yang lalu, Giselle dan Amanda memberitahu jika mereka berdua sedang menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih, alias pacaran.

"Gue dari kemarin mikirin dia mulu. Dia lagi koma di rumah sakit, gue takuut."

"Gini aja. Pulang sekolah, lu, gue dan Giselle ke rumah sakit tempat pacar lu dirawat, gue dan Giselle juga mau liat Ella.."

"Kalo aku sama Amanda gak bisa masuk, titip salam aja ya buat Ella?"

"Iyaa.."




***



Raisha, Amanda dan Giselle baru saja tiba di rumah sakit, lorong khusus ruang ICU. Mereka bertiga sudah berdiri di depan ruang ICU No 345, kamar yang ditempati Ella.
Raisha membawa satu bucket bunga, untuk Ella. Dengan rasa campur aduk, Raisha membuka pintu ruang ICU itu.

"Shaa.. ingat kata Giselle tadi ya?" Raisha menoleh. Giselle dan Amanda hanya bisa melihat melalui jendela penghubung lorong ruang ICU dan kamar ICU.

Raisha masuk, dan menutup pintu dengan semula, ia menghampiri Ella. Menarik kursi lalu duduk.
Mata Raisha sudah berkaca-kaca, tangannya bergetar. "Haii, Ella. Aku datang lagi, aku gak sendiri, Sayang. Aku sama Amanda dan giselle, mereka gak bisa masuk kesini, mereka hanya bisa menitip salam buat kamuu.."

"Mereka bilang, semoga kamu bisa balik lagi seperti dulu, menjadi gadis yang ceria.."

"Aku kangen sama kamu, Ella. Kangen bangeett.."

"Aku kangen juga sama dimana kita setiap hari selalu berdua, kemana-mana berdua. Tidur aja berdua.." Raisha menghela nafasnya. "Ingat banget, saat kita pertama kali bertemu. Kamu ngajak aku kenalan duluan. Kamu itu anaknya ceriaaa bangett.. aku aja gak bisa mendeskripsikan sifat kamu itu."

"Oh Iyaa! Aku bawa sesuatu buat kamu," Raisha menunjukkan bucket bunga itu. "Aku bawa inii! Buat kamuu, lucu kaann? Hehee," Raisha meletakkan bucket bunga itu ke nakas.
Raisha menepikkan rambut Ella. Ella bak tertidur pulas, cantik. Tubuhnya masih disambungkan dengan alat medis. Raisha mencium kening Ella cukup lama.

"Cantik.."

Tak lama. Jari Ella bergerak, Raisha kebingungan. Rahang Ella bergetar tak kencang. Ella mengucapkan nama Raisha berkali-kali, mencari. Mata Ella kemudian terbuka perlahan, pandangannya masih buram. Hal yang pertama Ella lihat adalah Raisha. Sedikit silau.

"Raisha.. Raishaa.."

"Iya, iya, La. Ini aku, Raisha, pacar kamu," Raisha menoleh ke arah jendela. Terlihat Amanda dan Giselle tersenyum lebar. Tak tahu mengapa, dokter dan satu suster datang ke ruang rawat Ella.

"Permisi ya," ucap dokter itu. Raisha segera mundur. Terlihat, Ella kebingungan ada dokter dan suster yang sedang memeriksa kondisi dirinya.
Semakin membuat Raisha lega, dokter itu tersenyum.

She's [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang