01 || Lampion harapan

125 21 9
                                        

|| Apapun yang terjadi nantinya, senyuman itu harus tetap ada. ||
.
.
.

~ R U N T U H ~

...

Udara dingin sama sekali tak menjadi alasan bagi mereka untuk beranjak dari sana. Ketujuh remaja dengan topi kerucut di kepalanya itu tampak sangat menikmati suasana malam. Dengan riang merebahkan diri di atas rerumputan dalam posisi berbaris.

"Coba deh, lo semua lihat bintang yang ada di sana." Semua orang memandang tempat yang sama ketika suara Darel terdengar.

"Itu Gue, Itu Alva, itu Saga, Samudra, terus Bara, Nathan, sama Lisa," imbuhnya seraya menunjuk satu persatu bintang yang ada.

Mereka mengamati bintang-bintang yang Darel tunjuk sampai akhirnya menemukan bintangnya masing-masing. Di tempat itu ada sebuah rasi, dengan satu bintang paling terang di tengahnya dan bintang lain mengelilinginya.

"Kenapa gue melesat jauh gitu sih El," protes Alva ketika menemukan bintang miliknya adalah yang paling jauh.

"Karna lo jelek," timpal Samudra.

"Kalau gue jelek lo apa?"

"Ganteng."

Huweeekk!

Alva mual mendengar ucapan temannya. Muka kaya kanebo kering aja belagu.


Yang lain hanya mengulas senyum simpul, sementara Darel terkekeh pelan. "Alva itu babu gue yang susah di suruh, jadi gue kucilin aja," paparnya tanpa dosa.

Alva memelototi Darel dan siap memaki. Tapi  cowok berdarah campuran yang bernama Darel itu tak perduli, dan hanya menatap langut tanpa perduli, membuat Alva menelan kembali semua umpatannya.

Ia mengikuti yang lain, kembali memfokuskan perhatiannya pada apa yang tadi sedang mereka nikmati.

Momen-momen tenang seperti ini tak selalu bisa diulang. Ingin rasanya mereka meminta pada Tuhan agar menghentikan waktu sekarang juga. Biarkan semuanya tetap seperti ini. Tidak berubah. Bebas tanpa masalah apapun.

"Cantik ya?" cicit Lisa setelah beberapa saat dilanda sunyi.

"Gue harap pertemanan kita bisa kaya bintang di atas sana, selalu sama-sama," ungkap Saga sembari tersenyum penuh.

Jarang-jarang ia mengatakan hal manis seperti itu. Biasanya Saga selalu ngegas dan ketus ketika menanggapai sebuah ujaran. Sisi kalem cowok itu memang hanya anak-anak Rainbow yang tahu.

Ke tujuh dari mereka sama-sama merekahkan senyum. Tak menyangka bahwa persahabatan yang mereka bangun hari itu akan bertahan hingga sekarang.
Padahal, tiga tahun bukan waktu yang singkat.

Bara menghela nafas panjang dan mengubah posisinya menjadi duduk. "Udah ah, bentar lagi jam 12, yok siap-siap," ajaknya sambil berdiri perlahan.

Cowok bongsor itu berjalan mendekati pinggir danau, dengan telaten menyiapkan beberapa lampion yang tadi ia bawa dari rumah Alva.

"Biasanya ide kek gini tuh tercetusnya dari cewek, ini kenapa malah lo yang punya ide sih?" heran Nathan, membolak-balikkan lampionnya dengan heboh.

"Ck!" Bara mendecak kesal. "Jangan digituin Nath, nanti rusak gue gak bawa ganti."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RUNTUH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang