ANTARA RUANG DAN WAKTU

18 4 0
                                    

2022






Malam yang panjang dan menegangkan berakhir tragis, terhitung sudah satu jam mereka menunggu di depan ruang ICU tetapi masih belum ada pertanda seseorang akan keluar dari dalamnya.

Kembali ia gusar gundah rambutnya yang sudah acak-acakan, ia berhasil mengacuhkan dinginnya terpaan angin malam padahal ia hanya memakai tanktop saja.

Sebuah jaket berwarna merah terulur, Citra mendongak sesaat kemudian menerimanya tanpa penolakan.

"Dia pria yang kuat, jadi berfikir fositif saja tentang keadaannya." Dia Bimo, karna kasihan melihat Citra ia pun memberi jaketnya yang kebetulan ada di mobil.

"Kau bisa menyelidiki seseorang untuk beberapa hari kedepan? Aku rasa tindak-tanduknya sedikit aneh," Citra mengulurkan handponenya agar bimo bisa melihat jelas foto seseorang yang terpampang di layar ponsel Citra.

"Baiklah, tapi kau yakin dia yang harus di selidiki?"

"Entahlah, aku hanya sedikit curiga saja."

"Aku akan mengawasinya."

********

Tidur? Bukanlah kata yang tepat, bahkan Citra terjaga semalaman tanpa sedikitpun rasa kantuk. Posisi duduknya pun hanya bergeser beberapa senti saja dari kursi yang berhadapan langsung dengan tubuh sang kekasih yang kini terbaring pucat sejak tadi malam.

Sakit di pinggangnya saja sudah tak ia hiraukan. Untuk berkedip pun Citra rasa enggan.

Kembali ia sentuh wajah pucat di depan matanya itu, terasa sedikit dingin membuat Citra tersintak kaget.

"Kenapa wajahmu dingin?" Lirihnya panik.

Di genggamnya tangan Hayam Wuruk yang juga terasa dingin, bahkan lebih dingin dari pipinya. Akibat rasa panik yang tak terbendung, Citra menggusar kasar wajah Sang Maharaja, berharap suhu badan lelaki itu bisa kembali normal.

"Seorang Raja tidak selemah ini kan?!"

Bertepatan dengan itu seorang suster memasuki ruangan.

"Ada apa nona?"

"Kenapa badannya dingin sekali?kalian apakan dia ha?"

Bukannya menjawab pertanyaan Citra, suster tersebut malah berjalan menuju kantong infus kemudian menyuntikaan cairan bening ke dalamnya.

"Apa yang kau suntikan?!"

Seulas senyum memaklumi muncul di wajah suster itu." Tidak usah panik Nona, pasien baik-baik saja. Badannya dingin akibat efek dari obat yang dimasukan lewat infus."

Setelahnya Citra hanya diam dan tak niat untuk sekedar membalas. Ia kembali duduk dan menatap fokus ke arah Hayam Wuruk. Membuat suster tadi geleng-geleng kepala karena heran melihat sikap panik Citra yang berlebihan.

"Mungkin dia sedang di mabuk asmara," lirih pelan suster tersebut sebelum benar-benar meninggalkan ruangan, yang sialnya masih dapat di dengar oleh Citra.

Memalukan!

********

Jarang-jarang sekali mereka dapat telpon sepagi ini, biasanya sekitaran pukul sebelas baru ada laporan.

"Siap-siap, ada laporan dari warga perkomplekan simpang tujuh. Seorang anak berusia delapan tahun tidak mau turun dari atas pohon beringin." Pramungkas menyambar handphonenya dari atas meja.

"Ini baru pukul tujuh pagi, jadi kapan anak itu sampai ke atas pohon?" Di sela persiapannya, Riko masih sempat berujar.

"Kenapa Kapten Citra tidak datang, padahal lelaki tua tidak ada gunanya dalam misi ini." Maksud Audrey menyindirpun langsung tepat sasaran, lihatlah Mereka berdua menatap sinis kearahnya.

ETERNAL SWORDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang