SIAPAKAH MEREKA?

25 4 0
                                    

Awalnya dia memang tidak menyukai pelayan pribadi yang selalu mengikutinya ke sana kemari tanpa henti. Tapi, berkat wanita paruh baya itu pula ia bisa keluar mansion setelah dua bulan terkurung di dalam penjara bak istana Eropa tersebut.

Tentu saja mereka pergi diam-diam, tanpa sepengetahuan kepala pelayan dan juga para bodyguard.

"Jangan lepas maskermu Nona, ingat hanya satu jam. Dan sekarang tersisa empat puluh menit lagi." Entah sudah berapa kali ia memperingati perempuan berperut cukup besar.

Mereka tengah berada di pusat perbelanjaan, setelah puas berkeliling ia memilih untuk segera keluar. Tiba-tiba saja perutnya keroncongan dan sebuah menu makanan kaki lima pun langsung melintas.

"Di mana aku bisa membeli mie ayam?"

"Kau mau makan itu?"

"Anakku menginginkannya."

"Kalau begitu kau tunggu di mobil biar aku yang carikan."

Jujur saja, ia mau pergi sendiri dan memilih makanan apa saja nanti, tapi orang tua di sampingnya saat ini begitu over protektif.

"Aku ikut, aku masih ingin berjalan." keukeuh nya.

Ternyata ada banyak pedagang kaki lima yang menjajalkan makanan, rasanya ingin ia beli semua jajanan itu.

"Pak, mie ayamnya dua porsi."

"Pakai sayur dek?"

"Boleh pak."

"Nona, kau jangan kemana-mana tunggu di sini. Aku akan angkat telpon sebentar."

"Iya-iya."

Kalau ingin dia bisa saja kabur sekarang, memanfaatkan kelengahan sang pelayan. Tapi, jika di pikir lagi mau bagaimana pun wanita tua itu sudah banyak membantunya. Bahkan membantu keluar dari mansion, bisa-bisa nasib buruk akan menimpa wanita tersebut jika dirinya nekad melarikan diri.

Tepat setelah itu, netra coklat milik Anggun menangkap sosok tegap berbalut pakaian rumah sakit, tampak seperti orang kebingungan dan mungkin sedang panik.

Bagaimana bisa Anggun tidak kenal. Bahkan ia begitu mengenalinya.

"Apa aku hampiri saja?"

Anggun menoleh kembali ke arah dimana wanita tadi masih sibuk berbicara di telpon. Jika benar, ia tidak ingin pergi hanya karna kasihan kepada wanita itu, apakah akan menjamin dirinya bisa selamat dan baik-baik saja?

Tidak, dia tidak ingin mati konyol. Persetanan dengan hati nuraninya yang tidak ingin kabur. Anggun lantas berlari sekencang kilat menuju arah rumah sakit, dia harus berhasil kali ini. Pertolongan sudah terpampang jelas di depan mata.

Sayang sekali, lengannya sudah dulu di tahan oleh seseorang dari arah belakang. Ternyata...

Anggun kira yang mencekal lengannya tak lain adalah Oya si pelayan pribadi, ternyata bukan. Melainkan pria berbadan tinggi disertai otot-otot yang besar. Membuat Anggun merinding setelah ia melemparkan seringaian.

"Si-siapa kau?"

Sebuah mobil hitam singgah tepat di sebelah mereka. Merasa posisinya saat ini dalam mode berbahaya, Anggun berusaha untuk beronta. Namun, tenaganya kalah kuat.

Tubuh Anggun di paksa masuk ke dalam mobil, akan tetapi pegangan tangannya pada sebuah tiang membuat lelaki itu sedikit kesusahan.

"PAMAN!!! PAMAN POLISI!!"

Berhasil, teriakan melengking Anggun mengalihkan fokus pria tadi, ia terus saja beronta hingga tubuhnya benar-benar berhasil di masukkan ke dalam mobil secara paksa.

ETERNAL SWORDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang